Mental Health Crisis : Kurang Religius Bisa Jadi Salah Satu Penyebabnya?
Bicara tentang kesehatan adalah hal yang melekat dalam keseharian kita. Tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang tidak akan mampu melakukan berbagai hal secara produktif. Coba bayangkan, ketika kita sedang batuk atau flu saja tentu aktivitas yang kita lakukan akan menjadi terganggu. Kita mungkin masih bisa melakukan aktivitas tersebut, tetapi akan berbeda hasilnya dengan kita melakukannya di saat tubuh dalam kondisi yang sehat dan bugar.
Sebenarnya sehat itu apa sih? Sehat merupakan kondisi di mana fungsi tubuh dapat bekerja secara optimal dan terbebas dari rasa sakit fisik maupun mental sehingga mampu menghasilkan produktifitas baik secara spiritual, ekonomi maupun sosial. Menurut WHO sehat dibagi menjadi tiga aspek yaitu sehat secara fisik, psikis (mental) dan sosial.
Nah mana sih yang lebih penting dan perlu kita utamakan di antara kesehatan fisik dan mental? atau keduanya sama-sama penting dan saling berkaitan?
Kesehatan fisik dan mental sama pentingnya dan saling menunjang satu sama lain. Jiwa dan raga adalah satu kesatuan tubuh yang tidak dapat dipisahkan. Jika raga kita sehat, namun jiwa/mental mengalami stres tentu akan menjadi penghambat kita dalam melakukan aktivitas secara normal. Begitu pula sebaliknya, jika secara mental kita sehat tetapi organ atau fungsi tubuh kita bermasalah maka akan menghambat aktivitas kita pula. Oleh karena itu, baik kesehatan fisik maupun mental sama-sama menunjang produktifitas kehidupan kita.
Fisik yang sehat ditandai dengan normalnya aktivitas organ dan fungsi tubuh. Sedangkan psikis atau mental yang sehat ditandai dengan terbebasnya jiwa dari rasa sakit yang berlebihan seperti gelisah, cemas, stres hingga depresi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental tak kalah pentingnya untuk diperhatikan dan dijaga. Mental yang tidak sehat dapat mendorong timbulnya kejahatan yang dapat ditujukan untuk diri sendiri bahkan orang lain. Mental yang tidak sehat dapat terdeteksi ketika seseorang merasakan keterpurukan dan ketidakbahagiaan yang terus menerus dalam menjalani kehidupannya. Belakangan ini kasus kesehatan mental banyak menimpa para remaja yang notabenenya masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan serta kondisinya yang masih labil.
Dampak yang paling berbahaya dari masalah kesehatan mental ini adalah adanya dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suicide atau bunuh diri. Suicide seringkali menjadi jalan pintas bagi seseorang yang buntu akan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Dalam agama islam, bunuh diri adalah dosa yang tak dapat diampuni oleh Allah SWT.
Kesehatan mental masih menjadi hal yang dianggap tabu terutama bagi masyarakat awam. Namun, pada kenyataannya kini kesehatan mental tak kalah perlu diperhatikannya dengan kesehatan fisik. Bahkan kesehatan mental yang terganggu dapat menyebabkan kesehatan fisik juga terganggu. Contohnya saja gangguan kesehatan mental berupa kecemasan yang berlebihan. Gangguan kecemasan tersebut dapat mengakibatkan seseorang kesulitan tidur atau insomnia. Porsi tidur yang tidak cukup akibat insomnia akan mengarah pada gangguan kesehatan fisik yang meliputi gangguan kesehatan jantung, stroke, obesitas, melemahnya sistem kekebalan tubuh, hipertensi dan tidak menutup kemungkinan menyebabkan masalah kesehatan fisik lainnya.
Masalah kesehatan mental perlu menjadi perhatian bersama. Banyak faktor yang dapat memicu timbulnya masalah kesehatan mental. Mulai dari bullying, trauma, berbagai tuntutan dari lingkungan sekitar yang membuat diri merasa tertekan, kekhawatiran dan ketakutan akan hal tertentu serta faktor-faktor lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam hal ini, pegangan hidup atau keimanan kita memegang peranan sangat penting dalam menjalani kehidupan yang terbebas dari beban mental berlebihan. Merasakan beban secara mental mungkin tak dapat dihindari, karena sebagai manusia tentunya sudah secara alamiah mengalami berbagai problematika kehidupan. Semakin dewasa seseorang maka akan semakin rumit permasalahan yang dihadapi. Begitulah hukum alam berjalan. Ketika kita merasa kehilangan arah tujuan hidup, maka lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta adalah solusinya. Barangkali, segala permasalahan yang mendera dalam kehidupan selama ini disebabkan karena hubungan kita yang jauh dari Sang Pencipta. Tuhan yang memberikan kita ujian, maka Tuhan pula-lah yang mampu memberikan kekuatan, kesabaran dan petunjuk atas segala masalah yang kita hadapi.
Selain itu, perlu adanya pendampingan secara psikologis oleh pihak yang kompeten yaitu dalam hal ini adalah seorang psikolog maupun psikiater guna melakukan terapi kejiwaan dan pemantauan perkembangan mental atau psikologis seseorang yang mengalami masalah gangguan kesehatan mental.
Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah adanya support atau dukungan dari orang-orang terdekat. Dukungan dari keluarga, sahabat, maupun lingkungan juga mempengaruhi kondisi psikis seseorang. Dengan adanya dukungan yang baik akan membantu pemulihan kondisi psikisnya.
Jadi, harapannya dengan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mendapatkan pendampingan secara psikologis dan adanya dukungan dari orang-orang terdekat serta lingkungan akan perlahan membuat hati menjadi lebih tenang dan damai sehingga kondisi psikis yang terluka baik karena faktor internal maupun eksternal pun dapat pulih kembali.
Referensi :