Kisah Nyata Teror Hanmiso di Kampus Korea Selatan: Arwah Jugun Ianfu yang Tak Tenang
Artikel ini adalah kisah nyata dari Lian, mahasiswa Indonesia-Korea yang mengalami pengalaman mistis mengerikan selama tinggal di asrama kampus di Korea Selatan. Sosok yang meneror Lian dan teman-temannya adalah Hanmiso, arwah perempuan korban kekejaman tentara Jepang yang terus bergentayangan.
Awal Mula: Asrama dan Kisah Urban Legend Hanmiso
Lian adalah mahasiswa Universitas K (disamarkan), anak sulung dari empat bersaudara, berdarah campuran Indonesia dan Korea. Ia mulai kuliah pada 2015 dan tinggal di asrama khusus pria. Awalnya, kehidupan kampus berjalan normal hingga akhir tahun 2019, saat Lian mengalami teror supranatural.

Suatu malam, Lian nongkrong di kamar Indra, teman Indonesia-nya. Mereka berkumpul bersama Junghe, Doji, Gunwo (Korea), dan Kevin (Selandia Baru). Obrolan mereka mengarah ke urban legend kampus: Hanmiso, wanita cantik korban kekejaman tentara Jepang tahun 1920-an, yang diyakini gentayangan di kampus tersebut yang dulunya merupakan barak militer.
Baca juga : Pengalaman Horor Nyata di Jerman: Bertemu Hantu Tentara Nazi yang Minta Pulang
Hanmiso sering disebut "Hayan Yoryong" atau "hantu berbaju putih," karena selalu muncul dengan mengenakan hanbok putih. Saat kisah ini diceritakan, mereka mendengar suara gagak di depan kamar, dan atmosfer berubah menjadi tidak nyaman. Mereka pun membubarkan diri.

Mimpi Pertama: Tatapan Hanmiso
Malam itu, Lian bermimpi berada di kampus, tapi nuansanya seperti barak dan gudang. Ia mendengar suara perempuan menangis, lalu melihat wanita berhanbok duduk di bawah pohon. Saat Lian mendekat, wanita itu mendongak dan menatapnya tajam. Lian pun langsung terbangun.
Kejadian Aneh di Toilet dan Teror Suara Tangisan
Beberapa hari kemudian, Lian ke toilet bersama Doji dan Gunwo. Ia mendengar suara perempuan menangis dari bilik toilet pria. Lian mengetuk dan memperingatkan bahwa itu toilet laki-laki. Wanita itu menjawab pelan, minta maaf. Tapi anehnya, tak ada satu pun wanita keluar, dan bilik tersebut kosong saat dicek kembali.
Setelah itu, Lian sering mendengar suara tangisan perempuan di berbagai tempat: toilet, koridor, asrama, dan kampus. Ia mencoba positive thinking, tapi semakin lama gangguannya meningkat.

Bermain Oija: Kesalahan Fatal
Menjelang libur Natal, sebagian mahasiswa pulang. Lian, Indra, Kevin, Junghe, dan Gunwo tetap di asrama. Suatu malam, Gunwo mengusulkan bermain oija board (permainan pemanggil arwah). Meski Lian menolak, mereka akhirnya bermain.
Setelah membacakan mantra dan mengajukan beberapa pertanyaan, tidak ada respons. Tapi saat Junghe menghina, lilin tiba-tiba padam, suara benda jatuh terdengar. Mereka panik dan bubar. Kevin ketakutan dan tidur di kamar Gunwo malam itu.
Mimpi Kedua: Hanmiso Mulai Menyerang
Malam itu, Lian kembali bermimpi. Hanmiso muncul lagi, kali ini dengan wujud menyeramkan: wajah lebam, mata hampir keluar, tubuh penuh luka cambukan. Ia menghampiri Lian dan mencekik lehernya sambil berkata:
"Genaya... Genaya... (Ini aku...)"
Lian terbangun dengan leher sakit dan guratan merah seperti bekas cekikan. Ia mencuci wajah dan kembali tidur dengan doa.
Teror di Dapur dan Wanita Pirang Misterius
Gunwo dan Kevin suatu malam hendak masak mie saat listrik padam. Di dapur umum, mereka mendengar suara "nyeruput mie". Saat senter diarahkan, terlihat wanita pirang berdiri di belakang mereka. Mereka langsung kabur. Wanita ini berbeda dari Hanmiso.
Mimpi Ketiga: Penglihatan Masa Lalu Hanmiso
Lian bermimpi melihat Hanmiso dikejar tentara Jepang, tertembak kakinya, lalu dibawa ke barak. Ia digantung, disiksa secara seksual, dan tewas. Lian berteriak meminta tentara berhenti, tapi tak didengar. Ia hanya bisa menyaksikan dengan sedih.

Pandemi dan Teror yang Menghilang
Tahun 2020, pandemi COVID-19 membuat perkuliahan online. Lian pulang ke Makassar dan tidak mengalami gangguan lagi. Namun...
Kembali ke Korea dan Teror Kembali
Tahun 2022, Lian kembali ke Korea mengunjungi neneknya di Daejeon. Sepulang reuni dengan teman-temannya, malamnya saat mandi, air shower tiba-tiba mati. Ketika menengadah, Lian melihat Hanmiso sedang kayang di langit-langit kamar mandi dengan mulut berdarah. Ia lari keluar, ketakutan.
Malam itu, mimpi Hanmiso muncul lagi:
"Halo Lian, masih ingat aku?"

Akhirnya Mencari Bantuan: Bertemu Kakek Boyong
Lian bercerita pada Gunwo dan Junghe. Gunwo pun mengaku juga mengalami teror. Junghe menyarankan bertemu Kakek Boyong, seorang spiritualis.
Kakek Boyong mengatakan bahwa arwah Hanmiso terpanggil saat mereka bermain oija. Solusinya:
- Membakar papan oija sebelum matahari terbit.
- Menyimpan abunya di guci kremasi.
- Melakukan pembersihan spiritual sesuai agama masing-masing.
Mereka melakukannya. Abu disimpan, doa dikirimkan untuk Hanmiso. Mereka juga pergi ke tempat ibadah masing-masing.
Baca juga : Pengalaman Horor Nyata di Hotel Jepang: Teror Sadako Saat Liburan ke Osaka
Mimpi Terakhir: Ucapan Terima Kasih dari Hanmiso
Malam itu, Lian bermimpi Hanmiso muncul lagi. Tapi kali ini ia tersenyum, membungkuk, dan berkata:
"Kamsahamnida, Lian. Terima kasih."
Sejak saat itu, gangguan berhenti sepenuhnya.

Doa untuk Hanmiso
Kisah ini menjadi pengingat bahwa permainan arwah seperti oija bukanlah mainan. Terutama di tempat yang memiliki sejarah kelam seperti kampus bekas barak militer. Semoga arwah Hanmiso benar-benar tenang dan tidak lagi bergentayangan.