Waspada Demam Berdarah! Kenali Gejala Awal, Cara Penanganan, dan Fakta vs Mitos yang Perlu Kamu Tahu!

profile picture pakdoktor
Kesehatan - Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius di banyak wilayah tropis, termasuk Indonesia, terutama saat musim hujan tiba. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini dapat berkembang dengan cepat dan membahayakan jika tidak dikenali sejak awal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk waspada dengan memahami gejala awal yang sering diabaikan, mengetahui langkah penanganan yang tepat, serta membedakan fakta dari mitos yang beredar di masyarakat. Artikel ini akan membahas secara lengkap hal-hal yang perlu kamu ketahui agar bisa melindungi diri dan keluarga dari risiko DBD.

Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Definisi DBD adalah "Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, ditandai dengan demam tinggi mendadak, nyeri otot/sendi, ruam kulit, dan bisa menyebabkan pendarahan hebat serta syok."

Virus Dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD). Bedanya, demam berdarah dengue dapat menyebabkan gejala yang berat, sedangkan demam dengue biasanya hanya menimbulkan gejala ringan. Namun, tahap awal kedua kondisi ini memiliki gejala yang mirip.

Penyebab DBD

Demam berdarah atau DBD disebabkan oleh virus Dengue. Seseorang bisa terjangkit demam berdarah jika digigit oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang telah terinfeksi virus Dengue terlebih dahulu.

1. Curah Hujan Tinggi

Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air di lingkungan, seperti di pot bunga, kaleng bekas, talang air, dan ban bekas. Genangan ini menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembang biak. Tanpa pengawasan dan pembersihan rutin, populasi nyamuk bisa meningkat drastis selama musim hujan.

2. Sanitasi Lingkungan yang Buruk

Lingkungan yang kotor dan tidak teratur, terutama dengan banyaknya sampah non-organik, memperbesar kemungkinan terbentuknya tempat penampungan air. Kurangnya sistem drainase yang baik juga memperparah situasi. Sanitasi yang buruk tidak hanya mempercepat perkembangbiakan nyamuk, tetapi juga menyulitkan proses pemberantasan sarang nyamuk.

3. Kepadatan Penduduk Tinggi

Daerah padat penduduk mempercepat penyebaran DBD karena jarak antar rumah sangat dekat, sehingga nyamuk dengan mudah berpindah dari satu inang ke inang lainnya. Dalam waktu singkat, satu nyamuk yang terinfeksi bisa menyebabkan klaster infeksi dalam komunitas.

4. Mobilitas Penduduk yang Tinggi

Pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain, terutama dari wilayah endemis ke non-endemis, dapat membawa virus dengue. Misalnya, seseorang yang sudah terinfeksi bisa menjadi sumber penularan saat digigit nyamuk lokal di daerah baru, yang kemudian menularkannya ke orang lain.

5. Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Memberantas Sarang Nyamuk

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) membuat upaya pencegahan DBD tidak efektif. Banyak yang menganggap ringan genangan kecil atau lupa membersihkan tempat penampungan air secara berkala, padahal itu bisa menjadi sarang nyamuk.

6. Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim mempengaruhi suhu dan pola curah hujan yang dapat memperluas wilayah penyebaran nyamuk Aedes. Wilayah yang sebelumnya tidak endemis bisa menjadi rawan, karena nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di tempat-tempat baru yang kini lebih lembab dan hangat akibat perubahan iklim.

Epidemiologi DBD: Memahami Pola Penyebaran Virus Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. Untuk memahami penyebaran DBD secara menyeluruh, kita perlu meninjau aspek epidemiologi yang mencakup agent (virus), host (manusia), dan lingkungan (environment). Pemahaman ini sangat penting dalam strategi pencegahan dan pengendalian penyakit secara efektif.

1. Agent: Virus Dengue

Virus dengue adalah agen penyebab utama DBD, termasuk dalam famili Flaviviridae dan terdiri dari empat serotipe utama (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Penularan virus ini terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang telah terinfeksi sebelumnya dari penderita. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti dengue shock syndrome (DSS) atau dengue hemorrhagic fever (DHF).

