Bahagia Seperti Fans MU

profile picture Izulumam

Sebagai disclaimer terlebih dahulu. Saya disini bukan fans MU (Manchester United) tapi suka aja begitu kalau mau bahas MU. Gak MU gak makan, begitu kata akun-akun meme sepakbola Instagram. Sebab sudah menjadi kebiasaan followers-nya kalau apa-apa bahas MU. Liverpool menang Carabao dan FA Cup, komentarnya “kasihan MU gak buka puasa padahal udah 5 tahun”. Tetangganya juara liga, komentar di ig “malu sama tetangga, tiap tahun dapat trofi”  Yahhh pokok intinya apapun postingannya, MU yang kena.

Dari dulu emang seneng gitu kata katain fans MU kalo mereka lagi kalah, Tapi lama-lama kok jadi iba ya?. Apalagi misalnya ketika di tongkrongan. Saat teman-teman fans lain bisa saja satu hari menjadi Bahagia, nah ini fans MU kerjaannya murung aja. Misalnya kemarin, temen saya yang fans Real Madrid Bahagia banget soalnya Madrid juara liga. Lah MU? Kata temen saya yang fans MU sih, “gimana mau menang? Maen ae kyok ngono”. Jadi saya berinisiatif. Gimana saya kalau ngebahas sisi positif dari MU?

Yaah, walaupun kita sama sama tahu MU musim ini bobrok pasti adalah sisi positifnya (dan saya yakin ini satu-satunya wkwkwk). Daripada bosen kata-katain mereka mending bahas yang ini aja yakan, barangkali dengan pembahasan positif kali ini, ada secercah pelipur lara bagi fans MU yang sedang merana. Maka saya tulislah artikel ini, Bahagia Seperti Fans MU.

Emyu (saya tulis begini aja ya, toh di ig tulisannya juga begitu) setelah ditinggal Alex Ferguson bisa kita bilang yaa performanya sangat-sangat menurun. Dan semua orang mengakui itu bahkan fans emyu sendiri. Mereka sampai jor-joran mengeluarkan banyak dana demi mendapat tanda-tangan pemain bintang. Pogba, Fred (ya anggaplah bintang, mahal soalnya) Wann-Bissaka, Bruno Fernandes, Di Maria, Lukaku dan masih banyak lagi. Bahkan di musim ini mereka mendatangi J. Sancho serta mega bintang C. Ronaldo. Bukan tanpa tujuan, mereka pengen juara.

Ekspektasi fans emyu di musim ini bisa dibilang tinggi banget. “Ronaldo datang bos, lawan ketar-ketir” kira-kira begitu celetuk fans emyu. Jujur, saya yang merupakan fans dari klub liga Inggris lain deg-degan waktu Ronaldo datang. Pikir saya pertama, wah kalau Ronaldo datang nanti klub kesayangan saya kalah lawan emyu. Dan kedua, ntar kalo menang terus gak ada bahan bulian lagi dong. Ah gak seru. Gitu pikir saya. Fans emyu pun optimis, pasti minimal dapat satu trofilah, Ronaldo boss. Tapi setelah berjalannya waktu, hehe. Tetap gitu-gitu aja.

Kekalahan demi kekalahan mereka alami, peringkat jauh melayang. Akankah suasana tegang perebutan gelar kembali tidak dirasakan emyu? Fans Nya gak mau dong, masukan fansnya #oleout akhirnya dikabulkan manajemen. Manajemen kemudian mencari pelatih yang kiranya berpengalaman. Maka dipilihlah Rangnick, pelatih dari Jerman yang merupakan guru dari J. Klopp dan T. Tuchel. The Godfather of Gegenpressing, begitu julukannya. Fans emyu kembali semangat dong, Ronaldo, Sancho, Rangnick, ah gelar positif iniiiii. Begitu kata teman tongkrongan saya (saya heran kenapa Maguire gak disebut), optimis kembali terpatri di sanubari.  Tapi akhirnya? Wkwk, sama aja.

