Perdebatan, Sampai Pembuktian. Benar “Bumi Datar”!?

profile picture Ipank Kase

Kolkey Ipansuri Kase

Rabu, 16 November 2022

Teori tentang bentuk “bumi datar” akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak pihak. Tidak dapat dipungkiri bahwa, ada perdebatan yang ramai di media sosial antara penganut teori “bumi datar” dengan penganut teori “bumi bulat”.

Masing-masing pihak melontarkan argumentasinya untuk mempertahankan teori yang dianutnya. Sebagai contoh, dilansir dari media online CNN Indonesia (2021), salah satu pendukung teori bentuk “bumi datar” paling terkenal yaitu penulis asal Inggris “Samuel Rowbotham” menyatakan bahwa, “bumi adalah cakram datar tak bergerak, berpusat di Kutub Utara, dengan Antartika adalah dinding es di batas luar cakram”[1]. Demikian juga dari pihak pendukung teori bentuk “bumi bulat” dengan tegas menyatakan bahwa, gagasan tentang bentuk “bumi bulat” secara empiris telah terbukti atau terjawab oleh navigator Eropa yang mengelilingi bumi pada abad ke 16[2].

Bila ditelusuri berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, pernyataan mengenai bentuk “bumi datar” dan bentuk “bumi bulat” bisa dikatakan sudah dikemukakan sejak zaman Yunani oleh para filsuf alam. Pada zaman itu pun sudah ada perdebatan, ada pertentangan antara guru dan murid tentang “apa” bentuk bumi ini?

Tokoh yang menyatakan bahwa “dunia ini datar” adalah Anaximenes. Ia adalah seorang ahli ilmu alam yang hidup antara tahun 585-528 SM[3]. Ia menyatakan bahwa, “dunia ini datar seperti meja bundar, dan di bawahnya ditopang oleh udara”[4]. Ia (Anaximenes) adalah murid Anaximandros seorang ahli astronomi dan ilmu bumi yang hidup antara 610-547 SM. Pernyataan Anaximenes tentang “dunia datar” bertentangan dengan pernyataan gurunya (Anaximandros). Anaximandros menyatakan bahwa, ”langit itu bulat seperti bola. Bumi terkandung di tengah-tengahnya. Bangunannya seperti silinder, bulat panjang dan datar pada atasnya[5]”.

Ide tentang bumi datar kembali hadir pada abad ke 20, tepatnya pada tahun 1956, dipelopori oleh Samuel Shenton dengan membentuk komunitas “bumi datar”[6]. Ide tentang bentuk “bumi datar” ini bisa dikatakan berangkat dari pemikiran Anaximenes tadi, mungkin juga dilatarbelakangi oleh hal lain.

Namun, terlepas dari latar belakang ide bentuk “bumi datar”, kenyataannya bahwa, hari ini, tidak sedikit yang meyakini atau mendukung teori bentuk “bumi datar”. Hasil jejak pendapat di Amerika yang dilakukan oleh YouGov pada tahun 2018, dan FDU pada tahun 2022 menunjukkan bahwa, “11% orang Amerika percaya bahwa bumi mungkin datar”[7]. Pada tahun 2021, hasil survei lembaga penelitian Censis di Italia menunjukkan bahwa, “5,8% percaya bahwa bentuk bumi datar”[8]. Hal ini membuktikan bahwa, organisasi bumi datar ini mempunyai massa, walaupun sampai saat ini belum terbukti kebenarannya bahwa bentuk bumi datar.

Secara empiris, pada era ini ada satu upaya yang dilakukan oleh penganut teori “bumi datar” untuk membuktikan bahwa, bentuk bumi itu memang datar. Pada tahun 2018 tanggal 24 Maret, seorang penganut teori bentuk “bumi datar” menggunakan roket buatannya untuk membuktikan bahwa bumi datar, namun upayanya gagal[9]. Setelahnya, masih dalam perencanaan. Di mana tahun 2019 sekelompok penganut teori “bumi datar” berencana melakukan ekspedisi ke Antartika dengan harapan dapat mengungkap sifat asli dari bumi atau dengan kata lain ingin membuktikan juga bahwa bumi datar[10]. Secara umum, upaya membuktikan, dan rencana membuktikan bahwa bumi ini datar dimaksudkan juga untuk menghentikan perdebatan antara penganut teori “bumi datar” dengan penganut teori “bumi bulat”[9,10].

Akan tetapi, sepertinya sulit bahwa perdebatan akan berhenti dengan terbuktinya bumi. Asumsinya adalah, “jika penganut teori bentuk “bumi datar” berhasil membuktikan bahwa bumi datar, maka sebaliknya penganut teori “bumi bulat” akan berupaya untuk meruntuhkan pembuktian teori bumi datar tersebut”. Demikian seterusnya.

Penganut teori “bumi datar” telah mengadakan konferensi sebanyak dua kali. Konferensi pertama kali dilakukan pada tahun 2017 bulan November. Pada tahun 2018 tanggal 15-16 November, penganut teori bumi datar kembali mengadakan konferensi internasional di Denver Amerika Serikat. Diketahui bahwa, ada sekitar 600 peserta dalam konferensi tersebut. Dari total peserta konferensi diperkirakan sebanyak 80% meyakini bahwa bentuk bumi datar[11]. Hal ini seakan memberi makna, pesan, kepada penganut teori bentuk “bumi bulat”, mungkin juga kepada masyarakat dunia bahwa, kami (penganut teori bentuk bumi datar) akan terus berupaya untuk membuktikan bahwa, benar “bumi datar”.

0 Agree 0 opinions
1 Disagree 1 opinion
0
1
profile picture

Written By Ipank Kase

This statement referred from