Bumi datar dan kuburan teori sains
Sumber gambar: canva.id
Diakhir tulisan ini, entah bagaimana respon kalian nanti, secara terbuka saya akan menggambarkan bagaimana saya menjelaskan teori konspirasi bumi datar untuk sekaligus memberikan sebuah penghantar melalui tulisan ke pemakaman teori sains.
Salah satu respon saya ketika saya ikut terlibat dalam kegiatan menulis mengenai tema kontroversial bumi datar (flat earth) ini adalah sebuah antusiasme yang akut; sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, membahas teori bumi datar menurut saya artinya, merupakan aktifasi dari sebuah mode penasaran (curiosity) yang saya punya terhadap hal-hal yang berbau kontroversi. Membahas teori ini bagi saya adalah pengingat akan keingintahuan yang pernah tumbuh dalam basis literatur yang sangat berbeda. Sebuah pemahaman yang lain daripada yang lain. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya.
Awalnya ketika saya membaca dan melihat sekilas tentang paham bumi datar, reaksi pertama saya waktu itu adalah heran campur bingung. Sebab, semua hal yang dibahasnya sangat bertentangan dengan teori sains yang kita pelajari semasa SD hingga sekarang. Dan ketika saya membaca dan mencoba mencernanya keyakinan saya sangat sulit untuk menerima, tentang kebenaran-kebenaran yang ditawarkan oleh teori tersebut. Alih-alih menerima, saya malah terlena dalam reaksi pisikologis saya untuk menghakimi teori ini dan menyebutnya sebagai sebuah pembodohan. Dan itulah sekilas reaksi paling awal saya saat berkenalan dengan teori ini. Sangat dramatis bukan?
Hampir semua dari kita yang membaca teori ini pasti punya reaksi yang sama bukan. Baik dari segi pisikologis maupun segi logika sains itu sendiri. Sama halnya ketika awal mula saya memberikan penilaian terhadap teori tersebut dengan memegang apa yang sudah saya yakini sebelumnya dan menyumpalkan kedalam teori bumi datar. Alhasil, secara eksplisit teori itu saya tolak mentah-mentah karena sangat berbanding terbalik dan cukup tidak rasional. Saya berpendapat teori itu hanyalah sebuah waham dalam dunia sains.
Tetapi itu hanya permulaan. Saat setelahnya, saya dengan sadar memutuskan untuk membuka pikiran saya dan mempelajari lebih lanjut terkait teori tersebut karena mungkin ada alasan tentang bagaimana mereka meyakini kebenaran teori ini. Jadi kemudian dengan segala keterbatasan dan kapasitas saya serta rasa penasaran, saya mencoba memberanikan diri. Mulanya saya terlena oleh beberapa asumsi yang diberikan teori ini yaitu tentang landasan argumen membongkar kebohongan yang disembunyikan oleh sains modern hingga sebuah disiplin ilmu yang berbeda dari apa yang kita pelajari disekolah. Secara subjektif teori ini berhasil memikat dengan kemasan kontroversinya.
Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah:
Pertama, penolakan saya terhadap bentuk bumi yang datar adalah dengan membuktikan satu contoh kecil yang aktual contoh itu bahkan saya bisa melakukannya dengan sangat mudah dan jelas yaitu, dengan melihat atau mengamati suatu objek yang bergerak menjauh di atas medan yang sejauh mata memandang adalah datar, hingga lama-kelamaan kemudian ia akan menghilang dicakrawala. Contohnya kita mengamati objek seperti kapal yang berlayar menjauh dari tempat kita. Dan terbukti, bahwa hilangnya kapal itu adalah disebabkan oleh bentuk bumi yang memang memiliki lengkungan. Alias bulat.
Namun teori bumi datar membantah gagasan itu dengan asumsi bahwa suatu objek yang bergerak menjauh kemudian menghilang dicakrawala atau horison bukan disebabkan oleh lengkungan bumi, melainkan oleh perspektif di horison juga adanya refraksi cahaya yang ada disekitar objek tersebut. Oleh karena itu objek tadi tidak menghasilkan bentuk yang utuh atau menghilang dicakrawala seiring ia bergerak menjauh dari pengamatan. Namun ketika dicek ulang menggunakan teropong atau media semacamnya ia akan sangat tampak utuh dan tetap datar. Teori ini mengatakan juga bahwa, jika bumi memang melengkung, maka lengkungan bumi dapat diukur dengan menggunakan rumus phytagoras dengan asumsi: panjang jari-jari bumi = 6.371 km. Lengkung bumi seharusnya 8 inches/ mil atau sekitar 20,32 sentimeter per mil.
