KESALAHAN PREDIKSI BUMI ITU DATAR OLEH FLAT-EARTHERS: BAGAIMANA CENDEKIAWAN DAN QUR’AN MENJELASKANNYA

profile picture M. Zaenal Abidin

Hi sahabat semuanya!

Semoga tetap dalam keadaan sehat dan dimudahkan urusannya. Seperti biasa, saya kembali memberikan pendapat seputar tema besar kali ini. Berikut hasil rangkuman yang telah saya riset dari beberapa sumber terpercaya. Pada akhir tulisan, saya sediakan juga link yang bisa memperkaya khazanah bacaan kamu semua. Mari kita mulai…

Teori bumi datar telah dipercaya selama beberapa ratus tahun terakhir oleh banyak budaya di seluruh dunia, termasuk Mesir kuno, Babilonia, dan budaya Cina masa lalu. (Tursina, 2022). Dengan kata lain, topik bahasan yang sering kali terjadi dan masih menjadi perdebatan saat ini adalah tentang apakah bentuk Bumi itu bulat atau datar? Sepintas, terdengar klise namun membutuhkan analisa dan riset yang mendalam dari sumber terpercaya. Secara umum, pengetahuan masyarakat adalah bahwa bumi itu bulat, tetapi ada juga yang percaya bahwa  bumi itu datar atau dengan pengertian bumi yang datar.

Terlepas dari berbagai perdebatan itu, diketahui terdapat juga kelompok orang (Organisasi) yang terorganisir di Amerika Serikat (AS) dan di Inggris yang sangat percaya bahwa bumi itu datar. Kelompok itu sendiri menyebut dirinya sebagai penganut "Flat Earth International" dan diketahui telah mengadakan pertemuan rutin. Dari informasi yang lain, situs utama penganut bumi datar (earthism) di AS adalah flatearth101.com dan situs web bumi datar Inggris adalah wiki.tfes.org.

Dari sana, mereka mencoba berargumen melalui siaran-siaran youtube dan blog yang dirilisnya. Mereka mempercayai bahwa bentuk bumi itu datar dan tidak berbentuk bulat atau pun bundar. Sepintas, paham ini agaknya lebih membingungkan lagi dikarenakan penjelasan yang kurang masuk akal dan atau dengan kata lain tidak berdasarkan scientific approach. Kendati demikian, meskipun tidak semua berdasarkan mata telanjang, ada juga beberapa cendekiawan yang membuktikan secara ilmiah namun masih belum juga dapat  dipercaya sepenuhnya. Sebagai contoh, dari penjelasan yang digambarkan oleh Bruce Sherwood, dikatakan bahwa “Terdapat konspirasi besar-besaran untuk menyembunyikan fakta bahwa bumi itu datar, dengan semua pemerintah dan semua ilmuwan bekerja sama untuk mempertahankan fiksi bahwa bumi itu bulat. Konspirasi ini, jika benar, setidaknya melibatkan sebagian besar ilmuwan, filsuf, dan pemimpin agama di berbagai benua dan akan berlangsung lebih dari 2000 tahun. Sementara kepercayaan ini mungkin dianggap tidak berbahaya, gerakan ini semakin memicu gagasan bahwa semua ilmuwan adalah pembohong terselubung dan tidak dapat diandalkan. Ini adalah ide berbahaya dengan konsekuensi serius bagi masyarakat”, (Lihat: https://www.youtube.com/watch?v=2HrWi5Hp0rk). 

Menyikapi problematika itu, ada banyak upaya para ilmuwan dan juga sumber literatur untuk membantah gagasan bahwa bumi itu datar, di antaranya adalah Ismāīl Haqqi Al-Barwaswi, An-Naisaburi, dan juga sumber rujukan nomor satu ummat islam, yakni Al-quran. Tetapi, seringkali argumen tandingannya tidak dipilih dengan baik. Sebagai contoh kecil saja, berdasarakan penjelasan yang dibantah oleh Bruce Sherwood tentang pendapat atau tulisannya akan bumi itu datar?, di dalam blog nya, dia  berpendapat bahwa. “Misalnya, karena para penganut Bumi datar percaya bahwa Matahari hanya berjarak beberapa ribu mil, maka tidak ada gunanya memulai argumen tandingan dengan “Karena kita tahu bahwa Matahari hampir 100 juta mil jauhnya…”, Flat-Earthers. 

