SANTRI MILENIAL CERDAS TANGGAPI GERAKAN RADIKALISME DI MEDIA SOSIAL

profile picture latifnurkholifah

Pendahuluan

Gaya hidup masyarakat yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada saat ini terutama perkembangan di bidang teknologi yang selalu memiliki perubahan inovasi, setiap inovasi tersebut disediakan untuk mempermudah segala aktivitas di belahan masyarakat manapun dan tidak luput juga para Santri. Pesatnya kemajuan teknologi menjadikan kehidupan manusia dari dua arah yang berbeda seperti interaksi, relasi sosial dan lain sebagainya selain dilakukan di dunia maya juga dilakukan secara nyata.[1]

Gaya hidup ini adalah gaya hidup yang dihadapi oleh generasi milenial, generasi milenial ini sejak lahir telah dihadapkan oleh pergerakan kemajuan teknologi tentunya generasi ini memiliki kepekaan terhadap teknologi dan memiliki kecenderungan mudah mengikuti trend masa kini. Namun, di tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat, ada polemik-polemik yang akan dihadapi oleh generasi milenial dan dikhawatirkan akan berdampak pada generasi selanjutnya yakni generasi Y (generasi yang lahir setelah generasi milenial). kekhawatiran tersebut adalah mudahnya dalam menerima informasi-informasi dari teknologi khususnya media sosial secara mentah dan apa yang selalu dikatakan oleh media sosial selalu dianggap kebenaran bahkan menjadi sebuah fatwa.[2]

Dampaknya akan sangat berbahaya dan terkadang hingga dapat mengancam kesatuan dan keutuhan bangsa yakni pemikiran yang memunculkan benih-benih radikalisme. Dalam hal ini pemanfaatan media sosial sangat berperan penting bagi kelompok radikal untuk menyebarkan tunas-tunas ekstrimisme. Munculnya jejaring media sosial seperti twitter, facebook, youtube, blog, whatsapp, tik tok dan lain sebagainya merupakan alat handal bagi kelompok Islam transionalis dan kelompok teroris untuk mendapatkan pengaruh  menjaring keanggotaan warga.

Terdapat penelitian bahwa lebih dari 5.500 situs web menyebarkan ideologi al-Qaedah di dunia dan dalam setiap tahunnya situs tersebut meningkat 900 kali. Website-website ini ditemukan selain untuk perekrutan anggota juga untuk memperoleh dukungan keuangan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Brookings Institute menyatakan bahwa paling sedikit 4.600 akun twitter yang dinyatakan terkait dengan kelompok radikal. Di samping perekrutan warga Indonesia telah banyak terjadi seperti yang dihimpun oleh BNPT. Pertama, Ahmad Taufiq Alias Ofi, tersangkut bom Myanmar, yakni mendownload pengajian melalui MP3 yang berpaham radikal. Kedua, Agus Anton Figian Alias Toriq Abu Zulfikar, berencana melakukan pengeboman di wilayah Freeport dan kedubes AS Surabaya karena terpengaruh kajian-kajian dari website www.arrahmah.com. Ketiga, lima orang remaja tingkat SMA di Klaten belajar merakit bom dari forum al-Busyro. Keempat seorang anak bernama Judi Novaldi mengancam ayahnya dan menyandera adiknya berumur 6 tahun. Ditemukan berbagai atribut berkaitan dengan ISIS. Kelima, Ahmad Azhar Basyir mencari artikel di Internet tentang membuat detonator dan menemukan cara ini di akun facebook yang bernama Salafi Jihadi.[3]

Oleh karena itu melihat faham-faham radikalisme yang terus merambat cepat menelusuri setiap ruang-ruang media sosial diharapkan para santri milenial tidak abai tentang radikalisme tersebut. Gemblengan-gemblengan ilmu yang telah dipelajari di Pesantren khususnya tentang kesatuan bangsa harus selalu ditegakkan untuk Indonesia yang damai.

 Dari uraian diatas maka muncullah pertanyaan Bagaimanakah agar santri tidak abai dengan radikalisme di media sosial? dan bagaimana Tanggapan santri agar tetap cerdas dalam menyikapi paham radikalisme yang menjalar di media sosial?

Bagaimana agar santri tidak abai dengan radikalisme di media sosial?