Pada abad kesembilan belas, ada sebuah keraguan terkait jawaban mengenai gagasan bumi bola, yaitu sebuah eksperimen yang terkenal bernama Bedford Experiment yang berlangsung di sungai Bedford, norfolk, England. Eksperimen ini bertajuk membuktikan terkait bentuk bumi, apakah ada lengkungan atau tidak. Tokoh yang mempeloporinya yaitu Samuel Birley Rowbotham. Ia adalah salah seorang yang meragukan bentuk bumi bulat. Sungai yang menjadi objek eksperimennya juga termasuk sungai yang lurus dan tak terganggu pandangannnya sepanjang 6 mil atau sekitar 9,7 kilometer.
Percobaan berangkat dari pertanyaan; apakah air sungai itu datar atau lengkung?
Atau apakah kapal itu akan menghilang dikejauhan enam mil?
Dan jika benar lengkung, pada pandangan jarak sejauh 9,7 kilometer harusnya lengkungan dihasilkan oleh suatu objek dibawah 4,8 meter. Artinya, benda yang dibawah 4,8 meter tidak akan terlihat dari jarak 9,7 kilometer. Jika kapal tersebut benar-benar menghilang berarti terbuktilah bentuk bumi memang bulat. Akan tetapi, saat mereka melakukan eksperimen tersebut, dengan dilayarkan sebuah perahu sejauh 9,7 kilometer yang dikenal dengan sebutan Bedford. Terrnyata hasilnya cukup mengejutkan. Perahu itu dengan benderanya masih tampak terlihat utuh dan jelas pada jarak sejauh 9,7 kilometer, padahal jika bumi melengkung mestinya sudut pandang yang kita hasilkan akan melenceng diketinggian 4,8 meter sehingga membuat perahu tersebut tidak kelihatan.
Berangkat dari percobaan ini seorang Samuel Birley Rowbotham dengan bukunya yang berjudul Zetetic Astronomy: Earth Not a Globe berteori bahwa hal ini disebabkan bukan melalui lengkungan melainkan melalui Horizon Persfective atau perspektif di horison. Dari kacamata kita sebagai pengamat, seharusnya benda atau objek akan mengucut di ketinggian sudut pandang kita atau yang dikenal juga dengan istilah observasi horison. Seorang Samuel Birley Rowbotham melalui percobaan ini menjadi yakin bahwa bumi itu datar. Dirinya juga yang menjadi paling berpengaruh besar terhadap gerakan ini sejak tahun 1838.
Sumber gambar: E book by Samuel Zetetic Astronomy Birley Rowbotham: Earth Not A Globe dan R.G. Ingersoll, The Gods Other Lecture (Washington DC. C.P Farrel, 1879), p.171.
Dan sejak saat itu, Teori bumi datar mulai dipercaya oleh sekelompok orang khususnya orang-orang yang bertempat di Inggris yang juga menjadi tempat bersejarah untuk merekam momen percobaan Bedford tersebut. Hingga menjadi titik awal gerakan Flat earthers pada tahun 1838.