2. Host: Manusia

a. Umur 

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue, semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir, saat pertama kali epidemi dengue di Indonesia kebanyakan anak-anak berumur antara 5-9 tahun dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun (Widia Eka, 2009).                                                                                                                                              b. Jenis kelamin 

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philipina dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan, Singapura menyatakan bahwa Insiden DBD pada anak laki laki lebih besar dari pada anak perempuan.                                                                                                 c. Nutrisi 

Teori Nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit tidak ada hubungannya dengan teori imonulogi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.                                          d. Populasi 

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD.                                                                                                                                        e. Mobilitas penduduk 

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue sehingga mempengaruhi penyebaran epidemik virus dengue.

3. Environment: Lingkungan Tempat Berkembangnya Nyamuk

a. Letak geografis Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° lintang utara dan 44° lintang selatan sepeati Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh david Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit demam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.                                                                            

b. Musim Negara dengan 4 musim, epidemic DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadik pada musim dingin. Di asia tenggara epidemik DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Philippine, dan Malaysia epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan, periode epidemik yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktifitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi (Widia Eka, 2009)

Gejala utama Demam Berdarah

1. Demam Tinggi Mendadak

Gejala paling awal dan paling umum dari DBD adalah demam tinggi mendadak yang bisa mencapai suhu 39–41°C. Demam ini biasanya terjadi selama 2–7 hari dan disertai gejala lain seperti sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi (dikenal juga sebagai "breakbone fever"). Demam ini tidak merespons obat penurun panas biasa dan sering disertai tubuh lemas.

2. Gejala Perdarahan (Hemorrhagic)

DBD dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler, sehingga terjadi kebocoran dan perdarahan. Gejala perdarahan yang muncul bisa berupa:

  • Bintik-bintik merah pada kulit (petekie)
  • Mimisan
  • Gusi berdarah
  • Muntah darah atau tinja berwarna hitam (melena)

Gejala ini menandakan bahwa trombosit dalam darah sangat rendah, yang merupakan ciri khas fase kritis DBD.

3. Hepatomegali (Pembesaran Hati)

Pada beberapa kasus DBD, terutama yang berat, penderita dapat mengalami pembesaran hati (hepatomegali). Gejalanya antara lain:

  • Nyeri di bagian kanan atas perut
  • Mual dan muntah berulang
  • Hilangnya nafsu makan

Hepatomegali menunjukkan bahwa organ hati ikut terdampak oleh infeksi virus dan bisa menjadi tanda perburukan kondisi pasien.

4. Syok (Rejatan/Dengue Shock Syndrome)

Ini merupakan kondisi paling berbahaya dan menjadi penyebab utama kematian akibat DBD. Syok terjadi ketika terjadi kebocoran plasma secara masif, menyebabkan tekanan darah turun drastis. Gejala syok meliputi:

  • Kulit pucat, dingin, dan lembap
  • Detak jantung cepat namun lemah
  • Gelisah atau penurunan kesadaran
  • Jumlah urine menurun drastis

Syok dengue membutuhkan penanganan medis darurat, termasuk pemberian cairan infus untuk menstabilkan kondisi tubuh.

Diagnosa DBD

Diagnosis DBD ditegaskan berdasarkan kriteria diagnosis Word Health Organization (WHO) dengan kriteria klinis dan laboratoris, penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (Overdiagnosis). Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose klinis dan laboratorium. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnose klinis dan laboratoris.

a. Diagnosa klinis

Diagnosis klinis dilakukan berdasarkan pengamatan gejala dan riwayat perjalanan penyakit pasien, terutama pada masa awal infeksi. Dokter akan mencurigai DBD jika pasien menunjukkan gejala berikut:

  • Demam tinggi mendadak (biasanya lebih dari 38,5°C)
  • Sakit kepala berat, nyeri di belakang mata
  • Nyeri otot dan sendi
  • Mual, muntah, nafsu makan menurun
  • Bintik-bintik merah pada kulit (petechiae)
  • Gejala perdarahan (gusi berdarah, mimisan, dll.)
  • Riwayat tinggal atau bepergian ke daerah endemis DBD

