FANATISME PENGGEMAR TERHADAP IDOL K-POP
Apasih itu fanatisme?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fanatisme (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya). Sedangkan menurut Eliani dkk, (2018 : 62) bahwa Fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek fanatik yang dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan pada suatu objek, sikap fanatik ini ditunjukkan dengan aktivitas, rasa antusias yang ekstrem, keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat yang berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama.
Berbicara mengenai K-Pop pasti tidak akan lepas dari yang namanya fans, fandom ataupun haters. Popularitas K-Pop di indonesia yang kian meningkat setiap tahunnya, membuat banyak masyarakat indonesia jatuh cinta dengan grup idol yang berasal dari negeri gingseng tersebut. Grup idol yang berasal dari korea selatan ini seolah menghipnotis mata, wajahnya yang tampan/cantik, lagu dan koreografinya yang menarik dan juga kisah hidup yang menginspirasi serta memotivasi membuat mereka banyak diminati oleh kalangan dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kecintaan para penggemar terhadap idolnya terkadang melebihi batas hingga menimbulkan kefanatikan, bahkan lebih parahnya lagi mereka sampai terobesi dengan kehidupan pribadi idol itu sendiri. Para penggemar yang bisa di katakan “fanatik” ini mampu berbuat apa saja demi tercapainya kecintaan mereka terhadap idolanya. Seperti yang dilansir dari kompasiana bentuk-bentuk fanatisme penggemar diantaranya yaitu:
- Fan War. Dari kata war saja sudah bisa kita ketahui disini mereka akan saling berperang dalam artian saling adu mulut. Ada rasa tidak terima ketika seseorang menghina idola mereka, sehingga hal tersebut sampai berujung ke cyber bullying bahkan hingga ke pelecehan. Tak jarang war antar fandom ini juga berimbas hingga ke kehidupan pribadi penggemar itu sendiri. Mulai dari fisik, mental, bahkan latar belakangnya dijadikan bahan penghinaan sebagai bentuk pembelaan terhadap idola mereka. Misalnya “lu ngata-ngatain idol gw, lah lu sendiri ngaca kayak monyet udah gitu hidup lagi” “ ala mendingan juga idol gw lebih cakap udah gitu berprestasi lagi, gak kayak yang disebelah”. Perilaku saling menjatuhkan seperti ini tentu saja tidak benar dan merusak moralitas masyarakat indonesia. Padahal sebenarnya jika diamati lagi lebih jauh kedua pihak yang saling menjatuhkan ini tidak mengenal satu sama lain dan bahkan lucunya lagi idol yang mereka bela itu sebenarnya tidak memiliki konflik dan malahan berteman sebagaimana dengan idol lainnya. Jadi perilaku adu mulut ini, baik itu di media sosial maupun secara langsung sangat tidak berfaedah dan merugikan banyak orang.
- Impulsive Buying. Perilaku ini merupakan perilaku hedonistik karena diiringi rasa puas ketika berhasil membeli suatu barang. Dalam K-Pop kita ketahu bersama ada yang namanya Album, Photocard, Merchandise dsb. Dimana hal-hal tersebut diproduksi oleh perusahaan yang menaungi idol kpop terkait kemudian dipublikasikan melalui media sosial untuk dijual kepada seluruh penggemarnya dan tentu saja hal ini menjadi ladang cuan tersendiri untuk perusahaan dan artisnya. Namun menurut saya sikap membeli penggemar fanatik ini terkadang sangat impulsif dan mubazir atas hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Contohnya ketika seorang penggemar membeli satu album dengan begitu banyak versinya, yang mungkin sebenarnya isi antara banyaknya album tersebut tidak berbeda jauh. Penggemar mungkin pertama akan merasakan sensasi kesenangan yang begitu hebat bahkan ada yang sampai teriak-teriak saking senangnya. Namun coba perhatikan ketika hal itu berlalu sekitar 2 minggu atau 1 bulan, sensasi kupu-kupu diperut yang dirasakannya pasti akan hilang dan barang-barang yang dibelinya pun tidak tahu harus diapakan dan berujung terpajang begitu saja hingga berdebu. Bukankah hal ini sangat merugikan? Mungkin alangkah lebih baiknya jika penggemar tersebut masih bisa mengontrol diri dalam membelanjakan semua hal yang berbau K-Pop dalam jumlah yang wajar. Namun jika sudah melebihi batas, saya rasa itu sangat buang-buang uang. Bahkan dulu saya pernah baca di salah satu media sosial, untuk satu photocard dari seorang idol itu bisa menembus hingga sepuluh juta. Sangat fantastis sekali bukan? Tapi ini fakta adanya, masalah ini bukan berbicara mengenai kaya atau miskin tapi dengan sepuluh juta untuk satu foto saya pikir itu benar-benar sangat mubazir.