Saya sadar bahwa ternyata kepercayaan mengenai bentuk bumi yang datar bukan hanya bermula dari percobaan Bedford saja, melainkan era inilah yang menurut saya adalah era penghidupan kembali teori yang sudah lama dilupakan sejak perkembangan ilmu pengetahuan kita berada dalam fase modernisme. Artinya gagasan mengenai bentuk bumi memiliki alur sejarah yang menarik. Tapi jika kita perhatikan ini, berawal dari percobaan Bedford tadi itu membuktikan bahwa kepercayaan ini adalah mundur ke era kepercayaan kosmografi kuno, sejak gagasan tentang bumi adalah Geocentric, yaitu sebuah istilah astronomi di era Yunani oleh Aristoteles dan Klaudius Ptolemaeus yang merupakan bumi adalah pusat alam semesta. Dan beberapa terdahulunya juga tidak berbeda jauh bahwa sebelumnya pada masa Mesir kuno kepercayaan mengenai gagasan bumi dilandasi oleh bentuk mitologi dewa dewi. Lalu kemudian ada bangsa Babilonia yang berpandangan bahwa bumi adalah bidang datar yang mengembang diatas air dengan dilapisi langit yang berbentuk kubah diatasnya. Dan saya rasa untuk mengetahui era ini kita bisa menarik suatu benang merah yaitu bahwa ribuan tahun yang lalu gagasan mengenai bentuk bumi telah berevolusi seiring berjalannya waktu serta berkembangnya ilmu pengetahuan. Dari mulai kepercayaan atas mitologi hingga menjadi paham kita sebagaimana bentuk bumi yang sudah dipelajari disekolah saat ini. Itupun sudah didasari oleh sains itu sendiri.
Namun dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kepercayaan akan bentuk bumi dimulai dari konsepsi arkais berbentuk bidang atau cakram yang artinya bahwa banyak dari kebudayaan kuno meyakini kosmografi bumi datar. Gagasan ini meliputi diantarnya; pradaban Yunani kuno, pradaban klasik, pradaban perunggu, hingga pradaban besi. Bentuk kosmografi juga ini sebetulnya sudah populer oleh masyarakat prasaintifik di era itu, yaitu dengan asumsi bahwa bumi itu datar dan diatasnya dilapisi oleh langit yang bentuknya kubah. Untuk mereka pradigma ini adalah sudah menjadi umum.
Jika kita kaji berdasarkan historis dan memberikan suatu pertanyaan seperti “Mana yang lebih dulu: gagasan bumi datar atau bumi bulat?”
Maka jika hari ini kita tetap berpegang teguh pada gagasan bumi bulat, lalu tanpa menghiraukan bentuk sejarah perkembangan gagasan tersebut, kemudian kita berterus terang dengan jawaban, bahwa yang lebih dulu itu adalah gagasan bumi bulat, tentu itu salah. Tapi jika pertanyaannya apakah anda percaya bumi itu bulat? Anda menjawab 'iya' maka jawabannya itu benar. Namun kalau kita coba pertanyakan ulang; apakah pernah ada dalam diskusi kita atau perdebatan kita antara kubu bumi datar dan kubu bumi bulat yang mempertanyakan “lebih dulu mana gagasan bumi datar atau bumi bulat?” saya rasa pertanyaan itu sangat jarang diajukan. Dan jikapun ada pasti mereka akan meminta waktu sebentar untuk mencari data tentang itu walaupun mungkin itu masih dalam diskusi awam bukan diskusi akademis. Tapi yang sering kita lupakan dalam perdebatan bumi datar dan bumi bulat adalah kita tidak pernah menyoroti tentang sejarah gagasan bentuk bumi. Saya rasa itu hal yang penting, karena ruang-ruang historis akan membawa kita pada titik awal masalah atau setidaknya kenapa masalah itu masih saja dipermasalahkan.
Seandainya jika kita punya pilihan untuk memilih mempercayai bumi datar daripada bulat dan alasan kita memilih adalah lebih mempercayai nenek moyang terdahulu kita daripada era-era sekarang, maka bukankah itu pilihan? Bukankah alasan itu cukup masuk akal secara historik? Dan jika ada yang menganggap itu sesuatu yang bodoh bukankah mereka tidak melek soal faktor itu?
Kenapa kita harus melek soal alur historis?
Untuk menjawabnya saya yakin semua kalangan pasti menyetujui alur historis gagasan bentuk bumi yaitu berawal dari asumsi bumi datar. Tetapi setelah itu, ada seorang pria dengan tongkat misteriusnya memberikan suatu keraguan sekaligus bantahan tentang gagasan tersebut. Pria itu bernama Eratosthenes yang berangkat dari seorang matematikawan dan sikutu buku ia berhasil membikin tongkatnya menjadi media analisa atas kekeliruan tentang gagasan bahwa bumi adalah pusat alam semesta (Geocentric) menjadi Heliocentric yang merupakan matahari sebagai pusat alam semesta dan bumi yang mengelilinginya. Dan sejak era inilah gagasan bumi bulat dimulai. Ditambah lagi dengan seorang penjelajah yang telah mengelilingi bumi telah bersaksi bahwa bumi memang benar-benar bulat.
