Bumi Datar atau Bulat dan Perspektif Al Qur'an
Bumi datar vs bumi bulat sempat menggemparkan dunia. Utamanya umat Islam yang memegang teguh Al Qur'an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, tentu takkan menampikkan isi Q.S. Al Hijr:15," Dan Kami telah menghamparkan Bumi..." Di sisi lain, banyak fakta yang menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat/bola.
Piala Dunia Qatar saat ini menjadi salah satu bukti kuat Bumi berbentuk Bola, yakni adanya perbedaan waktu.
Di Indonesia, pertandingan kedua piala dunia dapat disaksikan mulai pukul 20.00 ketika di Qatar masih pukul 15.00. Di satu sisi, belahan Bumi masih terang, namun di sisi Bumi yang lain, sudah gelap di waktu bersamaan.
Tak hanya itu, banyak budaya yang lahir akibat Bumi bulat ini. Jika kita mengutip definisi budaya menurut Ki Hajar Dewantara, budaya adalah buah budi manusia akibat dua pengaruh kuat, alam dan zaman.
Manusia telah berabad-abad menghadapi kondisi alam. Berabad-abad itulah manusia berkarya membentuk budaya disrbabkan kondisi alam yang mengakibatkan perubahan musim.
Perubahan musim dunia diakibatkan oleh bentuk Bumi bola dan kemiringan bumi 23,5 derajat terhadap ekliptika. Hal ini mengakibatkan Matahari terbagi merata ke seluruh belahan Bumi.
Saat Bulan Juni, fokus Matahari berada di belahan Bumi Utara, saat itulah kawasan subtropika Utara Bumi mengalami musim Panas, di sisi lain, kawasan subtropika Selatan mengalami musim dingin. Sebaliknya, saat Bulan Desember fokus Matahari berada di kawasan subtropika Selatan. Saat itulah, kawasan Selatan mengalami musim panas, dan kawasan Utara mengalami Musim dingin yang berlangsung selama tiga Bulan. Hal ini memaksa masyarakat Utara Bumi (Asia, Eropa, Amerika) untuk bertahan menghadapi alam. Di masa yang belum ada perdagangan ekspor impor, mereka harus mengumpulkan makanan selama sembilan bulan untuk dikonsumsi selama setahun.
Pertama budaya sarden/ikan kaleng. Muncul akibat musim dingin yang membekukan laut. Nelayan harus mengumpulkan ikan selama sembilan bulan untuk dikonsumsi selama 12 bulan. Muncullah ide mengawetkan ikan dengan pengalengan/sarden guna memenuhi kebutuhan pangan ikan di musim dingin.
Budaya makan pakai sumpit di Asia Timur pun akibat Bumi berbentuk bola. Petani beras tak dapat menghasilkan beras saat musim dingin, mereka harus berhemat makanan, karena hasil pertanian sembilan bulan untuk dikonsumsi selama setahun. Penghematan beraspun dilakukan, dengan cara makan menggunakan sumpit. Itu yang kedua.
Ketiga, alat pengering rambut/hair dryer. Hair dryer pertama kali ditemukan di negeri subtropis. Di negeri tropis, hair dryer mungkin hanya sebagai mode. Tidak dengan negeri subtropis, hair dryer merupakan alat pertahanan hidup. Jika saat musim dingin, setelah keramas, dengan kondisi rambut basah keluar rumah, otak akan membeku dan dapat menyebabkan kematian, akibat suhu di bawah nol derajat.
Bukti-bukti itu tak dapat dipungkiri. Tak sekadar bukti, bahkan telah membentuk budaya. Dapat dipastikan apabila Bumi datar, Ikan kaleng/ sarden, budaya makan pakai sumpit, dan hair dryer takkan pernah ada.
Lantas bagaimana dengan Al Qur'an? Qur'an mutlak benar, namun Bukti dan fakta yang adapun tak mungkin salah.
Ayat Qur'an ada yang dapat dimakna arti secara langsung, ada pula yang dimakna setelah ditafsirkan. Q.S.Al Hijr:19 merupakan ayat Qur'an yang harus ditafsirkan terlebih dahulu untuk bisa diambil sebagai pedoman hidup.
Secara sederhana, kata “menghamparkan” dapat kita analogikan dengan cara matematika menghitung luas lingkaran yang memiliki sisi lengkung. Perhatikan gambar!
Lingkaran bersudut 360 derajat. Jika dibagi 8 bagian sama besar, membentuk sudut 45 derajat dengan busur lingkaran yg masih nampak lengkung.
Ketika dibagi menjadi juring-juring lebih kecil, busur (bagian tepi lingkaran) akan semakin nampak lurus. Tiap 10 derajat sudut pusat, jarak di tepi lingkar Bumi sekitar 1110 km. Artinya, di jarak yang sejauh itu, Bumi nampak datar akibat luasnya permukaan Bumi. Fakta lain di bidang kartografi menyatakan bahwa tiap 30*30 km, lengkung Bumi hanya 0,1 derajat. Artinya, Al Qur'an sangat ilmiah, baik dipandang dari sudut kartografi, geografi, hingga prespektif matematika. Hal itu sudah sangat sesuai dengan fakta-fakta yang telah kita bahas sebelumnya. Teori Bumi datar dan Bulat, tak hanya untuk diperdebatkan. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan keimanan kita kepada Sang Maha Pencipta melalui firman-firmanNya.