            Kata Islam sesungguhnya menunjukkan makhluk sosial yang luar biasa, kata Islam berasal dari kata salama-yusallimu yang berarti damai, selamat pasrah, patuh dan tunduk. Pengertian dari akar katanya menunjukkan bahwa Islam adalah suatu agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan sebuah kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan bagi umat manusia dan seluruh ciptaan Allah SWT. Islam sangat bertentangan dengan ajaran yang bersikap kerusakan, membuat onar, dan bencana di muka bumi.[4]

Salah satu kisah tentang Islam Agama yang harmonis adalah kisah Nabi Muhammad yang selalu menyuapi seorang Yahudi dan pengemis yang buta di pasar kota Madinah, pengemis  itu selalu mengejek Nabi SAW, dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seseorang yang gila, pembohong dan tukang sihir. Namun Nabi Muhammad tidak marah sedikitpun kepada pengemis itu. Justru setiap pagi Nabi Muhammad SAW selalu mendatanginya membawa makanan dan tanpa sepatah katapun Nabi Muhammad menyuapkan makanan yang dibawa kepada pengemis. Beliau melakukan ini sampai menjelang wafat. Hingga akhirnya pengemis Yahudi yang buta itu tahu dari Abu Bakar. bahwa selama ini yang menyuapinya adalah Nabi Muhammad dan saat itulah pengemis itu masuk dalam agama Islam.[5]

Menurut penulis dari satu kisah ini Nabi ingin memberikan pesan terhadap Umatnya bahwa Islam sejatinya harmonis. Pertama, bahwa Nabi memperlakukan orang di luar Islam dengan sangat santun meskipun selalu di hina. Kedua berdakwah tidak harus menghancurkan dan menyakiti orang-orang bukan Islam. Di Dalam al-Qur’an juga ditegaskan bahwa Islam rahmat seluruh alam (rahmatan lil alamin). Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an.

dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya’: 107)

Dalam tafsir al-Munir makna ayat ini ialah “engkau tidak diutus wahai Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam, manusia dan jin. karena ajaran yang diturunkan kepadamu adalah sebab kebahagiaan mereka dan memastikan kebaikan mereka di dunia dan di akhirat.[6]

Berbekal sikap kasih sayang Islam dapat berdialog dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja, islam memiliki sifat yang dinamis tentunya dapat menggerakkan dan digerakkan oelh pemeluknya, dapat berdampingan dengan tradisi dan budaya serta mampu merespons tantangan global dan local.

Santri Kompeten dan Profesional

Secara historis para ilmuwan Muslim terdahulu dengan tegas tidak pernah memisahkan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Kita dapat melihat tokoh -tokoh besar seperti Ibnu rusyd, ibnu Sina, al-Khawarizmi, ibun Hazm dan banyak lagi. Kemudian ulama-ulama Nusantara yang banyak memunculkan karya-karya yang menunjukkan kemajuan dalam peradaban. Seperti kitab-kitab klasik yang tidak hanya berbicara soal agama tetapi juga bicara tentang pengobatan, pertanian dan segala macam dimensi kehidupan manusia.[7]

Pada kemajuan teknologi yang pesat seperti saat ini, dan mengingat ajaran radikalisme terus menggerogoti pemikiran-pemikiran para generasi Indonesia melalui media sosial, seperti yang dikatakan oleh Weimman (2014) bahwa alasan teroris menggunakan internet, karena dengan internet lebih populer di kalangan audiens, khususnya media sosial dianggap “bersahabat” dan bebas sehingga memudahkan untuk menjangkau target mereka. Komunikasi yang berbasis online dapat membantu melindungi identitas para actor radikal dan mereka dapat menawarkan untuk melakukan kontak langsung dengan perwakilan teroris lainnya.[8]

Santri juga tidak boleh kalah para radikal yang menggunakan internet sebagai senjata menyebarluaskan ajaran mereka. Maka santri tidak hanya belajar hanya tentang kegamaan, tetapi juga tentang keduniaan. ajaran-ajaran yang telah dipelajari di pondok pesantren  tidak hanya disalurkan secara nyata tetapi juga disalurkan melalui teknologi dan  karya-karya dari para santri di media sosial tersebut diharapkan dapat menangkal pemikiran-pemikiran radikal yang menjalar di internet.

Dengan demikian penulis akan memaparkan Poin-poin tanggapan santri terhadap gerakan radikalisme. Pertama, santri harus terbuka dan kritis pada saat yang bersamaan terhadap adanya teknologi baru. Terbuka berarti tidak antipasti sebelum meneliti dengan teliti suatu teknologi dari berbagai aspek. Dan pada waktu yang sama, harus. tetap kritis agar tidak menjadi korban dari limbah-limbah radikalisme. Kedua, santri tidak menutup terus belajar ilmu-ilmu di luar ajaran pesantren contohnya ilmu bahasa asing sebagai dialog tibgkat dunia. seperti diungkapkan oleh Boy Rafli Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bahwa

“yang menggunakan narasi agama dalam bahasa Inggris di internet besar sekali jumlah konten-konten yang mereka anggap sebagai perjuangan agama dan mungkin semua sudah mendengar ada pergerakkan ISIS. ISIS sendiri sudah dikenal seluruh dunia dalam terminology bahasa Inggris karena terpapar paham radikalisme melalui konten-konten berbahasa Inggris orang Indonesia yang sudah tercatat berangkat (ke Irak) itu ada 2. 127 orang “[9]

Pernyataan ini dapat sebagai contoh bahwa santri harus melek dengan ajaran-ajaran di luar keagamaan seperti pandai bahasa Inggris

Ketiga, professional, kompeten, tidak apriori dan memiliki skala prioritas dalam mengevaluasi masalah apa yang perlu di –bahtsul masail dan mana yang tidak minimal santri harus meminta pertimbangan pakar sebelum memutuskan isu hukum dari salah satu produk modern diprioritaskan untuk dibahas. Dan selanjutnya diolah menjadi konten-konten menarik di internet.

            Apapun mudah didapatkan khusunya suatu ilmu dan berita, siapapun bisa mengapload, siapapun dapat menjadi admin (penganggungjawab) dan tentunya siapapun juga bisa menjadi penikmat media sosial. Oleh karena itu sangat diharapkan santri mileneal menjadi santri yang cerdas dalam memilih suatu berita maupun suatu bidang ilmu pengetahuan di media sosial khusunya mengenai hal-hal berpaham radikalisme yang dibungkus  dengan ajaran Islam  Kaffah, dengan dalih menjadi manusia yang sangat Islami dan tentunya sangat di sayang oleh Allah SWT.

Sumber Tulisan

 Abitolkha, Amir Maliki, and Muhamad Basyrul Muvid. Islam Sufistik “ Membumikan Ajaran Tasawuf Yang Humanis, Spiritualis Dan Etis.” Banyumas: Pena Persada, 2020.

Ainiyah, Nur. “REMAJA MILLENIAL DAN MEDIA SOSIAL: MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA INFORMASI PENDIDIKAN BAGI REMAJA MILLENIAL” 2 (2018): 16.

F.Hasan, Abdillah. 17 Rahasia Nabi Muhammad, n.d.

Ilyas, Fauzan Azhari. “Internet dan Media Sosial: Ladang Subur Penyebaran Radikalisme Islam,” n.d., 7.

Kusuma, Rina Sari, and Nur Azizah. “Melawan Radikalisme melalui Website.” Jurnal ASPIKOM 3, no. 5 (September 6, 2018): 943. https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i5.267.

Ngafifi, Muhamad. “KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN POLA HIDUP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA.” Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 2, no. 1 (June 1, 2014). https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616.

Syafii, Moh. “Berharap Santri Lawan Nrasi Radikal Di Media Sosial Harus Di Kuasai Orang Baik.” Compas.Com (blog), 2022.


 

[1] Muhamad Ngafifi, “KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN POLA HIDUP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA,” Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 2, no. 1 (June 1, 2014), https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616.

[2] Nur Ainiyah, “REMAJA MILLENIAL DAN MEDIA SOSIAL: MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA INFORMASI PENDIDIKAN BAGI REMAJA MILLENIAL” 2 (2018): 16.

[3] Fauzan Azhari Ilyas, “Internet dan Media Sosial: Ladang Subur Penyebaran Radikalisme Islam,” n.d., 7.

[4] Amir Maliki Abitolkha and Muhamad Basyrul Muvid, Islam Sufistik “ Membumikan Ajaran Tasawuf Yang Humanis, Spiritualis Dan Etis” (Banyumas: Pena Persada, 2020).

[5] Abdillah F.Hasan, 17 Rahasia Nabi Muhammad, n.d.

[6] Abitolkha and Basyrul Muvid, Islam Sufistik “ Membumikan Ajaran Tasawuf Yang Humanis, Spiritualis Dan Etis.”

[7] Moh Syafii, “Berharap Santri Lawan Nrasi Radikal Di Media Sosial Harus Di Kuasai Orang Baik,” Compas.Com (blog), 2022.

[8] Rina Sari Kusuma and Nur Azizah, “Melawan Radikalisme melalui Website,” Jurnal ASPIKOM 3, no. 5 (September 6, 2018): 943, https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i5.267.

[9] Syafii, “Berharap Santri Lawan Nrasi Radikal Di Media Sosial Harus Di Kuasai Orang Baik.”

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By latifnurkholifah

This statement referred from