Kedua, teori bumi datar adalah konspirasi. Tulisan ini bukanlah dalam rangka mencari justifikasi terhadap teori bumi datar atau memberikan kilas dan rangkuman dasar mengenai materi teori tersebut. Melainkan ini adalah kebalikan dari semua itu. Yang kita ketahui sekarang adalah bahwa teori bumi datar merupakan teori konspirasi, yang hanya beberapa orang masih mempercayai.
Bumi datar percaya bahwa ada beberapa hukum fisika yang telah menjelaskan bahwa bumi memang benar-benar bulat juga menjadi salah satu faktor pendukung yang absolut atas gagasan tersebut. Namun kata teori bumi datar itu benar-benar janggal. Mengapa demikian beberapa diantaranya sebagai berikut.
Di bagian paragraf atas tadi ada sebuah eksperimen Bedford. Menurut penganut bumi datar, alasan eksperimen ini cukup jelas menerangkan tentang kejanggalan atas kepercayaan bumi bulat, yaitu ia berawal dari asumsi matematis phytagoras dan rumusan tentang refraksi cahaya. Kesimpulannya clear bahwa itu perhitungan jika bumi bulat tentu itu sangat tidak akurat, alias gagal.
Lalau ada hukum fisika lain yang menjelaskan bumi benar-benar bulat yaitu, Gravitasi. Menurut saya ini yang paling menarik, karena bagi kaum bumi datar hukum gravitasi Newton ini adalah seluruh landasan dari dogma sains modern.
Menurut sains modern gravitasi bumi adalah percepatan total yang diberikan ke benda yang bergerak di Bumi karena efek gabungan gravitasi dan gaya sentrifugal atau bergerak menjauhi pusat atau sumbu. Asumsi ini juga yang menjadi landasan hukum fisika untuk menjelaskan bahwa bumi berotasi pada porosnya dan peredaran bumi mengelilingi matahari.
Tapi semua itu menurut bumi datar adalah pengecualian untuk berat jenis. Jika ada gravitasi menjelaskan adanya gaya tarik bumi, mengapa besi tenggelam didalam air, sedangkan gabus tidak? Lalu apakah itu karena gravitasi?
Jelas bumi datar menolak adanya gravitasi karena mereka lebih memilih hukum yang ditawarkan Archimedes yaitu tentang berat jenis, menurut mereka hukum itu sangatlah rasional dan cukup relevan. Bahkan sangat bisa menjelaskan tentang pertanyaan tadi; yaitu mengapa besi dapat tenggelam di air, sementara gabus tidak.
Bumi datar mejelaskan bahwa saat besi tenggelam itu bukanlah disebabkan oleh gravitasi melainkan karena berat jenis. Sebab berat jenis besi lebih besar daripada berat mediumnya yaitu air, sebaliknya pada gabus, mengapa ia tidak dapat tenggelam karena ia lebih ringan daripada berat mediumnya.
Kita dan benda-benda lain memiliki berat jenis yang berbeda-beda faktor yang paling menentukan seberapa potensial kita jatuh kebawah atau malah mengapung adalah semua itu karena berat jenis. Lantas apa yang menjadi medium kita? Menurut bumi datar jawabannya adalah “udara” Mengapa kita bisa terjatuh? Karena berat jenis kita lebih besar daripada udara sebagai medium. Begitu halnya dengan balon udara (helium), mengapa bisa terbang? Sebab berat jenis Balon tersebut lebih ringan dari udara. Kita tahu sifat balon udara sendiri, ia adalah gas alias helium. Saat kita menghitung konstanta gravitasi universal (9.8m/s 2 ) tidak berlaku untuk balon gas, awan, dan semua benda lain yang masa jenisnya lebih ringan daripada udara.
Jika ada gravitasi kenapa balon udara dapat terbang ke udara?
Itulah pertanyaan yang selalu muncul dalam perdebatan antara si bumi datar dan si bumi bulat. Bumi datar beranggapan bahwa gravitasi merupakan mitos yang sengaja diciptakan oleh dogma saintifik modern.
