3 Ancaman Paling Mematikan Saat Mendaki Gunung: Hypothermia, Frostbite, dan Altitude Sickness
Saat kita mendaki gunung, keindahan alam sering membuat kita lengah terhadap ancaman tersembunyi: hipotermia, frostbite, dan altitude sickness. Tiga kondisi ini bukan hanya membahayakan nyawa, tetapi juga sering kali terjadi secara bersamaan, terutama saat kita menghadapi hujan badai di ketinggian.
Artikel ini tidak hanya membedakan ketiganya secara rinci, tapi juga membekali kita dengan pertolongan pertama yang tepat, serta tips realistis menghadapi hujan badai—agar kita tetap aman dan siap dalam setiap pendakian.

1. Hipotermia: Saat Tubuh Kehilangan Panas Lebih Cepat dari Produksinya
Definisi dan Entitas Klinis
Hipotermia terjadi ketika suhu inti tubuh turun di bawah 35°C. Ini memengaruhi kerja sistem saraf pusat, jantung, dan metabolisme. Anak-anak, lansia, dan orang dengan berat badan rendah adalah kelompok paling rentan.
Entitas penting:
- Suhu inti tubuh
- Regulasi panas (thermoregulation)
- Vasokonstriksi
- Heat loss: konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi
Saat suhu tubuh turun drastis, jantung, sistem saraf, dan organ lainnya tidak bisa berfungsi maksimal.
Jika tidak segera diatasi, gagal jantung maupun gagal napas dapat terjadi dan berujung pada kematian.
Gejala dari hipotermia, misalnya menggigil gemetaran, napas lambat dan pendek, denyut nadi lemah, badan lemas, dan kesadaran terganggu. Hipotermia terjadi di sekujur tubuh, bukan di beberapa bagian tubuh saja.
Tanda-Tanda Klinis
| Tingkat | Suhu Tubuh | Gejala |
|---|---|---|
| Ringan | 32–35°C | Menggigil, kulit dingin, kelelahan |
| Sedang | 28–32°C | Disorientasi, bicara melambat, apatis |
| Berat | <28°C | Tidak sadar, denyut nadi lemah, pupil melebar |
Pertolongan Pertama Hipotermia
- Ganti pakaian basah dengan yang kering
- Isolasi tubuh menggunakan sleeping bag, selimut, dan matras
- Berikan minuman hangat, bukan panas
- Hindari pemanasan langsung seperti api unggun pada tubuh
- Evakuasi medis segera jika suhu <32°C atau tidak sadar

2. Frostbite: Ketika Kulit dan Jaringan Membeku
Apa Itu Frostbite?
Frostbite adalah kondisi pembekuan jaringan kulit dan bawah kulit akibat paparan suhu sangat dingin, sering disertai angin kencang. Umumnya terjadi di ujung-ujung tubuh: jari, hidung, telinga, pipi.
Baca juga : Bahaya Merokok Saat Mendaki Gunung: Dampaknya bagi Paru-Paru, Performa Fisik, dan Ekosistem Alam
Entitas klinis
- Cryo-injury
- Sirkulasi darah perifer
- Nekrosis jaringan
- Tingkat frostbite: superfisial hingga deep full-thickness

Kondisi ini dinamakan juga sebagai radang dingin. Frostbite merupakan cedera yang disebabkan oleh pembekuan kulit dan jaringan di bawahnya.
Awalnya, kulit Anda akan terasa sangat dingin, perih, dan memerah. Lama-kelamaan, terjadi sensasi mati rasa, kulit mengeras, lalu memucat.
Ketika bertemu lagi dengan suhu hangat, frostbite meninggalkan bekas lepuhan yang menggelap.
Beberapa bagian tubuh yang kerap mengalami frostbite adalah jari tangan, kaki, hidung, telinga, pipi, dan dagu. Level yang lebih rendah dari frostbite adalah frostnip (radang dingin ringan).
Dalam kasus frostnip, kerusakan kulit yang dialami penderita tidak bersifat permanen.
Frostbite bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Tetapi umumnya lebih sering muncul di area tangan, kaki, telinga, hidung, dan dagu.
Tiga tingkat Frost bite:
Frostnip
Tingkat satu ada Frostnip yang merupakan bentuk paling ringan dari frostbite. Saat mengalami frostnip kulit menjadi kemerahan atau putih pucat dan terasa sangat dingin. Namun, bila dibiarkan kondisi ini bisa menyebabkan bagian tubuh yang mengalami frostnip menjadi mati rasa.
Superficial frostbite
Berikutnya ada Superficial frostbite, atau radang dingin dangkal ditandai dengan kulit yang membengkak dan berwarna pucat atau kebiruan. Pada tingkat ini, kristal es mulai terbentuk di jaringan kulit sehingga kulit terasa kasar dan keras.
Deep frostbite
Deep frostbite tingkat paling parah dari frostbite, di mana kulit yang mengalami mati rasa tampak kebiruan. Saking parahnya, saat pada kondisi ini kerusakan telah terjadi di seluruh lapisan jaringan kulit. Bahkan, otot dan sendi di sekitar area yang membeku pun menjadi tidak berfungsi dengan baik.
Gejala Berdasarkan Tahap
| Tahap | Gejala |
|---|---|
| Frostnip | Kulit pucat, mati rasa sementara, tidak permanen |
| Superficial | Kulit merah atau putih, lepuh berisi cairan |
| Deep frostbite | Kulit keras, ungu/hitam, kehilangan jaringan |
Pertolongan Pertama Frostbite
- Lindungi area dari angin dan suhu lebih dingin
- Jangan gosok area beku
- Hangatkan secara perlahan dalam air hangat (37–39°C)
- Jangan pecahkan lepuh
- Segera evakuasi jika jari tidak kembali normal dalam 30 menit