Sherwood menjelaskan bahwa kaum Bumi datar menempatkan besar penekanan pada pengamatan mata telanjang, jadi di sini dia menekankan fakta bahwa model mereka sendiri membuat prediksi yang sangat berbeda dari pengamatan mata telanjang. 

Beriringan dengan bantahan Sherwood tentang Bumi itu Datar, sebuah model populer versi bumi datar dari Amerika Serikat menjelaskan bahwa Bumi adalah piringan melingkar datar stasioner (dengan bukit dan lembah lokal) dengan Kutub Utara di tengah dan dinding es yang tak tertembus di tepinya di mana, di beberapa akun, penjaga bersenjata mencegah seseorang menyeberang. Matahari dan Bulan dikatakan sebagai lampu sorot yang mengelilingi piringan pada ketinggian konstan sekitar 3500 mil dan dengan diameter sekitar 30 mil. Angka-angka ini membuat ukuran sudut Matahari dan Bulan menjadi satu setengah derajat, seperti yang diamati di dunia nyata setiap saat (tetapi hanya pada siang hari di khatulistiwa di dunia bumi datar). Angka-angka ini juga mencoba menjelaskan ketinggian sudut yang berbeda di atas cakrawala Matahari dan Bulan yang terlihat pada garis lintang yang berbeda. Sebuah kubah berputar di atas piringan membawa bintik-bintik cahaya (bukan "bintang" jauh) yang bergerak melingkar di sekitar Bintang Utara. (Ini adalah model komputer model bumi datar Inggris.)

Banyak penganut bumi datar (Flat-Earthism) percaya bahwa tidak ada gravitasi di antara benda-benda. Misalnya saja seperti bola bowling tidak menambah gravitasi pada bola pingpong agar tidak jatuh, karena ada bukti bahwa bola pingpong jatuh saat menyentuh dasar bola bowling yang menggantung. Jika Anda tidak percaya ada yang namanya gravitasi dan ini dianggap sebagai bukti tambahan bahwa Bumi tidak bulat (yaitu hampir bulat; sebenarnya adalah oblate spheroid). Namun, semua bukti yang mendukung Bumi bulat dan alam semesta besar di sekitarnya diyakini telah dirusak, termasuk semua video dan foto yang dirilis oleh NASA dan semua program luar angkasa negara lain.

Merespons pendapat itu, Hakim (et al., 2022) mengemukakan bahwa, pada topik bahasan yang berbeda, beberapa Ulama sendiri, pada dasarnya telah jauh membahas tentang hal ini. Mereka membahas masalah bentuk bumi dari perspektif agama. Adapun argumentasi itu menggunakan dalil yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang menggabarkan tentang alam semesta. Lanjut, di antara Mufassir yang berpendapat bahwa bumi itu bulat adalah Ismāīl Haqqi al-Barwaswi dalam kitab tafsirnya Rūh al-Bayān. Ia membantah pendapat yang menafikan kebulatan bumi berdasar atas Surat al-Ghāsyiah ayat ke-20. Ia mengatakan; “Bumi itu bulat, karena besarnya bentuk bumi maka setiap bagiaannya akan terlihat seperti datar”. (Abqori, 2017). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh An-Naisaburi dalam Tafsirnya Gharāib al-Qur’ān wa Raghāib al-Furqān. Ia menafsirkan Surat Al-Ghosyiah ayat ke-20 itu dengan bantahan pendapat yang menafikan ke-bulatan bumi, (Lihat: Controversy over the Round Earth and the Flat Earth on the Interpretation of the Qur'an: Study Interpretation with a Scientific Approach Hal. 80). 