Diagnosis klinis sangat penting pada fase awal, terutama sebelum hasil laboratorium tersedia. Namun, karena gejala DBD mirip dengan penyakit virus lainnya (seperti tipes atau chikungunya), maka konfirmasi laboratorium tetap diperlukan.

b. Diagnosa laboratoris

Diagnosis laboratoris bertujuan untuk memastikan keberadaan infeksi dengue dalam tubuh dan memantau perkembangan kondisi pasien. Pemeriksaan laboratorium meliputi:

  • Pemeriksaan Darah Lengkap (Hemogram)

Trombosit (platelet) menurun (<100.000/mm³). Hematokrit meningkat (>20% dari nilai normal) menunjukkan kebocoran plasma. Leukosit menurun (leukopenia)

  • NS1 Antigen (hari 1–5 demam)

Tes ini mendeteksi protein non-struktural dari virus dengue yang muncul pada awal infeksi. Sangat akurat jika dilakukan dalam 5 hari pertama demam.

  • IgM/IgG Serologi (hari ke-6 dan seterusnya)

Tes antibodi ini digunakan untuk melihat respons kekebalan tubuh terhadap infeksi dengue:

IgM menandakan infeksi baru

IgG menandakan infeksi lama atau infeksi sekunder

  • PCR Dengue

Pemeriksaan molekuler untuk mendeteksi RNA virus dengue secara langsung. Akurat, tapi umumnya hanya tersedia di rumah sakit besar atau laboratorium rujukan.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan antara lain:

Diagnose pasti DBD adalah dengan ditemukanya virus dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus atau RNA dalam serum, atau jaringan tubuh dan deteksi antibodi spesifik dalam serum penderita (Baldsiars 2009).

Derajat Beratnya Penyakit DBD

Berikut penjelasan mengenai derajat beratnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut klasifikasi WHO 1997 yang masih banyak digunakan di Indonesia untuk menilai tingkat keparahan pasien:

a. Derajat I – DBD Ringan

Pasien mengalami:

  • Demam tinggi mendadak
  • Gejala tidak spesifik seperti nyeri otot, sakit kepala, dan lemas
  • Uji Tourniquet positif (tes tekanan untuk melihat perdarahan bawah kulit)
  • Belum tampak tanda perdarahan spontan

Sering kali tidak disadari sebagai DBD karena gejalanya ringan dan mirip flu biasa.

b. Derajat II – DBD dengan Gejala Perdarahan

Pasien mengalami gejala pada derajat I, ditambah:

  • Perdarahan spontan: mimisan, gusi berdarah, bintik merah (petekie), memar tanpa sebab
  • Muntah darah atau BAB hitam (melena) bisa terjadi pada kasus berat

Ini merupakan tanda bahwa trombosit mulai turun dan pembuluh darah mulai rapuh.

c. Derajat III – DBD dengan Syok (Dengue Shock Syndrome Awal)

Pasien mengalami:

  • Tanda-tanda kebocoran plasma: kulit dingin, lembap, pucat
  • Denyut nadi cepat dan lemah
  • Tekanan darah mulai menurun atau sulit diukur
  • Gelisah, lemas, penurunan kesadaran

Pasien dalam kondisi kritis, memerlukan observasi intensif dan terapi cairan yang cepat.

d. Derajat IV – Syok Berat (Irreversible Shock)

Pasien mengalami:

  • Syok berat dengan tekanan darah tidak teraba
  • Tidak ada nadi perifer
  • Kehilangan kesadaran
  • Bisa terjadi kegagalan organ dan berujung pada kematian jika tidak segera ditangani

Ini adalah fase paling gawat dari DBD dan membutuhkan perawatan intensif di ICU.