Di berbagai turnamen KO, mau kejar Liverpool sama City sulit. Akhirnya mereka Realistis, mungkin target musim ini posisi 4 besar. Mereka turunin ekspektasinya mereka. Tapi lama-lama kok sulit juga ya? Chelsea walau kadang gak konsisten seperti membatu di peringkat 3, mau kejar 4 Tottenham sama Arsenal lagi naik-naiknya. Trus ya apa? Apakah ekspektasi itu tetap mereka pegang? Setelah realita tak mendukung harapan, hal yang paling baik mereka lakukan adalah menurunkan ekspektasi.

Kecewa ya wajar, Pelatih anyar pemain bintang, apalagi yang kurang? Tapi mau gimana lagi. Permainan gak konsisten tiap minggu. Gimana mau kejar 4 besar orang mainnya gitu-gitu aja. Maka ekspektasi terakhir mereka di musim ini agar main di liga eropa UEFA. Hal tersebut juga didukung dengan statement Rangnick yang mengatakan bahwa pemain telah siap bermain di liga eropa. Walau sempat ketar-ketir tapi akhirnya, ekspektasi mereka yang ini terpenuhi. (alhamdulillah gak main di liga eropa rasa jeruk) begitu kata temen tongkornganku.

Disitu saya bisa lihat ekspresi teman saya (yang fans emyu) bahagia. Walau gak sebahagia fans Madrid tentunya. Ya begitu ekspektasi mereka mereka gak tinggi, akhirnya kebahagianpun mudah di dapat. Realistis aja, dengan permainan yang begitu mana bisa mereka masuk liga Champion apalagi jadi juara. Tapi kalau ekspektasi mereka masuk liga eropa mungkin itu realistis. Dan bahagia pun gak jauh.

Eric Weiner, seorang traveler dan penulis pernah menulis tentang tempat-tempat paling Bahagia di dunia. Dalam bukunya The Geography of Bliss dia memasukkan negara Bahama sebagai salah satu negara yang bahagia di dunia. Apa istimewanya Bahama? Negara berkembang yang roda perekonomiannya rendah. Gedung tinggi yang menjulang dan mall pun tidak ada. Bagaimana orang orang disana dapat dikatakan Bahagia?

Mungkin orang-orang yang mengetahui seluk beluk pemerintahan Bahama akan mengatakan bahwa pemerintah disana menjamin kebahagiaan masyarakatnya. Bahkan di Bahama terdapat kementrian kebahagiaan demi hal tersebut. Namun Eric Weiner memiliki pendapat lain. Menurutnya, alasan dari kebahagiaan penduduk Bahama adalah karena rendahnya ekspektasi mereka terhadap semua hal. Mereka tidak muluk-muluk dalam menginginkan sesuatu. Sebab jikalau muluk-muluk pun apa yang bisa didapat dari banyaknya keterbatasan.

Hal inilah yang kemudian saya kontekstualisasikan kepada para fans emyu. Dan bukan hanya pada emyu. Everton juga mengalami hal yang sama. Bayangkan everton beberapa musim ke belakang. Everton bukanlah klub semenjana yang bisa disepelekan. Everton bisa saja menyulitkan big six dalam meraih target mereka. Bahkan musim lalu sempat berdiri di peringkat 1. Lantas bagaimana keadaan mereka musim ini? sangat-sangat-sangat bobrok. Jauh dari performa mereka biasanya. Tapi, apakah kalian semua perhatikan bagaimana rona bahagianya para pendukung everton waktu tahu timnya gak jadi degredasi? Mereka bahagia, sebab ekspektasi mereka bukan lagi menyaingi big six, tapi lolos dari degradasi.

Penurunan ekspektasi mereka terhadap capaian club kesayangan di akhir musim hanya berkisar pada lolos liga eropa. Gak muluk-muluk, karena mereka tahu, emyu gak bakalan bisa melakukan hal itu. Gak realistis impian semacam itu, nanti lama-lama kecewa. Trus di musim besok apakah para fans emyu kembali mematok ekspektasi tinggi? Mari kita lihat. Ada pelatih baru soalnya wkwk.

Nb: Artikel ini ditulis pada akhir musim 2021/2022. 

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0

This statement referred from