Selain itu juga, bentuk bumi pada dasarnya telah dijelaskan dalam Al-Qur'an sejak lama. Salah satu ilmu Al-Qur'an yang menjamin kebulatan bumi memiliki hubungan erat dengan terjadinya proses siang dan malam. Adapun sumber-sumber ayat al-qur’an yang membahas atau menunjukan bentuk bumi diantaranya terdapat pada Qur’an Surat al-Baqarah ayat 22, QS Taha ayat 53, QS Nuh ayat 19-20. Dengan keadaan bumi yang memiliki hamparan luas, meski bentuknya mendekati bundar seperti bola, tetapi karena sangat besar dibanding ukuran manusia, maka permukaannya tampak datar dan luas terhampar. Sebagaimana teori ini telah dijelaskan juga di buku yang berjudul 40 Sumpah Maha Kuasa Al-Qur'an: Mengungkap Rahasia, ayat-ayat ikrar Muhammad Hatta al-Fatah yang menggambarkan kesinambungan siang dan malam di belahan bumi yang melambangkan bentuk bumi seutuhnya. 

Alhasil, dapat diasumsikan bahwa memang benar bumi itu tidaklah datar. Fenomena alam tahunan tidak mungkin akan terjadi, informasi ilmiah ini secara esksplisit telah disinggung dalam Al Qur'an lebih dari 14 abad yang lalu, ketika orang masih mengira bumi itu datar. Jika bumi tidak datar atau bulat dan tidak berputar atau berputar mengelilingi matahari, tidak akan mungkin ada pergantian siang dan juga malam. Itulah Salah satu bukti bahwa bumi itu bulat, penjelasan itu terdapat pada ayat 5 Surat Az- Zumar.

Bahan Perbandingan 

Christine Garwood, dalam bukunya tahun 2007 yang berjudul “Flat Earth: The History of an Infamous Idea,” ia mendokumentasikan bahwa disamping kosmologi Babilonia dan Mesir awal mencakup Bumi datar, orang-orang Yunani telah menyadari bahwa bumi itu haruslah bulat. Dalam gambaran kecil, misalnya saja seperti pada waktu Aristoteles melakukan perjalanan ke selatan di Mesir, ia melihat bahwa dia dapat melihat rasi bintang yang baru baginya dan tidak dapat melihat beberapa rasi bintang yang sudah dikenalnya, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa Bumi itu sebenarnya tidak datar. Satu abad kemudian Eratosthenes mengukur dengan akurasi yang luar biasa tepat, dengan membandingkan jari-jari Bumi dengan membandingkan panjang bayangan batang vertikal di dua kota Mesir pada garis bujur yang sama, pada waktu yang sama. Sehingga dalam tulisannya, Garwood menunjukkan bahwa sejak saat itu hingga pertengahan 1800-an, semua orang di barat menerima bahwa Bumi itu bulat.

Lanjut, pengukuran Eratosthenes sendiri dapat diinterpretasikan untuk menentukan baik radius 4000 mil dari Bumi yang bulat atau ketinggian 4000 mil Matahari di atas Bumi yang datar. Mungkin saja sebagian analisis Aristoteles itu yang menyebabkan Eratosthenes memilih interpretasi tersebut dengan percaya bahwa bumi itu memang benar bulat. Alasan lain untuk menolak interpretasi bumi datar bisa jadi adalah fakta bahwa ukuran nyata Matahari tidak berubah pada siang hari, terlepas dari perubahan jarak yang dibutuhkan model bumi datar.

Pada sisi yang lain, di masa seorang pelayar samudera, Columbus, orang mengira bahwa Bumi itu datar, tapi itu tidak benar. Diketahui, Columbus keliru akan hal itu bahwa Bumi jauh lebih kecil daripada orang-orang pada zamannya mengetahui itu, dan dia berpikir itu cukup kecil bahwa bekalnya akan mendukung pelayaran kapalnya dari Spanyol ke Cina. Tentu dengan keberadaannya yang jauh dan tentu akan kelaparan jika dia tidak singgah ke pulau-pulau Karibia. Bidah Galileo bukanlah klaim bahwa Bumi itu bulat; itu menyatakan bahwa Bumi bulat, yang diterima oleh Gereja Katolik, tidak berada di pusat Alam Semesta, (Dalam tulisan Greswood). 