Menurut mereka; Newton tidak dapat menjelaskan mengapa apel jatuh secara vertikal, tapi bumi terkena gravitasi matahari berputar berkeliling-keliling. Katanya rumus gravitasi memang benar tapi itu tidak cukup untuk membuktikan bahwa bumi memiliki gaya tarik.
Lalu kemudian setelah itu ada Einstein berpikir keras untuk menjelaskan fenomena terkait ini. Saat itulah ia memberikan suatu teori yang bernama relativitas untuk menjawabnya. Menurutnya, matahari dan bulan bergerak secara wireless atau lebih populernya yaitu secara nirkabel. Ini juga yang memberikan asumsi bahwa sebenernya ruang dan waktu itu melengkung.
Tapi semua itu menurut bumi datar sangatlah ambigu, dua teori itu terlalu abstrak untuk merasionalkannya secara objektif bahkan juga itu cenderung memaksakan. Karena jika melihat pada acuan siklus gerhana matahari dan bagaimana cara menghitungnya ternyata angka-angka yang didapat dari hukum gravitasi dan relativitas itu tidaklah valid. Karena bumi datar secara terang-terangan menyatakan bahwa ternyata perhitungan gerhana matahari yang dilakukan oleh institusi astronom-astronom menggunakan siklus Saros, yang adalah hasil perhitungan oleh astronom zaman dulu dari bangsa Babilonia untuk memprediksi gerhana matahari, bumi, dan bulan kembali kebidang geometri yang relatif sama. Bumi datar mengatakan, jika kalian membaca dan mengkaji angka-angka yang dijadikan rumusan untuk memprediksi gerhana silahkan bandingkan, antara metode yang digunakan oleh siklus Saros dan gabungan teori-teori fisika tadi, maka lihatlah perbandingannya. Bumi datar percaya bahwa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan atas kosmologi modern. Dan ini merupakan salah satu bukti kebohongan sains modern yang berawal dari mitos gravitasi.
Tunggu dulu. Mungkin sampai sini saya akan break down terlebih dahulu dan memperbaiki posisi duduk kalian atau leher kalian untuk mencerna tulisan yang saya kira kurang optimal. Tapi jangan khawatir karena ini bukanlah jurnal ilmiah atau artikel ilmiah. Sebab sedari awal saya menjelaskan bahwa ini adalah salah satu ketertarikan saya terhadap teori ini dan merupakan juga aktivasi dari rasa keingintahuan saya serta kontroversialisme yang disajikannya.
Balik lagi ke bumi datar. Dari semua penjelasan tadi mungkin kita sudah mendapatkan benang merah mengapa teori bumi datar merupakan teori konspirasi. Atas dasar itu konspirasi bumi datar adalah yang paling vokal meragukan bentuk dogma sains modern. Karena menurutnya era sains modern adalah era dimana bahwa ada satu persen populasi tengah mengkolonisasi pikiran sembilan puluh sembilan persen populasi didunia. Kelompok itu menjajah kita melalui ilmu pengetahuan dan sangat senyap.
Kenapa tidak langsung menjajah melalui perang? Jawabannya tentu sederhana, yaitu perang adalah kekerasan dan kekerasan adalah tindakan kejahatan. Tapi melalui penguasaan atas dogma sains serta sistem bankir, kelompok ini telah bergerak dengan strategi yang canggih juga senyap. Dan kelompok bumi datar adalah mereka yang percaya akan hal itu sedang berusaha memerangi lewat kesadaran yang dibangun juga rasa awas yang sangat menonjol.
Namun karena ini adalah pandangan pribadi saya, jadi saya tetep berada pada peneguhan diawal tadi, yaitu saya tidak akan mencari justifikasi terhadap teori ini, karena jika saya berterus terang meskipun saya sempat menelisik teori bumi datar saya adalah salah seorang yang berada pada barisan bumi bulat, bukan hanya karena itu diajarkan oleh sekolah, melainkan saya memang melihatnya sendiri bahwa teori bumi datar memang salah. Lalau kenapa demikian,
Saat dipercobaannya Samuel Birley Rowbotham ketika kita melihat beberapa risalah, rupanya dibalik percobaan itu ada cerita yang menarik, yaitu sebuah taruhan antara Samuel dan Alfred Russel Wallace. Ini juga menurutku adalah sebuah sisi lain dari eksperimen Bedford. Alfred Russel Wallace took a challenge from the Flat earthers. Risalah ini menceritakan bahwa ternyata seorang ilmuwan kawakan dan kredibel pernah menantang Samuel Birley Rowbotham untuk membuktikan eksperimen nya. Penganalisaan dari Alfred, menyatakan bahwa ternyata ada kesalahan metode dari percobaan Bedford. Menurutnya bahwa sungai yang tidak terganggu pandangannnya itu adalah irigasi, yang memang sengaja di buat lurus, jadi tanpa kita libatkan kondisi alamiah bumi hasil sungai itupun akan tetap lurus.
