Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat Papua adalah cara kerja Pramu. Budaya pramu dapat kita jumpai di Papua khususnya di Kabupaten Mimika. Budaya tersebut masih berlangsung hingga kini. Budaya ini bukan hanya ada di daerah atau pedalaman Papua, tetapi juga berkembang di masyarakat perkotaan. Masyarakat mempunyai kebersamaan yang tinggi. Mereka juga memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan tanpa dipaksa oleh aturan tertulis yang justru mengotak-atik masyarakat. Berbagai suku di Papua masih mengenal dan melestarikan budaya Pramu sedemikian hebatnya di zaman modern ini.
Namun tidak banyak masyarakat Papua menyadari bahwa mereka termasuk pramu, orang yang melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan makan dan minum dengan cara meramu.
Lingkungan hidup sangatlah kompleks dengan spesies atau jenis yang ada di Indonesia, khususnya di tanah Papua. Berbagai macam tumbuhan dan pohon yang ada di pulau tersebut. Adapun yang ingin saya soroti adalah Sarah kerja para Pramu atau manusia yang tinggal di pulau Papua. Alasan kenapa tertarik dengan perihal tersebut karena pada zaman sekarang masih ada para petani dan pemburu yang masih menggunakan cara nomaden. Hal ini masih terjadi di kabupaten yang kami tinggal, meskipun hal ini terjadi hanya di pedalaman yang masih jarang dikunjungi oleh orang-orang pada umumnya. Penduduk yang masih melakukan hal tersebut di Kabupaten Mimika disebut Peramu.
Pramu adalah seorang yang mencari dan mengumpulkan bahan makanan dengan berbagai strategi yaitu; berburu, membuat perangkap, menangkap dengan menggunakan alat. Masyarakat pemburu dan meramu adalah bentuk masyarakat paling sederhana. Kegiatan mereka umumnya sekedar berburu hewan (memburu) serta mengumpulkan hasil tanaman nonbudidaya dengan teknologi berupa peralatan sederhana (meramu). Kendati kini perkembangan teknologi sudah menciptakan masyarakat posindustri, masyarakat pemburu dan Pramu masih ada di sejumlah wilayah Indonesia. Akibat teknologi diterapkan hanya mampu mengolah alam secara pasif, sebagian besar kegiatan sosial mereka habiskan untuk mencari makanan berupa hewan buruan ataupun tanaman-tanaman demi pemenuhan kebutuhan subsisten ( kegiatan ekonomi yang tidak didasarkan pada aspek mencari keuntungan dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan pribadi dari penduduk)
Meramu adalah kebiasaan mencari sumber daya alam yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan makan dan minum setiap hari, kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat yang hidup nomaden kehidupan suku bangsa nomaden berpindah-pindah dengan beberapa alasan (1) alasan geografis, letak daerah di mana dominan menghasilkan kebutuhan makanan untuk dikonsumsi. Tidak semua tempat adalah milik bersama. (2) alasan teritorial, suatu suku hidup bergantungan kepada alam pada daerah teritorialnya sendiri dengan kepastian pembagian daerah teritorial yang jelas.
Dalam aktivitasnya, masyarakat pemburu dan peramu bergantung pada keluarga. Ketergantungan berkisar pada distribusi makanan, perlindungan anggota, dan sosialisasi budaya. Perempuan biasanya berkegiatan meramu, sementara laki-laki memburu hewan. Umumnya, di masyarakat pemburu dan meramu terdapat seorang shaman (pemimpin spiritual, dukun) yang istimewa posisinya. Namun, bahkan seorang shaman pun tetap harus mencari makan untuk keluarganya, sama seperti anggota masyarakat lain.
Cara kerja Pramu sebagaimana membersihkan lahan, menanam umbi-umbian dan berburu. Selain itu juga didasari dengan faktor kebiasaan atau adat dari berbagai wilayah seperti bercocok tanam yang awalnya dilakukan oleh para pria dan Setelah itu dilanjutkan oleh wanita pada masa menanam merawat, hingga panen nanti.
Yang menjadi target dalam meramu adalah sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian dan buah-buahan, Adapun hasil berburu seperti babi hutan, ikan, buaya, kasuari, kelinci, kangguru dan Soa-soa . Dari hasil meramu yang didapatkan, para Pramu akan kembali menjualnya di pasar untuk mendapatkan uang, ada juga yang diolah menjadi makanan keseharian mereka, ada juga yang ditukar/dibarter untuk mencukupi kebutuhan mereka yang lainnya.
Dari hasil meramu ini juga memiliki keuntungan dan kerugian yang kerap kali dialami oleh para pramutitik seperti membantu masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal pangan itu menjadi keuntungan mereka, Selain memenuhi kebutuhan pangan ada juga membantu kondisi ekonomi perahu yang di mana hasil panennya dijual di pasar. Terdapat juga kerugian dari meramu di mana adanya lahan yang rusak setelah dipanen hasil kebunnya dan mengalami kerusakan tanah sehingga penanaman berkelanjutan dapat menurun hasil panennya.
Cara kerja Pramu dan hasil dari meramu juga berbeda-beda dikarenakan wilayah yang ditempati pun berbeda. Pengolahan hasil meramu bukan hanya untuk dimakan, namun juga dijual atau biasanya di barter (menukar) dengan kebutuhan lain yang belum terpenuhi. Meramu banyak ditemukan pada orang-orang yang hidup di zaman nomaden (pengembara). Kebudayaan meramu ini pula yang masih merekat dengan masyarakat di Kabupaten Mimika.
Tetaplah bijak dalam melestarikan lingkungan di Kabupaten Mimika dan masyarakat yang belum memiliki atau belum mengenali kebiasaan ini marilah kita bersama-sama membiasakan diri dengan hidup meramu karena dengan hidup meramu memiliki banyak manfaat.