7 Pelukis Indonesia yang Karyanya Berhasil Mendunia
Kita sering mendengar bahwa seniman-seniman berbakat sering berasal dari daratan Eropa, bahkan karya-karya dari seniman-seniman tersebut dikenal secara mendunia. Bahkan tidak jarang, karya-karya dari para seniman yang terkenal, dijasikan inspirasi dari para seniman baru yang sedang belajar dan mencari gaya seni yang cocok dengan dirinya.
Kita sering mendengar bahwa seniman-seniman berbakat sering berasal dari daratan Eropa, bahkan karya-karya dari seniman-seniman tersebut dikenal secara mendunia. Bahkan tidak jarang, karya-karya dari para seniman yang terkenal, dijasikan inspirasi dari para seniman baru yang sedang belajar dan mencari gaya seni yang cocok dengan dirinya.
Namun, seiring berjalannya waktu, telah bermunculan banyak seniman yang berasal dari negara kita tercinta Indonesia. Yang karyanya telah dikenal sampai ke berbagai penjuru belahan dunia.
Affandi Koesoema

Affandi Koesoema, seorang seniman lukis Indonesia yang diakui sebagai Maestro Seni Lukis Tanah Air, meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam dunia seni internasional. Kepopulerannya melintasi batas-batas negara berkat gaya lukisnya yang ekspresionis dan romantis yang begitu khas. Pada tahun 1950-an, Affandi menggelar berbagai pameran seni tunggal di berbagai penjuru dunia, termasuk India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat.
Salah satu karyanya yang legendaris adalah yang berjudul "Cangklong":
Agus Djaya

Agus Djaya, kakak dari pelukis Indonesia terkenal, Otto Djaya, dikenal sebagai figur yang memiliki pendidikan yang baik sejak masa kecilnya. Bersama dengan S. Sudjojono, ia mendirikan Persatoean Ahli-ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938-1942, dan menjabat sebagai ketua selama periode tersebut. Selama pendudukan Jepang, Agus Djaya memimpin Bagian Kesenian dari Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Sidosho) dan bekerja di organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Selama masa revolusi, Agus Djaya menjabat sebagai seorang kolonel dalam angkatan perang Indonesia. Selama hampir 4 tahun, ia menjadi utusan "cultural diplomacy" dari Pemerintah RI di Negeri Belanda, berusaha mempercepat pengakuan kedaulatan negara Indonesia.
Berikut merupakan salah satu lukisan ikonisnya yang berjudul “Legong Wiranata”
Jeihan Sukmantoro

Jeihan Sukmantoro, dikenal sebagai pendiri Studio Seni Rupa Bandung. Gaya lukis yang unik, bergaya ekspresionisme ia memulai perjalanan seninya sejak kecil. Belajar seni lukis di Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Jeihan mengembangkan teknik lukisnya dengan karakter figuratif, mata hitam, dan warna datar yang sederhana.
Ciri khas lukisannya adalah 'mata hitam' atau 'mata cekung', yang memadukan alam mistik timur dengan elemen analitis barat.
Karyanya memiliki aura meditatif, dan banyak yang menafsirkan 'mata hitam' sebagai simbol ikonis dengan beragam makna. Bagi Jeihan, mata hitam merupakan realitas masa depan yang ditemuinya pada tahun 1963 saat berkuliah di ITB, dalam masa hidupnya yang dianggap sulit. Penggunaan dua warna dalam latar yang berbeda juga menjadi ciri khas unik dalam lukisannya.
Jeihan telah menyelenggarakan lebih dari 100 pameran, menerbitkan enam buku, dan memproduksi dua film dokumenter. Karya-karyanya diminati oleh kritikus seni dan kolektor, bahkan memiliki agen di Amerika, Australia, dan Eropa. Melukis tokoh ternama, seperti Mari Elka Pangestu dan Taufiq Kiemas, serta menjadi anggota komite The World Art and Culture Exchange Association Inc. yang berbasis di New York.
Basoeki Abdullah