3. Altitude Sickness: Reaksi Tubuh terhadap Ketinggian
Apa Itu Altitude Sickness?
Altitude sickness (Acute Mountain Sickness/AMS) adalah respons tubuh terhadap penurunan oksigen di ketinggian, biasanya terjadi di atas 2.500 mdpl. Kondisi ini bisa berkembang menjadi:
- HAPE: High Altitude Pulmonary Edema (paru-paru terisi cairan)
- HACE: High Altitude Cerebral Edema (pembengkakan otak)
Penyakit yang satu ini disebut juga sebagai mabuk ketinggian. Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, altitude sickness terjadi karena tekanan fisik akibat kesulitan menyesuaikan diri dengan tekanan oksigen rendah di dataran tinggi.

Pencegahan AMS
Aklimatisasi yang tepat sangat penting untuk mencegah AMS. Naik ke ketinggian secara bertahap, beristirahat cukup, dan minum banyak air sangat membantu. Hindari aktivitas fisik yang berat di hari pertama berada di ketinggian.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mendaki, terutama jika memiliki riwayat penyakit tertentu. Perhatikan gejala yang muncul dan jangan ragu untuk segera turun gunung jika merasa kondisi tubuh memburuk. Kecepatan aklimatisasi setiap orang berbeda, jadi perhatikan kemampuan tubuh.
Perencanaan dan Persiapan Mendaki yang Matang
Konsep PLAN (Protection, Location, Acquisition of resources, Navigation) dapat digunakan sebagai acuan dalam mempersiapkan pendakian. Perencanaan yang detail akan meminimalisir risiko bahaya yang mungkin terjadi.
Detail PLAN
- Protection: Pastikan pakaian dan perlengkapan sesuai dengan kondisi medan dan cuaca yang diprediksi. Siapkan pakaian cadangan yang kering dan hangat.
- Location: Pelajari peta dan jalur pendakian, serta perhatikan kondisi cuaca dan medan. Tentukan lokasi tempat berlindung darurat dan fasilitas kesehatan terdekat.
- Acquisition of resources: Pastikan memiliki keterampilan dan perlengkapan yang memadai. Persiapkan logistik yang cukup, termasuk makanan, air minum, dan bahan bakar.
- Navigation: Kuasai teknik navigasi, bawalah kompas dan peta, serta perlengkapan navigasi lain seperti GPS.
Makin tinggi lokasi Anda, kadar oksigen makin menipis. Makin cepat atau terburu-buru Anda mendaki, makin tinggi pula risiko mengalami altitude sickness.
Baca juga : 3 Ancaman Paling Mematikan Saat Mendaki Gunung: Hypothermia, Frostbite, dan Altitude Sickness
Tubuh yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut akan mengalami gejala awal berupa kelelahan, sakit kepala, jantung berdebar, mual muntah, dan sesak napas.
Jika dibiarkan, kulit akan membiru, dada seperti ditekan, batuk berdarah, linglung, dan kesadaran menurun.

