Mengambil Iktibar Perjuangan Tokoh Inspiratif Imam Bukhari, Ibnu Batuttah dan Tirto Adhi Soerjo Sebagai Teladan dalam Jurnalisme
Jurnalisme merupakan sebuah ativitas yang bermuara pada penyiaran berita, mulai dari pengumpulan fakta, penulisan, sampai pada penyuntingan berita. Banyak tokoh-tokoh dunia yang menghabiskan hidupnya untuk berkecimpung dalam aktivitas jurnalistik guna menghasilkan sebuah karya yang hingga kini dan akan terus kita rasakan manfaatnya. Diantara tokoh-tokoh hebat tersebut adalah Imam Bukhari, Ibnu Batutah dan Tirto Adi Soejo. Mereka adalah sosok figur jurnalis sejati yang dapat di jadikan teladan dalam hal jurnalisme.
Imam Bukhari, beliau adalah tokoh terkemuka di kalangan ahli-ahli hadis nabi Muhammada SAW. Ia juga merupakan penulis kitab shahih bukhari, kitab yang sangat muktabar hingga diagungkan menjadi pedoman nomor dua setelah Al Quran. Imam Bukhari menghabiskan 40 tahun dari usianya 62 tahun dalam upayanya mengumpulkan hadis dan melakukan lawatan ke berbagai negara untuk bertemu dengan banyak orang guna membuktikan kemurnian dan kebenaran hadisnya. Dari 600.000 ribu Hadis, Imam Bukhari memilih sekitar 7000-an Hadis Sahih, atau di beberapa riwayat sebanyak 7275 Hadis Sahih atau lagi sekitar 7397 Hadis Sahih. Imam Bukhari mensyaratkan pada dirinya sendiri bahwa Imam Bukhari tidak akan memasukkan sanad kecuali dengan rijal atau perawi Hadis yang Tsiqah . Imam Bukhari juga tidak akan memasukkan sanad kecuali Imam Bukhari bertemu langsung mengetahui jarh wa ta'dil dari seorang perawi tersebut. Apalagi dalam ilmu Hadis, proses talaqi atau bertemu langsung menjadi syarat utama ketersambungan sanad dalam syarat sahihnya suatu Hadis.
Dalam hal ini kita dapat mengambil iktibar bahwa dalam aktivitas jurnalisme pun juga penting untuk pembuktian kebenaran dengan memverifikasi pesan/informasi yang didapat. Seperti yang dilakukan Imam Bukhari dari perjuangannya membuktikan keabsahan hadis dengan melakukan verifikasi/bertanya kepada banyak orang di berbagai pelosok dunia. Hal ini sejalan dengan prinsip jurnalisme yang disampaikan oleh Luwi Ishwara dalam Committee Of Concerned Journalist bahwa kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran dan inti dari jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi.
Ibnu Batuttah, ia juga merupakan salah satu cendekiawan muslim yang tidak kalah hebat dengan Imam Bukhari yang patut dijadikan figur teladan dalam melakukan jurnalis. Bagaimana tidak, perjuangan Ibnu Batutah yang begitu panjang tercatat ia telah menjelajahi 44 negara sejauh 120 ribu Km hingga menyaingi orang-orang hebat di zamannya seperti Marcopollo Al Bandaqi. Ibnu Batuttah merupakan tokoh yang disebut ahli dalam ilmu geografi. Dalam catatan sejarah, Ibnu Battuta telah mengelilingi beberapa kawasan di antaranya, Afrika bagian Utara, Afrika bagian Selatan, Afrika Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan China. Lebih hebatnya lagi ia mengelilingi pelosok dunia dengan teknologi pelayaran yang tidak sehebat zaman sekarang. Dari petualangannya yang sangat panjang tersebut menjadikan ia memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Namun demikian, Ibnu Batutah tidak meninggalkan karya sastra apa pun, bahkan ia tidak menulis catatan perjalanannya secara teratur. Dia hanya menceritakan kisah perjalanannya kepada orang lain, berupa peristiwa-peristiwa tertentu, dan informasi-informasi yang sepenggal-sepenggal. Tidak ada indikasi bahwa Ibnu Batutah mencatat sendiri pengalaman-pengalamannya selama 29 tahun bertualang. Manakala meriwayatkan kembali petualangan-petualangannya untuk dicatat oleh Ibnu Juzay, Batutahlah menjadi satu-satunya sumber referensi bagi Ibnu Juzay dan tidak menyebutkan sumber referensi lainnya, serta menyajikan sejumlah keterangan yang dikutip dari naskah-naskah lain seolah-olah ia dengar langsung dari mulutnya. Ia meriwayatkan pengalaman-pengalamannya menjelajahi dunia untuk dibukukan yang disusun oleh Ibnu Juzay dengan judul lengkap dari naskah ini adalah Hadiah Bagi Para
Pemerhati Negeri-negeri Asing dan Pengalaman-pengalaman Ajaib (Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa Ajāʾibil Asfār) namun sering kali disebut Ar-Rihlah.
Dalam jurnalisme salah satu karakteristik seorang jurnalis adalah selalu kritis dan rasa ingin tahunya tinggi. Ibnu Batutah yang memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi membuat ia tergerak untuk berkelana mengelilingi dunia melihat kebenaran secara langsung dan membuatnya memiliki pengetahuan yang luas. Maka seorang jurnalis patut meniru Ibnu Batutah untuk memiliki karakter yang kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi dan mencari pengetahuan seluas-luasnya.
Tirto Adhi Soerjo, Merupakan tokoh nasional Indonesia. Ia dijuluki sebagai bapak pers Nasional atas perjuangannya melawan penjajah melalui tulisan tangannya. Tulisannya yang begitu tajam membuat ia sering mendapat perlakuan kejam dari pemerintah kolonial. Namun hal itu tidak membuatnya surut untuk terus berjuang membela rakyat.
(Selengkapnya tentang TAS, https://www.tirto.id/tirto-adhi-soerjo-bapak-pers-nasional-yang-mati-dalam-sunyi-dbs6)
Tirto Adhi Soerjo menjadi sosok inspiratif bagi para jurnalis karena memiliki karakter seorang jurnalis sejati, diantaranya adalah:
- Kritis
- Membuat berita komprehensif dan esklusif
- Tidak menerima sogokan
- Cenderung membela rakyat.
Referensi :
https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5536101/cendekiawan-muslim-ibnu-battuta-penjelajah-44-negara-sejauh-120-ribu-km
https://islami.co/sejarah-imam-al-bukhari-menulis-kitab-hadis-shahih-al-bukhari/
https://www.tirto.id/tirto-adhi-soerjo-bapak-pers-nasional-yang-mati-dalam-sunyi-dbs6
Mahlil, Muhammad Furqan, IBNU BATUTAH SANG PENGEMBARA (ANALISIS SOSIO HISTORIS PETUALANGAN TOKOH GEOGRAFER MUSLIM MELALUI NASKAH
TUḤFATUN NUẒẒĀR FĪ GHARĀʾIBIL AMṢĀR WA AJĀʾIBIL ASFĀR), ADABIYA, Volume 24, no. 2, Agustus, 2022
Nurcahya, KITAB SHAHIH BUKHARI
(Kajian Tentang Identitas dan Relevansinya Dengan Fase Kodifikasi Hadis) Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 14, No. 2, Juli-Desember 2020