Mempunyai nama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah, Basuki Abdullah adalah pelukis kenamaan asal Surakarta yang mendunia. Ciri khas lukisannya kental dengan sentuhan realis dan naturalis. Ia bahkan pernah mengalahkan 87 pelukis Eropa dan memenangkan sayembara melukis Ratu Juliana pada 1948.
Bakat melukis Basoeki Abdullah menurun dari ayahnya, yaitu Abdullah Suriosubroto, pelukis pertama Indonesia di abad ke-20. Basoeki Abdullah menamatkan studinya di Akademi Seni Rupa, Den Haag, Belanda dan membawa pulang Sertifikat Royal International of Art (RIA) pada 1936.
Basoeki Abdullah sempat pulang ke Indonesia dan melakukan tur pameran di kota-kota besar, lalu mengajar seni lukis di organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan Keimin Bunka Shidoso. Selang beberapa tahun, Basoeki Abdullah kembali ke Eropa untuk menggelar pameran di Belanda dan Inggris.
Karya-karya Basoeki Abdullah didominasi oleh gaya potret, pemandangan alam, flora, dan fauna. Beberapa lukisannya yang terkenal di antaranya, Kakak dan Adik, Nyi Roro Kidul, dan Diponegoro Memimpin Pertempuran.
Raden Saleh

Raden Saleh, seorang pelukis Hindia Belanda beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia pada masa Hindia Belanda. Karyanya menggabungkan gaya Romantisisme yang sedang populer di Eropa dengan unsur-unsur yang mencerminkan latar belakang Jawa sang pelukis.
Dalam dua tahun pertamanya di Eropa, ia memfokuskan diri pada memperdalam bahasa Belanda dan mempelajari teknik mencetak menggunakan batu. Dalam seni lukis, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan pemandangan dari Andreas Schelfhout. Keduanya memenuhi selera seni orang Belanda pada masa itu. Raden Saleh kemudian mulai dikenal dan bahkan berpameran di Den Haag dan Amsterdam, mengundang kagum masyarakat Belanda yang tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia mampu menguasai teknik seni lukis Barat.
Salah satu lukisannya yang paling dikenal adalah "Penangkapan Pangeran Diponegoro":
Hendra Gunawan

Hendra Gunawan merupakan seniman asal Bandung yang juga seorang murid dari seniman-seniman legenda, Wahdi Sumanta dan Affandi. Pada tahun 1935, Hendra bersama Sudarso dan Barli Sasmitawinata, membentuk suatu kelompok seni yang bernama 'Kelompok Lima' di Bandung. Selain itu, Hendra mendukung kelompok teater 'Poesaka Soenda' di Bandung, terutama sebagai pelukis dekor pada tahun 1940. Setelah kemerdekaan, Hendra juga terlibat dalam pendirian organisasi 'Pelukis Rakyat' di Yogyakarta.
Berikut adalah salah satu karyanya yang berjudul "Digigit Kepiting":
Kehidupan seni Hendra didokumentasikan dalam buku berjudul 'Hendra Gunawan: A Great Modern Indonesian Painter' (2001). Lukisan Hendra dikenal karena penggambarannya yang kuat tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hendra wafat di Denpasar pada tahun 1983.
Roby Dwi Antono

Pelukis yang dikenaldengan karya beraliran pop surealis ini banyak memasukan unsur-unsur imajinatif, sapuan melankolis, horor, atau detail-detail lain yang membuat karyanya menarik dan unik.
Obyek pada lukisan Roby adalah figur-figur simbol dari berbagai cerita personal yang berkesan di hidupnya. Ia juga sering memasukkan figur dari kumpulan kisah yang saling tak bertautan satu sama lain sehingga menghasilkan impresi surealis bagi yang melihat karya-karyanya. Beberapa dari karya Roby pun telah mendapatkan apresiasi lewat gelaran eksibisi atau pamerannya di galeri-galeri mancanegara, seperti Art Seasons Gallery Singapore, Galerie Sthepanie Manila, Rotufugi Gallery California dan masih banyak lagi.
Seniman yang kini menetap di Yogyakarta itu juga berhasil memecahkan rekor lelang di platform Artsy lewat karyanya Lonesome Hero #3 (2021) yang terjual seharga $30.000 USD sebagai bagian dalam program lelang bermanfaat Artsy, Art Keeps Nonprofits Going IV.