Fase Demam Berdarah

Berikut adalah penjelasan mengenai fase-fase penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang penting untuk dikenali agar tidak salah penanganan, terutama saat memasuki fase kritis:

1. Fase Demam (Febrile Phase)

Durasi: Hari ke-1 hingga ke-3 (kadang sampai hari ke-5)
Ciri-ciri:

  • Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 39–41°C)
  • Nyeri otot dan sendi, sakit kepala berat, nyeri di belakang mata
  • Mual, muntah, ruam kemerahan pada kulit
  • Wajah tampak kemerahan, tubuh terasa panas
  • Kadang disertai mimisan atau gusi berdarah ringan

Pada fase ini, penderita tampak sangat sakit. Namun justru bahaya terbesar muncul ketika demam mulai turun—yaitu fase kritis.

2. Fase Kritis (Critical Phase)

Durasi: Hari ke-3 hingga ke-7
Ciri-ciri:

  • Demam mulai turun tiba-tiba (defervescence)
  • Terjadi kebocoran plasma darah dari pembuluh kapiler
  • Penurunan tekanan darah dan trombosit secara drastis
  • Gejala syok: kulit dingin, pucat, nadi lemah, gelisah
  • Bisa terjadi perdarahan serius dan gangguan organ

Fase ini sangat berbahaya meskipun suhu tubuh turun. Pasien harus mendapatkan pemantauan intensif dan terapi cairan yang tepat. Kegagalan penanganan di fase ini bisa menyebabkan kematian.

3. Fase Pulih (Recovery Phase)

Durasi: Setelah hari ke-7
Ciri-ciri:

  • Tanda-tanda vital mulai membaik
  • Trombosit naik, tekanan darah stabil
  • Nafsu makan kembali, demam sudah tidak ada
  • Cairan tubuh yang bocor kembali ke pembuluh darah
  • Bisa muncul pembengkakan ringan dan ruam

Meski sudah mulai pulih, pasien tetap perlu istirahat cukup untuk memastikan tubuh benar-benar pulih dari infeksi dengue.

Penanganan dan Pengobatan DBD (kapan harus dirawat inap?)

Penanganan DBD berfokus pada perawatan suportif untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Tidak ada obat antivirus khusus untuk DBD, sehingga tubuh pasien harus melawan infeksi virus dengan kekebalan alaminya. 

Beberapa langkah penanganan DBD meliputi:

  • Istirahat total di tempat tidur
  • Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi
  • Pemberian obat penurun panas seperti paracetamol (hindari aspirin atau ibuprofen)
  • Pemantauan ketat tanda vital dan kadar trombosit
  • Transfusi trombosit jika diperlukan
  • Pemberian oksigen jika terjadi gangguan pernapasan
  • Penanganan syok dengan cairan koloid jika terjadi kebocoran plasma berat

Pasien DBD ringan dapat dirawat di rumah dengan pengawasan ketat. Namun jika terdapat tanda bahaya atau komplikasi, perawatan di rumah sakit mutlak diperlukan. 

Beberapa indikasi rawat inap antara lain:

  • Trombosit <100.000/Μl
  • Hematokrit meningkat >20% dari nilai normal
  • Perdarahan spontan
  • Nyeri perut hebat
  • Muntah persisten
  • Gangguan kesadaran
  • Pembesaran hati >2 cm

Penanganan DBD memerlukan kerjasama antara tenaga medis, pasien, dan keluarga. Pemantauan ketat dan penanganan cepat saat terjadi perburukan kondisi sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal.

Berikut penjelasan dokter mengenai bahaya DBD:

Komplikasi Demam Berdarah

Beberapa komplikasi serius yang dapat terjadi akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), terutama bila tidak ditangani dengan baik saat memasuki fase kritis:

  • DSS

DSS adalah kondisi syok akibat kebocoran plasma yang parah, yang menyebabkan tekanan darah turun drastis dan organ tubuh tidak mendapatkan suplai darah yang cukup.

Penyebab DSS pada DBD

Kebocoran plasma yang berlebihan, menyebabkan hipovolemia (penurunan volume darah).

