Bumi Datar VS Bumi Bulat: Perdebatan Tiada Akhir
Fakta bahwa bumi berbentuk bulat, secara ilmiah sudah tidak bisa terbantahkan. Bahkan pengetahuan mengenai itu, sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Namun, percaya atau tidak? Ternyata di abad 21 ini masih ada saja orang yang meyakini bahwa bumi yang kita tinggali ini, berbentuk datar. Uniknya, keyakinan ini justru tumbuh dan berkembang pesat di belahan dunia yang dianggap maju dalam hal sains dan teknologi.
Nah, sekarang menurutmu, apa sih sebenarnya yang membuat para flat-earther (sebutan bagi mereka yang percaya teori bumi datar) ini percaya bahwa bumi itu datar? Berikut beberapa kemungkinannya yang coba saya rangkum.
1. Teori bumi bulat = konspirasi
Kaum bumi datar percaya bahwa teori bumi bulat hanyalah sebuah konspirasi yang dibuat NASA dan beberapa ilmuwan demi mengukuhkan posisi mereka dalam hal sains dan teknologi. NASA dicurigai telah berusaha menutupi fakta bahwa bumi itu sebenarnya datar.
Mereka pun menganggap bahwa NASA selama ini telah menyebarkan klaim palsu dan rekayasa terkait foto-foto bumi dari luar angkasa, termasuk mengenai pendaratan Apollo 11 di bulan. Tidak hanya itu, mereka juga tidak mempercayai otoritas pemerintah serta buku-buku yang mendukung teori bumi bulat.
2. Pengaruh media sosial
Tak bisa dipungkiri bahwa media sosial dapat mempengaruhi banyak hal. Dampaknya tidak hanya terbatas pada persoalan gaya hidup, hubungan antar-individu, tapi juga pola pikir penggunanya. Media sosial memungkinkan penanaman ide-ide baru yang dilakukan secara berulang dan masif, membuatnya mudah untuk diterima sebagai suatu kebenaran. Inilah yang menyebabkan teori bumi datar menyebar dengan cepat di era internet dan media sosial ini.
Salah satu media penyebarannya yang cukup populer adalah YouTube. Kecurigaan ini muncul dari wawancara yang dilakukan seorang psikolog Amerika Serikat terhadap flat-earthers yang ditemuinya. Hampir semua mengatakan bahwa mereka mendapat pemahaman mengenai teori ini melalui YouTube atau lewat kenalan mereka yang juga terekspos oleh YouTube.
Beberapa orang awalnya percaya bahwa bumi itu bulat. Namun, pendirian mereka mulai goyah setelah menonton tayangan video di YouTube yang menjelaskan teori bumi datar. Bahkan mereka yang awalnya hanya penasaran dan ingin mencari bukti kesalahan teori tersebut, malah ikut terpengaruh.
3. Kecenderungan berpikir skeptis
Pada dasarnya, berpikir skeptis merupakan hal yang memang dibutuhkan dalam mengkaji dasar-dasar ilmiah. Pemikiran skeptis membuat manusia memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mencari tahu kebenaran akan segala sesuatu. Namun sayangnya, bias konfirmasi dapat membuat sikap skeptis menjadi berlawanan dari tujuan tersebut. Sikap skeptis ini justru dijadikan dasar keraguan mereka terhadap teori bumi bulat.
Penganut teori bumi datar berdalih hanya percaya pada apa yang mereka lihat. Salah satu yang mendasari mereka meyakini bumi itu datar adalah bahwa mereka tidak pernah melihat lengkungan bumi secara kasat mata. Padahal, secara ilmiah sudah dijelaskan bahwa dikarenakan ukuran tubuh manusia jauh lebih kecil dibandingkan ukuran bumi, maka jarak pandang kita yang terbatas, hanya mampu melihat bumi sebagai hamparan dataran yang sangat luas. Kamu perlu berada di ketinggian tertentu untuk melihat bentuk bumi secara keseluruhan.
4. Minimnya kemampuan literasi
Meski disinyalir tidak sedikit kaum intelektual yang juga mempercayai teori bumi datar, namun rata-rata pengikutnya adalah orang-orang yang minim literasi.
Di tengah era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, setiap orang memang dapat dengan mudah mengakses beragam informasi. Sayangnya, informasi yang beredar tidak semuanya benar dan tidak semua orang mau bersusah payah untuk menelusuri kebenaran informasi tersebut.
Contohnya, seperti kebiasaan masyarakat Indonesia yang kerap membagikan informasi tanpa mencari tahu kebenaran konten yang dibagikan. Dengan kapasitas berpikir yang terbatas, ditambah dengan keengganan mempelajari fakta pembanding, membuat mereka mudah terpengaruh informasi-informasi yang menyesatkan.
5. Argumen sesat yang dikemas cerdas
Meskipun kaum bumi datar tidak bisa membuktikan secara jelas, hal-hal yang mendukung teori mereka, namun mereka mampu mengemas teori ini dengan argumen-argumen yang cerdas dan menarik. Inilah yang dikhawatirkan banyak ilmuwan.
Dilansir dari livescience.com, psikolog Universitas Kent, Karen Douglas mengatakan “Jika Anda dihadapkan pada sudut pandang minoritas yang dikemukakan dengan cara yang cerdas, tampak seperti terinformasi dengan baik, dan pendukungnya pun tidak menyimpang dari pendapat kuat yang mereka miliki, mereka bisa sangat berpengaruh. Ini disebut pengaruh minoritas.”
Jika kamu mengetik kata kunci ‘bumi datar’ di internet dan YouTube, maka kamu akan menemukan banyak sekali pembahasan mengenai hal ini. Baik yang berupa pemahaman terhadap teori tersebut maupun berupa perbandingan fakta dengan teori bumi bulat. Arus informasi inilah yang kemudian memicu banyak perdebatan netizen di media sosial. Namun, apakah perdebatan itu mampu mengubah pendirian para flat-earther terhadap keyakinan mereka?
Nyatanya tidak semudah itu. Mereka selalu memiliki argumen untuk menyanggah teori bumi bulat. Hal ini bisa dimaklumi, karena secara alami, orang mencari informasi yang mereka anggap benar, sehingga ketika muncul teori yang mendukung keyakinannya, mereka pun dengan mudah percaya. Sebaliknya, mereka cenderung akan sulit menerima dan mempercayai pendapat orang lain yang berbeda dengan apa yang mereka yakini. Inilah mengapa, menurut saya, kontroversi teori bumi bulat dan bumi datar merupakan sesuatu yang tidak perlu kita perdebatkan di media sosial. Karena tidak akan pernah ada ujungnya dan hanya membuang waktu, juga tenagamu saja.
Lalu, apakah kita hanya diam dan membiarkan para ilmuwan saja yang bekerja? Tentu TIDAK. Jika kamu cukup peduli, kamu bisa berupaya meredam informasi-informasi tidak jelas mengenai teori bentuk bumi tersebut dengan mengunggah lebih banyak informasi yang benar, sesuai dengan kajian ilmiah. Seperti kata pepatah, “Tinggalkan perdebatan meskipun kamu benar. Kewajiban kita sebatas menyampaikan.”
#flatearth
Referensi: