Kejanggalan Peristiwa Gerakan 30 September 1965
Tanggal 30 September atau 1 Oktober diperingati setiap tahunnya sebagai “Hari Kesaktian Pancasila”. Hari dimana Pancasila menunjukkan tajinya dalam menumpas ideologi anti pancasilais. Ideologi itu kita kenal sebagai ideologi Komunis. Ideologi tersebut di usung oleh partai kontroversial, PKI (Partai Komunis Indonesia). Dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun (1926 - 1965), PKI melakukan 3 kali pemberontakan, yakni pada tahun 1926 (Aksi pemberontakan pada pemerintah Belanda), tahun 1948 (Aksi pemberontakan pada kabinet Hatta), dan tahun 1965 (Aksi Pemberontakan yang kurang jelas motifnya). Pada tiga edisi pemberontakan, PKI selalu dibubarkan setelahnya. Namun, PKI masih bisa bangkit lagi. Hanya pada 1965, PKI mati. Baiklah, kita sudahi perkenalan dengan PKI. Mari kita bahas kejanggalan peristiwa 30 September 1965. Setelah PKI dibubarkan pada tahun 1948, PKI dibentuk kembali pada tahun 1950. Dan sejak 1950 - 1955 PKI tidak mendapat kedudukan di Parlemen. Namun, hal mengejutkan terjadi pada pemilu 1955 dimana PKI menduduki peringkat 4 dalam perolehan suara nasional. Hal ini tentu mengagetkan. Karena sebelumnya PKI dibubarkan pemerintah dan tidak mendapat kursi di parlemen. Lebih mengejutkan lagi pada pemilihan daerah di Jakarta 1957, PKI naik ke nomor 2 meninggalkan NU dan PNI. Kebijakan Land Reform yang diusung PKI mendapat simpati dari kalangan petani dan buruh. Pada gelaran Pemilu 1955, petani dan buruh berbondong - bondong memilih PKI. Jika dilihat dari skema ini tentunya PKI akan mendapat kerugian jika melakukan pemberontakan karena sedikit demi sedikit mereka merangsak naik menjadi kampiun di peta perpolitikan Nasional. Di tambah lagi pada tahun - tahun setelahnya Presiden Soekarno menciptakan ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme) yang semakin menguatkan posisi PKI dalam perpolitikan Nasional. Lantas, bagaimana PKI berpikir untuk melakukan pemberontakan ? Bukankah posisi mereka sudah kuat di pemerintahan. Inilah yang menjadi keanehan pemberontakan PKI pada 30 September 1965/1 Oktober 1965. Perlu penulis katakan sebelumnya bahwa “Penulis meyakini ideologi Komunis adalah ideologi yang salah, namun di peristiwa G30S kurang tepat untuk menyalahkan PKI”. Menurut Penulis, G30S adalah alat politik untuk menggulingkan rezim Soekarno dan PKI. Dalam peristiwa ini PKI dijebak untuk menanggung ‘Dosa’ Rezim. Sang “Pemain” sengaja membenturkan PKI dengan Angkatan Darat. Karena saat itu PKI dan Angkatan Darat berseteru perihal ‘Angkatan Kelima’. Dan Lokasi pembantaian pun memang sudah disiapkan dari awal di tempat latihan ‘Angkatan Kelima’ sehingga pelaku ditujukan pada satu kelompok saja. Dan waktu itu juga Presiden Soekarno tidak di Jakarta sehingga tidak bisa turun langsung memberi perintah. Seolah - olah Skenario besar sudah dipersiapkan sebelumnya. Dan peristiwa ini diakhiri dengan kemunculan ‘Sang Pahlawan’. Kurang lebih satu tahun saja ‘Sang Pahlawan’ naik di pucuk kepemimpinan dan mengurung ‘Sang Pahlawan Besar Revolusi’. Setelah peristiwa itu Pancasila digunakkan sebagai alat untuk menumpas musuh kekuasaan. Semua ini seperti sudah dirancang dengan matang sebelumnya. Namun, perancang strategi ini masih belum diketahui sampai saat ini. Ada beberapa sosok/ kelompok yang di curigai sebagai perancang tragedi ini. Memang susah menyingkap tabir perancang tragedi ini. Namun, kita bisa tau siapa orang/ kelompok di balik peristiwa dengan melihat “Siapa yang paling diuntungkan dengan peristiwa ini ?”.