Sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh para pemikir sejak abad pertengahan, yaitu apakah bentuk bumi itu? Beberapa pemikir mengatakan bahwa bumi berbentuk datar dan memiliki ujung yang entah dimana. Jauh dari itu sejak masa helenistik atau zaman Yunani kuno, para pemikir besar seperti Aristoteles teleh lebih dulu mengatakan bahwa bumi ini berbentu bulat. Dewasa ini ada begitu banyak pendapat bahwa bumi itu berbentu datar seperti piringan disket saja. Lalu pendapat manakah yang dapat diterima dengan kebenaran yang sesuai dengan fakta?. Menurut saya, bumi tidak berbentu bulat sempurna seperti bola, seperti yang digambarkan oleh Aristoteles, ataupun berbentuk datar seperti gambaran banyak orang dewasa ini. Menurut saya sendiri, bumi berbentuk oblate. Bentuk oblate adalah bentuk bulat yang agak pipih di kedua ujungnya sama seperti bentuk telur. Mengapa bumi bisa berbentu demikian?, karena adanya gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal adalah bayangan yang terbentuk akibat lajunya putaran suatu planet atau seuatu benda dalam melakukan rotasi. Secara sederhana, gaya senrifugal dapat dijelaskan pada saat anda bermain komedi putar, anda akan merasakan tarikan ke dua sisi anda atau tarikan kesamping. Tarikan yang diakibatkan oleh gaya senrifugal inilah yang menyebabkan bentuk bumi tidak dapat dikatakan berbentuk bulat seperti bola, namun berbentuk agak pipih yaitu berbentu oblate.
Berbagai argumen yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana bentuk bumi adalah sebuah perkembangan baik itu dari sisi kesadaran manusia akan pengetahuan dan juga kesadaran akan bumi tempat ia tinggal. Ada begitu banyak argumen yang ingin menjelaskan bagaiaman bentuk bumi yang sebenarnya. Namun, disamping mengetahui bagaiaman bentuk bumi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai teori dan perhitungan matemetika yang sangat rumit, menurut saya yang terpenting saat ini adalah bagaiaman mempertahankan bumi ini tetap memiliki bentuk sebagai bumi tempat menusia dapat hidup dan mempertahankan kehisupannya itu. Dalam kosmologi ibrani menyebutkan bahwa bumi berbentuk setengah lingkaran. Hal ini hendak menjelaskan bahwa bumi memiliki lapisan paling bawah sebegai tempat orang mati dan ada lapisan atas tempat manusia memulai dan menjalani hidup dan kehidupannya. Apakah bumi masih dapat menjadi tempat yang ramah bagi manusia untuk hidup dan melanjutkan kehidupannya.
Munculnya berbagai argumen yang menyatakan bahwa bumi berbentuk datar, selain memeng benar-benar mempertanyakan bentuk bumi secara harafiah, namun juga mempertanyakan apakah bumi masih menjadi tempat yang masih ramah bagi seluruh manusia untuk mempertahankan hidupnya. Berbagai fenomena sosial dan perkembangan teknologi memberi gambaran betapa “datar”nya bumi saat ini. Perkembangan memang telah menjamur, namun teknologi dan informasi yang benar-benar berguna, hanya dimiliki oleh sebagian saja. Terdapat distingsi yang sangat jelas satu bagian dengan bagian bumi lainnya. Mereka yang memiliki sumber yang berguna tetap memilikinya dan menjadi bagian yang maju dengankan yang tidak memilikinya hanya sebagai penikmat saja tanpa dapat berbuat sesuatu. Menurut saya, hal ini menjadi paradoks terhadap bentuk bumi yang oblate, yang menjadi representasi kerja sama seluruh penduduk bumi dalam menciptakan situasi yang ramah dan nyaman untuk menajalani hidup sehari-hari.