Mengungkap Sejarah di Balik Berdirinya Lawang Sewu

profile picture gama99
Sejarah - Lokal

Lawang Sewu adalah bangunan ikonik di Semarang yang dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai kantor pusat NIS. Pelajari sejarah dan tujuan pembangunan bangunan bersejarah ini.

Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah paling ikonik di Kota Semarang, Jawa Tengah. Selain dikenal karena nilai arsitekturnya yang memukau, bangunan ini juga menyimpan banyak cerita sejarah dari masa kolonial Belanda hingga pendudukan Jepang di Indonesia. Mari kita telusuri lebih jauh mengenai sejarah dan alasan di balik berdirinya bangunan ini.

Lawang Sewu - Semarang

Lawang Sewu terletak di pusat Kota Semarang, tepatnya di Jalan Pemuda, tidak jauh dari Tugu Muda, sebuah monumen yang juga penting dalam sejarah perjuangan rakyat Semarang. Bangunan ini saat ini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan terbuka untuk umum sebagai destinasi wisata sejarah. Nama "Lawang Sewu" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "seribu pintu," meskipun jumlah sebenarnya tidak mencapai 1000, melainkan banyaknya pintu dan jendela yang menghiasi bangunan ini, memberikan kesan labirin yang rumit.

Lawang Sewu dibangun di atas lahan strategis, dengan tujuan awal sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda. Lokasinya yang berada di Semarang, kota pelabuhan yang menjadi pintu gerbang utama perdagangan di Jawa Tengah, membuat Lawang Sewu menjadi pusat administrasi dan operasional penting bagi perkembangan jalur kereta api di Indonesia.

Sejarah Lawang Sewu

Pembangunan Lawang Sewu dimulai pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Perancang bangunan ini adalah arsitek Belanda terkenal, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouëndag. Tujuan utama pembangunan Lawang Sewu adalah untuk menjadi kantor pusat NIS, perusahaan yang memegang monopoli transportasi kereta api di Hindia Belanda. Arsitekturnya yang megah mencerminkan ambisi kolonial Belanda untuk memperkuat pengaruh mereka di Nusantara, terutama dalam sektor transportasi.

Bangunan ini dirancang dengan gaya arsitektur Indies atau Indo-European yang khas, menggabungkan elemen arsitektur Eropa dengan penyesuaian terhadap iklim tropis. Ketinggian langit-langit yang tinggi, ventilasi yang banyak, dan tata letak ruangan yang terbuka merupakan bentuk adaptasi terhadap cuaca panas di Semarang. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa Lawang Sewu diberi begitu banyak pintu dan jendela besar, agar sirkulasi udara tetap baik dan suasana di dalam gedung tetap sejuk.

Selama Perang Dunia II, ketika Jepang menduduki Indonesia, Lawang Sewu diambil alih oleh tentara Jepang dan difungsikan sebagai markas militer. Pada masa ini, bangunan tersebut juga digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan bagi tahanan perang, meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Lawang Sewu. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini kembali beralih fungsi menjadi kantor berbagai instansi pemerintah, termasuk PT Kereta Api Indonesia hingga akhirnya difungsikan sebagai museum dan tempat wisata.

Selain menjadi saksi bisu sejarah kolonial dan masa pendudukan Jepang, Lawang Sewu juga dikenal dengan keunikan arsitekturnya yang indah. Material bangunan seperti bata merah dan ubin-ubin yang digunakan sebagian besar diimpor langsung dari Eropa. Tiang-tiang besar yang menyangga atap serta desain interior dengan nuansa klasik menjadi bukti kecanggihan teknik bangunan pada zamannya.

Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat administrasi kereta api, tetapi juga sebagai simbol kemajuan teknologi transportasi di Hindia Belanda. Jalur kereta api yang menghubungkan Semarang dengan kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta dan Surabaya dibangun oleh NIS, menjadikan Lawang Sewu sebagai pusat perkembangan perkeretaapian di Nusantara pada awal abad ke-20.

Kesimpulan

Lawang Sewu merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia, khususnya di sektor transportasi dan kolonialisme. Dibangun sebagai simbol kemajuan teknologi perkeretaapian di bawah pengaruh kolonial Belanda, bangunan ini juga menyimpan cerita kelam dari masa pendudukan Jepang. Saat ini, Lawang Sewu bukan hanya sebuah monumen sejarah, tetapi juga destinasi wisata yang mengajak pengunjungnya untuk menelusuri jejak masa lalu Indonesia.

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By gama99

This statement referred from