Perspektif Hoax dalam Al-Quran. Bisakah Kita Menghentikan Aksi Tersebut ?
Hoax, sering kali kita kerap mendengar di jagat dunia maya apalagi media sosial mengenai berita yang tidak sesuai dengan fakta. Kadang kita sulit membedakan ini benar informasinya fakta atau hoax belaka. Nah kita akan ulas mengenai hoax. Dikutip dari buku kezaliman media massa terhadap umat Islam "Hoax adalah kabar, informasi, berita palsu atau berita bohong. Hoax merupakan akses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet, khususnya di media sosial. Hoax bertujuan untuk membangun opini publik membentuk persepsi, juga having fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial. Jadi, hoax dapat diartikan sebagai sebuah pemberitaan palsu, usaha untuk menipu atau mengakali pembaca, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu." Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fitnah secara etimologi berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang dan sebagainya). Pengertian fitnah dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat menerangkan bahwa fitnah adalah perkataan bohong yang mencelakakan orang, atau maksud-maksud yang tidak baik terhadap sasaran atau yang difitnah.
Dari Abu Hurairah rodhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam, pernah bertanya, "Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab,"Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Kemudian Rasulullah bersabda, "Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai."Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?" Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam, berkata, "Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah mendustakannya." (HR. Muslim).
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kalian. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata". Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena itu mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat, niscaya kalian ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kalian tentang berita bohong itu. (Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kalian tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar". Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S An-Nur 11-19)
Tabayyun sangat dibutuhkan di zaman yang penuh fitnah saat ini, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6). Sikap Tabayyun ini diperlukan agar lebih selektif dalam menerima berita yang diperoleh, mencari kebenarannya dahulu berita ini agar tidak menjatuhkan judgement ke orang lain dan tidak melakukan penyebaran berita bohong di sosial media.
Usaha tabayyun ini bisa dengan mengikuti grup diskusi anti hoax seperti yang sudah dituliskan di web Kominfo, dengan diskusi itu mendapatkan titik terang dengan narasumber terpercaya apakah benar terjadi atau hanya kebohongan belaka. Mencari keaslian foto dengan menggunakan media Google Images. Sebagai contoh saat ini kerap terjadi di jalan raya orang memprovokasi orang lain dengan menuduh yang tidak-tidak tanpa dibuktikan dengan kuat kemudian mengakibatkan orang lain cedera parah sampai meninggal. Sampai-sampai mengakibatkan kerugian besar terhadap kendaraan orang lain. Kejahatan ini menjadi modus yang viral saat ini sehingga menjadi kehati-hatian pengendara dan masyarakat sekitar.
Sebagai manusia yang memiliki akal dan kemampuan dalam kecanggihan teknologi ayo lebih selektif dalam mencerna berita di publik dan hentikan usaha provokasi. Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat membaca.
Oleh : Annisa Avinni
#lombaNinevibe