Lalu kemudian ada variabel refraksi. Menurut Samuel Birley Rowbotham refraksi cahaya adalah faktor kenapa suatu objek menghilang dicakrawala dalam sudut titik pandang tetap, bagi Alfred hal itu justru yang membuat kenapa objeknya masih dapat terlihat utuh atau jelas dicakrawala.
Karena kata Alfred Russel Wallace hal itu yang menjadi pemicu pembiasan cahaya. Dan hukum ini menjelaskan bahwa sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini sebenarnya bernama hukum Senellus, yang juga diambil dari nama seorang matematikawan Belanda, yaitu Willebrod Senellus yang adalah penemuannya.
Lalu ada disisi lain tentang konspirasi ini, yaitu membahas tentang mitos gravitasi tadi. Bumi datar berpendapat, bahwa hukum Archimedes adalah yang paling dapat menjelaskan tentang fenomena jatuhnya suatu benda dan selebihnya itu adalah kurang. Artinya tidak termasuk gravitasi, justru gravitasi sendiri adalah sesuatu yang mitos. Tapi apakah itu sepenuhnya benar?
Menurut saya dalam hal ini saya cukup terkecoh tentang penganalogian yang diberikan oleh teori bumi datar, yaitu saat ia menjelaskan tentang gaya, hukum tarik menarik tetapi hanya secara vertikal dan tidak berlaku untuk balon udara atau gabus dan besi. Tapi saya cukup terkecoh disitu, yang berarti pengetahuan saya atas hukum gravitasi tidak sepenuhnya benar, bahkan masih kurang.
Kita tahu bahwa di hukum Archimedes sendiri memiliki istilah yang bernama Fluida. Fluida adalah zat yang dapat berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Hal ini juga yang menjelaskan bahwa ternyata fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul kecil dar benda padat dan molekul-molekulnya lebih bebas bergerak. Dengan demikian fluida lebih mudah terdeformasi.
Zat fluida meliputi diantarnya, zat cair; seperti air dan gas. Zat tersebut dapat mengalir. Namun berbanding sebaliknya seperti batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat lainnya, tidak termasuk fluida, karena tidak dapat mengalir. Bumi datar berpendapat bahwa hukum fluida atau hukum Archimedes adalah anti tesis dari pada gravitasi Newton. Apa benarkah itu? Mari kita coba cek. Dalam hal ini apakah kita benar-benar mengetahui tentang hukum ini?
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara benda yang mempunyai massa di alam semesta. Jadi, aslinya semua benda di alam semesta ini saling tarik menarik. Tapi, gaya tarik menarik antara meja dan kamu tidak begitu besar, sehingga kamu tidak merasakannya.
Besar gaya gravitasi ini sebanding dengan massa tiap benda yang terlibat. Makin besar massa bendanya, makin besar gaya gravitasinya. Dan gaya ini makin kecil jika jarak kedua benda makin jauh.
Secara matematis, ini dinyatakan dalam Hukum Gravitasi Universal Newton:
[latex]F=G\frac{M_1 M_2}{R^2}[/latex]
Dengan [latex]F=[/latex] gaya gravitasi, [latex]G=[/latex] konstanta gravitasi universal, [latex]M=[/latex] massa benda, [latex]R=[/latex] jarak kedua benda.
Nilai konstanta gravitasi universal [latex]G=6,67\times 10^{-11}[/latex] adalah nilai yang sangat kecil, maka dari itu, gaya gravitasi hanya akan relatif berdampak jika massa benda (minimal salah satunya) besar.