Entitas penting:
- Saturasi oksigen (SpO2)
- Hipoksemia
- Ventilasi alveolar
- Edema paru dan otak
Gejala AMS
- Pusing, mual, sakit kepala
- Kelelahan ekstrem
- Hilang nafsu makan
- Susah tidur
Gejala HAPE/HACE (parah):
- Sesak napas bahkan saat istirahat
- Gangguan koordinasi
- Halusinasi atau kejang
Pertolongan Pertama AMS
- Istirahat total, jangan lanjut naik
- Berikan oksigen tambahan jika tersedia
- Minum obat acetazolamide (dosis sesuai petunjuk medis)
- Evakuasi turun 500–1.000 m jika gejala parah
Mana yang Paling Berbahaya?
Manakah yang paling berbahaya atau fatal di antara hipotermia, frostbite, altitude sickness?
“Kalau ditanya mana yang paling fatal, altitude sickness. Sebab, kondisi ini berkaitan dengan asupan oksigen. Manusia akan lebih mudah meninggal dunia ketika kekurangan oksigen,” jelas dr. Dyah Novita.
Adapun pertolongan pertama yang bisa diberikan ketika seseorang mengalami altitude sickness, yaitu:
- Berikan ruang yang cukup untuk bernapas. Hindari berkerumun di sekitar penderita.
- Longgarkan pakaian penderita.
- Berikan alat bantu pernapasan, misalnya tabung oksigen portabel.
- Berikan air putih.
- Jangan berikan obat-obatan selain parasetamol untuk mengatasi nyeri yang dirasakan.
- Bila memungkinkan, segera bawa penderita turun ke dataran rendah.
- Jika kondisinya tidak memungkinkan, segera hubungi petugas evakuasi.

Cegah Penyakit Kedinginan dan Ketinggian dengan Cara Ini
Supaya segala gangguan kesehatan tidak muncul saat Anda berada di lingkungan dingin dan dataran tinggi, beberapa hal yang bisa disiapkan adalah sebagai berikut:
- Gunakan pakaian yang sesuai dan hangat, tetapi tidak sampai membuat sesak.
- Jika sedari awal kondisi badan tidak fit atau punya kondisi medis tertentu yang tidak memungkinkan untuk mendaki gunung, lebih baik jangan paksakan.
- Beristirahat jika terlalu lelah saat mendaki.
- Siapkan persediaan air minum dan makanan yang cukup.
- Perbanyak referensi tentang medan yang akan Anda kunjungi. Jangan sampai Anda kaget saat sudah terlanjur di sana.
- Bawa hot pack untuk berjaga-jaga saat kedinginan.
- Akan lebih baik bila Anda mendaki gunung dengan orang yang sudah berpengalaman.
Tips Mengatasi Hujan Badai Saat Mendaki
Kenapa Badai di Gunung Sangat Berbahaya?
Cuaca ekstrem di gunung dapat berubah dalam hitungan menit. Hujan deras disertai angin kencang, petir, dan kabut tebal dapat menyebabkan:
- Penurunan suhu ekstrem → pemicu hipotermia
- Jalan licin → risiko cedera dan jatuh
- Gangguan visibilitas → tersesat
- Kelembaban ekstrem → mempercepat frostbite
Tips Bertahan Saat Terjebak Hujan Badai
- Segera cari perlindungan: tenda, bivak, atau gua.
- Hindari tempat tinggi atau terbuka untuk menghindari sambaran petir.
- Lakukan isolasi termal dengan alas dan penutup darurat.
- Jangan bergerak terlalu banyak, pertahankan energi
- Periksa suhu tubuh dan gejala AMS secara berkala
Checklist Darurat Anti-Badai
- Ponco/jas hujan tahan angin
- Tenda double-layer dengan footprint
- Headlamp + baterai cadangan
- Radio atau komunikasi darurat
- Kantung tidur dengan temperatur rating sesuai lokasi
Tabel Perbandingan Tiga Kondisi: Hipotermia vs. Frostbite vs. AMS
| Aspek | Hipotermia | Frostbite | Altitude Sickness (AMS) |
|---|---|---|---|
| Penyebab | Kehilangan panas tubuh | Pembekuan jaringan | Kekurangan oksigen di ketinggian |
| Area tubuh | Seluruh tubuh | Ujung tubuh (jari, hidung) | Sistemik (seluruh tubuh) |
| Tanda utama | Menggigil, kebingungan | Kulit keras/pucat/lembek | Pusing, mual, susah napas |
| Risiko fatal | Ya | Ya (jika infeksi atau nekrosis) | Ya (HAPE dan HACE) |
| Penanganan | Pemanasan bertahap | Rewarming air hangat | Oksigen, turun ketinggian |
Saat Kita Lebih Siap, Alam Menjadi Sahabat
Mendaki bukan hanya soal menaklukkan puncak, tapi soal bagaimana kita pulang dengan selamat dan cerita utuh. Mengetahui perbedaan antara hipotermia, frostbite, dan altitude sickness bisa menjadi pembeda antara petualangan yang berkesan atau tragedi yang tak diinginkan. Dan saat hujan badai datang tanpa aba-aba, hanya pengetahuan dan kesiapan yang bisa melindungi kita dan tim. Jadi, sebelum kamu kemasi ransel berikutnya, pastikan kamu simpan dan bagikan artikel ini ke grup pendakianmu. Karena satu langkah kecil dalam persiapan, bisa jadi penyelamat nyawa di alam liar.