- Idol Is Mine. Perilaku satu ini merupakan salah satu perilaku yang menurut saya cukup tidak masuk akal dan kocak. Bagaimana tidak? Seseorang yang tidak dilahirkan dari rahimnya, tidak tahu asal-usulnya, dan belum tentu idol kpop tersebut mengenal penggemarnya tersebut dan tiba-tiba mengatakan “si A nggak boleh pacaran pokoknya, nggak sudi bangat kalo sampe si A pacaran sama dia” hey! Anda siapa? Idol K-Pop juga manusia yang memiliki kehidupan pribadinya sendiri. Pengemar yang fanatik akan berfikir bahwa fans adalah diatas segalanya, dia seolah terlalu masuk kedalam dunia fantasinya sehingga tidak bisa membedakan yang baik dan benar ataupun mengetahui batasan antara seorang penggemar dan artis idolanya. Contoh lebih sempitnya, dalam dunia kpop ada yang namanya bias (satu anggota grup yang paling disukainya/terfavorit), nah biasanya juga ada sebutan “penganut bias is mine” sama seperti halnya idol is mine. Berdasarkan pengalaman saya sendiri, orang yang berperilaku seperti ini sangat tidak suka jika ada teman atau sahabatnya yang memiliki bias yang sama dengan dirinya. Mungkin dia masih bisa mentolerir jika memiliki satu grup idola yang sama namun jika di dalam grup idol itu dia juga menyukai anggota yang sama maka dia akan marah dan bahkan parahnya dia meracuni temannya untuk mengganti anggota grup idol kesukaanya, lebih anehnya lagi seseorang yang merasa biasnya direbut akan membenci orang tersebut. Bagaiamana tidak aneh, hanya karena masalah menyukai idol kpop yang bahkan idol itu sendiri tidak mungkin mengenal semua penggemarnya, hubungan yang terjalin dengan baik selama ini bisa retak. hal ini membuktikan bahwa dampak yang ditimbulkan dari sikap kefanatikan yang dimiliki oleh seorang penggemar k-pop sangatlah merugikan dan parahnya bisa menciptakan lingkungan yang toxic.
Jadilah penggemar yang bijak, bisa paham situasi dan mengontrol hal-hal yang sudah diluar batasan. Posisikanlah dirimu sebagaimana penggemar biasanya, baik dalam hal memberi dan menerima usahakan dikontrol agar tidak menimbulkan kerugian terutama untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pentingnya bertindak dalam batas yang wajar agar tidak adanya penyesalan dimasa depan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak bagus yang ada hanya memberikan dampak negatif sehingga bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Yang perlu dipahami disini sebagai penggemar cukuplah bertindak sebagai penggemar saja jangan terlalu berlebihan hingga mengusik kehidupan idolanya. Segala sesuatu ada batasannya begitupun dalam menyukai seseorang, berhenti menjadi orang yang gila akan kehidupan orang lain sedangkan hidup kita sendiri pun belum tentu terurus dengan baik. Jangan ikut masuk dalam dunia seseorang dengan menjadi pemeran figuran antagonis, karena pada dasarnya kamu adalah seorang pemeran utama dalam kehidupanmu sendiri.
Referensi:
Asfira Rachmad Rinata, S. I. (2019). Fanatisme Penggemar Kpop Dalam Bermedia Sosial Di Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi , Vol. 8, No. 2.
Patmawati, S. (2022, 1 8). Kompasiana. Retrieved 3 3, 2023, From Www.Kompasiana.Com : Https://Www.Kompasiana.Com/Sholikhahp/61d94fa64b660d03e4492682/Fanatisme-Penggemar-Di-Media-Sosial-Terhadap-K-Pop-Idol