Respon imun berlebihan, yang memperburuk peradangan dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.Trombosit yang sangat rendah, meningkatkan risiko perdarahan masif.

Gejala DSS

Tekanan darah sangat rendah (hipotensi)

Denyut jantung cepat tetapi lemah

Kaki dan tangan dingin (karena kurangnya sirkulasi darah)

Produksi urin menurun drastis

Kulit pucat dan berkeringat berlebihan

Penurunan kesadaran

Dampak DSS

Jika tidak segera ditangani, DSS dapat menyebabkan gagal organ multipel, kerusakan otak, dan kematian.

  • Miokarditis

Virus dengue dapat menyerang jantung dan menyebabkan miokarditis, yaitu peradangan pada otot jantung.
Gejala:

  • Nyeri dada
  • Detak jantung tidak normal (aritmia)
  • Kelemahan, sesak napas
    Miokarditis dapat memperburuk kondisi pasien dan meningkatkan risiko gagal jantung akut.
  • Ensefalopati

Ensefalopati adalah kondisi gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh peradangan atau gangguan metabolik akibat infeksi DBD.

Penyebab Ensefalopati pada DBD:

- Hipoksia (kekurangan oksigen di otak akibat tekanan darah rendah)

- Perdarahan di otak akibat trombosit rendah

- Toksin dari virus Dengue yang merusak jaringan otak

- Gangguan keseimbangan elektrolit, seperti natrium rendah (hiponatremia)

Gejala Ensefalopati:

- Penurunan kesadaran

- Kejang

- Gangguan bicara atau perilaku

- Kelemahan pada salah satu sisi tubuh (mirip stroke)

-Gelisah atau kebingungan

Dampak Ensefalopati:

Komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen jika tidak segera ditangani.

  • Gangguan fungsi hati

Hati merupakan salah satu organ yang sangat rentan terkena efek virus dengue.
Gejala dan indikator:

  • Mual, muntah, nyeri perut kanan atas
  • Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat
  • Penyakit kuning (jarang)
    Jika tidak dipantau, gangguan hati bisa memburuk dan menyebabkan gagal hati.
  • Gangguan fungsi ginjal (Acute Kidney Injury)

Kehilangan cairan yang ekstrem, syok, dan pendarahan berat bisa menyebabkan penurunan perfusi ginjal.
Tanda-tanda:

  • Produksi urine menurun drastis (oliguria)
  • Kadar kreatinin dan urea meningkat
  • Retensi cairan, pembengkakan tubuh
    Gangguan ginjal memerlukan penanganan intensif dan bisa berujung pada dialisis jika parah.
  • Pendarahan berat

Demam Berdarah menyebabkan penurunan jumlah trombosit secara drastis, yang berisiko menyebabkan perdarahan spontan.

Penyebab Pendarahan Berat pada DBD:
Penurunan trombosit di bawah 20.000/mm³, yang membuat darah sulit membeku.
Kerusakan dinding pembuluh darah akibat infeksi Dengue.
Kombinasi DSS dan gangguan hati, yang memperparah gangguan pembekuan darah. 

Gejala Pendarahan Berat:
Mimisan yang sulit berhenti
Gusi berdarah parah
Muntah darah (hematemesis)
BAB berdarah (melena)
Perdarahan dalam otak yang menyebabkan kejang atau koma 

Dampak Pendarahan Berat:
Jika tidak ditangani dengan cepat, pendarahan berat dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan banyak darah.
 


Mitos-mitos DBD di Masyarakat

  1. Minum jus jambu biji dapat menyembuhkan DBD

    Fakta:
    Jambu biji memang kaya akan vitamin C dan antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh, tetapi tidak bisa menyembuhkan DBD secara langsung.

    Jambu biji tidak memiliki efek langsung dalam menaikkan jumlah trombosit.
    DBD disebabkan oleh virus Dengue, sehingga pengobatan utama adalah perawatan suportif, seperti pemberian cairan dan pemantauan ketat terhadap kondisi pasien.
    Meskipun mengonsumsi jambu biji bermanfaat bagi kesehatan, tetap dibutuhkan perawatan medis untuk mencegah komplikasi serius akibat DBD.

