Kiamat Akan Terjadi Apabila Bumi Benar-benar Datar!
Bumi Datar adalah kiamat yang manusia ciptakan sendiri untuk kemusnahan mereka pula— setidaknya dalam pemikiran mereka.
Perdebatan bumi bulat dan bumi datar memang menggelitik banyak pihak. Berbagai argumen bermunculan seiring berlajannya waktu. Walaupun keyakinan bahwa bumi itu bulat telah diyakini oleh sains modern, masih banyak orang berpegang teguh dengan bentuk bumi datar. Berbagai argumen saling lempar-melempar di antara dua kubu. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, karena memang setiap orang akan bertanggung jawab pada apa yang mereka yakini, bukan atas yang orang lain yakini. Selama tiap orang memiliki bukti pendukung, why not?
Karena itu saya memuat tulisan ini untuk membantah keyakinan dari bumi datar, salah satunya ketiadaan gravitasi.
Gravitasi adalah fenomena alam di mana semua hal yang memiliki massa atau energi di alam semesta saling tarik-menarik satu sama lain. (Wikipedia)
Jika hari ini kita masih menapak di tanah, dan belum melayang-layang maka itu adalah andil gravitasi. Gravitasi juga yang mengikat tiap benda fisik di alam semesta dalam keteraturan. Ia mengikat setiap benda dan kemudian mempertahankan keteraturan. Gravitasi sendiri adalah alasan utama mengapa bumi berbentuk bulat. Hal ini karena sifat dari gravitasi yang saling tarik-menarik harusnya membentuk benda sebesar bumi bulat sebagai imbal adanya gravitasi di pusat. (Kok Bisa, 2018)
Itulah mengapa gravitasi adalah teori yang harus dienyahkan dari jagat raya untuk membuktikan kebenaran bumi datar.
Gravitasi Sebagai Takhayul Belaka
Ya, kaum bumi datar meyakini gravitasi sebatas takhayul. Teori gravitasi adalah penghalang utama kaum bumi datar. Jadilah mereka menciptakan antitesis dari gravitasi, yaitu jatuhnya apel karena berat.
Penyebab benda jatuh dari udara atau naik ke atas disebabkan perbedaan berat. Jika suatu benda lebih berat dari udara maka akan jatuh ke bawah; jika suatu benda lebih ringan dari udara maka akan naik ke atas.
— Eric Dubay, 2014.
Teori ini populer di kalangan kaum bumi datar. Terutama, lewat andil Eric Dubay dalam bukunya yang berjudul ‘The Flath Earth Conspiracy’.
Let's say hal tersebut benar adanya, tapi mari menalar: Apa yang menopang bumi untuk tidak jatuh jika sudah tentu bumi lebih berat daripada udara?
Kiamat dari Ketiadaan Gravitasi: Kehidupan di Bumi Hancur Lebur
Skenario utama yang dapat terjadi dari ketiadaan gravitasi ini adalah kehancuran bumi. Mulai dari matahari dan bulan yang akan jatuh, sampai berbagai benda tak lagi terikat. Semuanya akan jatuh ke bumi sebagai imbal dari benda yang lebih berat dari udara.
Jika hal tersebut terjadi, tidak akan ada kehidupan yang bertahan di bumi. Dan tentu hal tersebut dapat dibantah, karena sampai sekarang kita yang berada di tempat masing-masing pun masih berpijak di bumi yang sama, dan juga langit yang sama.
Bukti empiris diatas yang dapat diimajinasikan dan diindrawi masih diperkuat secara teoritis yaitu lewat hubungan gravitasi dengan berat.
Berat Tidak Kuat Tanpa Gravitasi…
Mengutip dari buku 'Benarkah Bumi itu Datar?' oleh Rahmat Abdullah bahwa suatu benda yang bermasa dan berada di dalam medan gravitasi, akan memiliki gaya berat (weight).
Dalam Fisika, berat (weight) merupakan salah satu jenis gaya (Force), sehingga satuannya Newton. Berat (weight) didefinisikan sebagai perkalian antara masa benda (m) dengan percepatan gravitasi (a). Oleh karenanya, berat juga ekuivalen gaya gravitasi yang terjadi pada dua benda yang masing-masing bermasa m dan m, yang terpisah dengan jarak tertentu (r).
Berat yang selama ini kita kenal merupakan sebuah gaya hasil dari perkalian antara massa benda (m) dengan percepatan gravitasi (a). (Abdullah, 2018) Tanpa gravitasi, benda yang bermassa berapapun tak dapat disebut 'berat'. Hal ini menjelaskan fenomena astrounot di luar angkasa yang melayang-layang.
Baik bukti empiris sampai bukti teoritis membawa kita pada kesimpulan bahwa gravitasi itu nyata. Sehingga, adanya gravitasi tentu membuktikan juga kebenaran bumi bulat.
Keseimbangan: Antitesis yang Saling Melengkapi
Bumi bulat adalah satu dari sekian keseimbangan yang terus Ia pelihara. Seperti yang tercantum dalam AlQur'an.
وَا لسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَا نَ
“Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,” (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 7)
— Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
Ayat tersebut menegaskan keseimbangan yang terjaga di langit dan di bumi. Keseimbangan yang bukan hanya putih, namun juga hitam. Seperti yin dan yang, saling bergandengan. Karena bayangan hanya tercipta dari adanya cahaya.
Antitesis dari suatu hal akan tercipta dengan sendirinya dari keberadaan benda tersebut.
Begitupun teori bumi bulat memiliki antitesis mereka sendiri, yaitu bumi datar. Sekalipun tidak dapat dibuktikan, bumi datar adalah bagian dari keseimbangan yang wajar jika kita menelisik sejarah. Pada perkembangannya, berbagai gagasan tentang bentuk bumi yang sesungguhnya menimbulkan perdebatan. Sampai akhirnya, seleksi alam mempertahankan bumi datar dan bumi bulat sebagai gagasan paling populer. Dan segera, setelah perkembangan ilmu pengetahuan, bumi bulat dipatenkan sebagai keyakinan universal.
Walaupun telah diterima banyak pihak, masih ada yang ngotot dengan pendapat bumi datar. Inilah salah satu bagian paling menarik dalam membedah fenomena bumi datar, bukan hanya dengan 'objek' tapi sang 'subjek'. Pelaku yang melestarikan teori bumi darat. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Dan apa yang membuat mereka berpegang terlampau teguh pada pendapatnya?
Segara dalam seri bumi datar oleh @sheisekay.