Seperti yang didokumentasikan oleh Garwood, di Inggris. Pada pertengahan 1800-an muncul tantangan terhadap Bumi yang memiliki bentuk bulat dan bukannya datar, dan masyarakat bumi datar kontemporer di Inggris dan AS dipercaya adalah pewaris dari gerakan itu. Mereka sendiri menunjukkan bahwa motivasi utamanya adalah rasa ketidaknyamanan dengan sekularisme pada umumnya dan evolusi pada khususnya. Salah satu argumen yang digunakan oleh para flat-earthism adalah untuk menemukan ayat-ayat dalam Alkitab yang dapat ditafsirkan sebagai dukungan mengenai Bumi yang datar. Mungkin bukan suatu kebetulan bahwa gerakan bumi datar dimulai di Inggris, di mana geologi modern dapat dikatakan berawal dan dirangsang oleh pencarian mineral dalam konteks revolusi industri. Para ahli geologi menunjukkan bahwa Bumi pasti lebih tua dari 6000 tahun, dan mereka menemukan fosil hewan yang sama sekali tidak diketahui.

Tentu saja apabila kita perhatikan dengan seksama, jika memang bentuk bumi itu datar. Bagaimana mungkin terdapat gravitasi bumi, dan jika memang benar, sudah ribuan tahun yang lalu akan tenggelam oleh lautan. Di lain hal, dari berbagai sumber bacaan yang telah diteliti oleh cendekiawan agaknya mengungkapkan bahwa memang benar bentuk bumi tidaklah datar. 

Dengan berbagai macam pembuktian tentang dugaan itu, terlepas dari apakah diterima atau tidak, tetap saja sebagai pembaca yang baik mesti kita apresiasikan karena dengan begitu, secara tidak langsung kita mendukung upaya peneliti yang terlibat dalam melakukan riset atas suatu jawaban yang valid. Kemudian, jawaban-jawaban itu nantinya bisa menjadi sumber acuan untuk dikembangkan lebih lanjut. Sama halnya dengan upaya argumen tentang bentuk bumi. Perdebatan-perdebatan yang terjadi akibat banyaknya pertanyaan yang masih belum mampu terjawab sehingga peneliti juga turut serta dalam upaya memberikan jawaban melalui riset yang dilakukannya. Sejak abad ke 338 SM, manusia philosopi yang kita kenal dengan nama Aristoteles sendiri dalam paradigmanya berpendapat bahwa bumi berbentuk bulat. Selanjutnya, teori ini, dijelaskan pula oleh ilmuwan Muslim Rayhan Al-Birnu di abad ke-11 dengan konsep trigonometrinya dengan alat ukurnya yang terkenal bernama Astrolabe. Sehingga saya sendiri berkesimpulan bahwa bumi memiliki bentuk yang tidak datar alias bulat. 

Referensi

Hakim, D., Fadilahi, S., Rafsanjani, M., Mubarok, A. S., Rofi, M., & Muhaimin, U. M. (2022). Controversy over the Round Earth and the Flat Earth on the Interpretation of the Qur ’ an : Study Interpretation with a Scientific Approach. Journal of ‘Ulūm Al-Qur’Ān and Tafsīr Studies, 1(2), 10–15.

Tursina, D (2022). Representasi Bumi datar Dalam Video Flat Earth 101 Episode 10B Di Situs Mbakyutube.com (Analisis Semiotika Roland Barthes). IAIN Ponorogo.

Abqary, M 92017). Bentuk Bumi dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār). UIN Walisongo Semarang.

Qureta, 16 November 2021. Ahmad Nur Tontowi. “Menengahi Paham Bumi Bulat dan Bumi Datar”. Diakses pada 9 November 2022 dari, https://www.qureta.com/post/menengahi-paham-bumi-bulat-dan-bumi-datar

Al-Qur’an, L. P. M. (2010). Kementerian Agama Republik Indonesia. Qur’an Kemenag in Microsoft Word Versi, 2.

Link Rujukan Lanjutan

https://tinyurl.com/AFlatEarthModel

https://flatearthconference.com/

http://flatearth101.com/

https://wiki.tfes.org/

https://brucesherwood.net/?p=420

3 Agree 2 opinions
0 Disagree 0 opinions
3
0
profile picture

Written By M. Zaenal Abidin

This statement referred from