    2. DBD hanya menyerang anak-anak

    Fakta:
    DBD bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.

    Orang dewasa memiliki risiko sama besar untuk tertular DBD, terutama jika tinggal di daerah endemis.
    Anak-anak dan lansia lebih rentan mengalami komplikasi, karena sistem imun mereka lebih lemah dibanding orang dewasa.
    Orang dewasa yang pernah terkena DBD bisa terkena kembali, dengan risiko lebih besar mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) jika terinfeksi serotipe virus Dengue yang berbeda.

    3. Fogging adalah cara paling efektif mencegah DBD

    Fakta:
    Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tetapi tidak membasmi telur dan jentik nyamuk.

    Fogging harus dilakukan secara berkala dan dengan cara yang benar agar efektif.
    Pencegahan utama DBD adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus:
    Menguras tempat penampungan air.
    Menutup rapat tempat air agar tidak menjadi sarang nyamuk.
    Mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air.
    Menambahkan larvasida atau ikan pemakan jentik di tempat-tempat air yang sulit dikuras.

    4. Penderita DBD harus puasa makan

    Fakta:
    Justru penderita DBD harus tetap makan agar tubuhnya tetap kuat melawan virus.

    Nutrisi yang cukup membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.
    Makanan kaya protein, zat besi, dan vitamin sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
    Penderita DBD perlu banyak minum cairan untuk mencegah dehidrasi akibat kebocoran plasma.

    5. Setelah fase demam, DBD telah usai

    Fakta : Banyak pasien yang mengira dirinya sembuh saat demam turun, padahal justru bisa mengalami syok akibat kehilangan plasma darah.
    Pada fase kritis, penderita harus mendapatkan pengawasan ketat dari tenaga medis.

    6. Vaksin DBD membuat kebal terhadap semua penyakit DBD

    Fakta:
    Virus Dengue memiliki empat serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4), dan seseorang bisa terinfeksi lebih dari satu kali.
    Vaksin DBD yang ada saat ini, seperti Dengvaxia dan Qdenga, tidak melindungi sepenuhnya dari semua serotipe.
    Vaksin DBD hanya dianjurkan bagi mereka yang sudah pernah terkena infeksi Dengue sebelumnya.
    Efektivitas vaksin tidak mencapai 100%, sehingga pencegahan seperti 3M Plus tetap diperlukan.

 

Bisakah terkena DBD lebih dari sekali?

Seseorang bisa terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih dari sekali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Setelah seseorang sembuh dari infeksi satu serotipe, ia hanya kebal terhadap serotipe tersebut seumur hidup, namun tidak kebal terhadap tiga serotipe lainnya. Bahkan, infeksi dengue kedua atau ketiga kali justru berisiko lebih tinggi menimbulkan komplikasi serius seperti syok (DSS) atau perdarahan hebat, karena adanya respons imun yang lebih agresif terhadap virus yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada meskipun sudah pernah terkena DBD sebelumnya. 

Apakah DBD menular?

DBD tidak menular secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya telah menggigit orang yang terinfeksi virus dengue. Nyamuk tersebut kemudian menjadi pembawa virus dan dapat menularkannya kepada orang lain. Jadi, penularan hanya terjadi melalui perantara nyamuk, bukan lewat kontak fisik, makanan, atau udara. Saat nyamuk menghisap darah orang yang sakit DBD, virus Dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk dan berkembang biak.
Virus berkembang di dalam tubuh nyamuk selama 8–12 hari. Setelah periode inkubasi, nyamuk bisa menularkan virus Dengue kepada orang lain melalui gigitannya.
Nyamuk menggigit orang yang sehat dan menularkan virus Dengue.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh orang yang digigit dan mulai berkembang, menyebabkan infeksi baru.
KESIMPULAN: Virus Dengue tidak menular langsung dari manusia ke manusia, tetapi melalui perantara nyamuk.

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By pakdoktor

This statement referred from