Persamaan ini diturunkan oleh Newton secara empiris, melalui pengamatan dan penelitian selama lebih dari 20 tahun, bukan sekedar kejatuhan apel dan tiba-tiba ide gravitasi muncul di kepalanya. Gravitasi inilah yang membuat kita bisa berpijak di tanah, membuat planet-planet berputar, membuat bola yang ditendang turun lagi ke tanah, dan sebagainya. Itu sebabnya, penyangkalan gravitasi bumi datar tidak cukup mengambil premis dari kisah jenius apel yang jatuh secara vertikal saja, melainkan bumi datar selama ini punya gagal yang vatal atas pengamatan mengenai gravitasi tersebut. Ia tidak tuntas membaca banyak hikayat. Lalu kesamaan diantara kedua gaya di atas adalah, yang pertama hukum fluida, ia lebih fokus terhadap kondisi zat benda yang mempengaruhi pergeserannya. Lalu kedua, gravitasi, menjelaskan tentang gaya gerak atau kondisi tarik menarik yang ada dibumi.
Mungkin sekarang saya menyadari bahwa ternyata banyak sekali pemahaman atas teori bumi datar sejatinya hanyalah konspirasi dan akan selalu seperti itu. Karena secara ilmiah memang teori tersebut tidak cukup valid untuk dikatakan sebagai teori, sebab masih terdapat banyak kesalahan atas metodelogi. Teori ini, saya sadar bahwa rupanya ia sangat aktif untuk mengutip-mengutip pernyataan para ilmuwan yang menurut mereka bisa sesuai dengan justifikasi teorinya. Artinya teori ini secara sains, adalah sebuah asumsi besar atas penggabungan-penggabungan premis dari berbagai ilmuwan kemudian ia golongkan kedalam persekongkolan konspirasinya.
Menurut saya teori ini dengan segala bentuk konspirasinya kedepan, cepat atau lambat akan terdegradasi oleh teori-teori yang lain, yang lebih populer serta kontroversial. Tapi untuk sekarang teori ini adalah yang akan segera masuk kedalam kuburan teori sains, mengikuti teori-teori yang lain yang sudah dilupakan. Tetapi mungkin secara moral, teori ini adalah sebuah kesadaran kritis terhadap bentuk-bentuk janggal serta ketimpangan yang mereka lihat, dan mereka memulai mendiagnosis itu melalui kebohongan yang terdapat dalam dogma sains modern. Tapi tetap saja, bahwa popularitas teori ini lambat laun akan terganti oleh teori yang lain, dan konspirasi bumi datar akan siap-siap menuju pemakamannya.
Akan tetapi kritik yang harus dilontarkan kepada teori bumi datar, terlepas dari bentuk kekeliruan metodologisnya adalah bahwa, ada suatu riset dari seorang ilmuwan yang bernama Ted Goertzel dari universitas Rutgers di Camdan, N. J.
Ia menemukan bahwa ada korelasi antara kepercayaan teori konspirasi dan anomi. Anatomi adalah kondisi dimana orang gagal berdaptasi dengan perubahan situasi sosial. Menurut Goertzel, pemikiran konspiratif menjadi sarana untuk menyediakan penjelasan otomatis yang mampu melindungi kepercayaan ketika sebuah fenomena baru mengancamnya. Itu ada hubungannya dengan konspirasi bumi datar tadi yaitu bahwa saat semua menjustifikasi teori tersebut sebagai kesalahan, semua para orang-orang yang mendukung teori tersebut akan melakukan perlindungan kepercayaan saat fenomena baru mengancamnya.
Caranya adalah dengan membayangkan suatu kelompok jahat sebagai kambing hitam yang menyebabkan segala bentuk masalah yang terjadi . Dan cara berpikir ini menurut Goertzel, tidak memberikan ruang bagi refleksi diri, sehingga si pendukung teori konspirasi ini tidak dapat mendewasakan pemikiran.
Lebih mudah untuk melihat kepercayaan atau ideologi sebrang sebagai sumber masalah daripada melihat kelemahan atas kepercayaan yang kita pegang sebelumnya.
Kebenaran memang kerap tidak mudah diterima, namun dengan berlari pada teori konspirasi, kita hanya akan menghibur perasaan kalah dan semakin menutup diri dari realita.
Remotivi