Lelah Menghadapi Pandemi, Masyarakat Tidak Peduli dengan Varian Omicron
Sudah hampir 2 tahun lamanya masyarakat dunia menghadapi serangan virus corona yang berasal dari Negeri Tirai Bambu tepatnya di Wuhan. Virus corona tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat dunia saja, Ekonomi dunia dan berbagai macam hal lainnya ikut terkena dampak buruk dari pandemi Covid-19 ini.
Sejak pertama virus ini terdeteksi di dalam tubuh manusia dan sampai saat ini, virus covid-19 sudah melakukan mutasi berkali-kali, usaha pemerintah dan tenaga medis masing-masing negara nampaknya belum cukup baik untuk dapat menuntaskan virus ini sampai ke akar-akarnya. Saat ini, virus covid-19 ini kembali melakukan mutasi yang disebut-sebut lebih kuat dibanding dengan varian sebelumnya yaitu delta, varian terbaru virus corona ini diberi nama Omicron, saat ini varian ini sudah menjangkit lebih dari 73 negara di dunia. Lalu, apa kabar dengan Indonesia?
Varian Omicron yang Berhasil Memasuki Indonesia
Data menunjukan bahwa setidaknya sudah ada 1.600 kasus pasien covid-19 varian omicron ini, data ini diupdate pada Senin, (24/01/2022), varian baru ini sudah masuk ke indonesia sejak pertengahan Desember 2021, awal mula kemunculan virus ini adalah dari pasien karantina Wisma Atlet yang ternyata terjangkit Covid-19 Varian Omicron.
Disaat awal kemunculan varian ini, WHO mengkategorikan varian Omicron ini sebagai Variant Under Monitoring (VUM), dengan kata lain varian ini masih didalam pengawasan oleh WHO. Kemudian WHO mengubah kategori varian ini menjadi Variant Of Concern (VOC), dikarenakan varian ini mulai menunjukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Menurut beberapa peneliti, varian Omicron ini mempunyai tingkat penularan 500% lebih tinggi dibanding varian sebelumnya yaitu varian Delta.
Upaya Pemerintah Menangani Varian Omicron
Pemerintah dengan gencarnya memberikan edukasi-edukasi yang dapat membantu masyarakat indonesia untuk tidak terhasut terhadap berita-berita palsu, namun hal ini tentunya sulit dilakukan mengingat informasi masih cukup susah utuk diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan total kasus yang semakin meninggi pemerintah mengharapkan agar masyarakat bisa menjadikan hal ini sebagai perhatian untuk lebih memperhatikan lagi protokol kesehatan yang dijalankan.
Menkominfo menyebutkan bahwa varian terbaru Covid-19 ini masih bisa dikendalikan oleh pemerintah, namun apakah pernyataan tersebut hanya sebagai Trigger agar masyarakat tidak takut?, mengingat kenaikan kasus untuk varian ini lebih dari 10 kasus perminggu.
Pemerintah juga menyebutkan bahwa pemerintah sudah melakukan evaluasi dan pengawasan yang ketat dan berkala terhadap negara yang dibatasi untuk masuk ke Indonesia, pemerintah memperketat pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), yang memiliki peran sangat penting untuk pendeteksian potensi varian dari Covid-19 ini.
Isu Covid Tak Kunjung Usai, Masyarakat Mulai Lelah
Sejak akhir 2019 masyakarat sudah siaga untuk menghadapi virus Covid-19 ini, kebijakan pemerintah untuk menerapkan protokol 5M, PPKM, PSBB, Lockdown skala kecil, kebijakan Work From Home dan juga menerapkan kegiatan belajar dirumah, semua kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini secara tidak langsung ikut mengubah kebiasaan yang terjadi dimasyarakat. Tidak bisa dipungkiri juga jika kebijakan-kebijakan yang diberikan memberikan tekanan yang cukup besar untuk beberapa pihak.
Dan, tidak semua kebijakan yang hadir diterima dengan sepenuh hati oleh masyarakat indonesia, contoh kecilnya adalah saat vaksin Covid-19 sudah diterbitkan untuk masyarakat umum. Pemerintah memberikan kewajiban untuk melakukan vaksinasi bagi tiap-tiap warga negara indonesia, tentunya banyak masyarakat yang menyambut dengan hangat kabar ini, namun banyak juga penolakan yang dilakukan secara terang-terangan, ketakutan masyarakat terhadap covid-19 membuat masyarakat mudah untuk dihasut dan dipengaruhi oleh berita-berita yang tidak dapat divalidasi kebenarannya.
Timbulnya penolakan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai lelah, penolakan vaksinasi memberikan bukti bahwa edukasi dan pendekatan pemerintah masih kurang cukup untuk bisa memberi pemahaman kepada semua masyarakat secara umum. Penolakan mentaati protokol kesehatan seperti memakai masker menunjukan bahwa masyarakat mulai mengabaikan aturan-aturan yang ada.
Penulis sendiri merasakan bahwa semakin hari, virus corona semakin bermutasi dan berkembang, kehadiran varian baru Omicron ini membuat penulis beranggapan bahwa Covid-19 tidak akan menghilang 100%, virus Covid-19 ini lambat laun akan menjadi virus endemik, sama halnya seperti Flu, DBD dan lain sebagainya.
Karena melihat sudah dua tahun lamanya kita menghadapi pandemi ini, dan vaksin Covid-19 yang sudah bisa digunakan secara bebas oleh masyarakat, namun belum ada indikasi yang menunjukan bahwa Covid-19 melemah dan akan berhasil ditaklukan. Juga dengan melemahnya protokol yang saat ini diterapkan di masyarakat umum menunjukan bahwa, tidak hanya penulis yang sudah tidak peduli dengan Covid-19 namun masyarakat luas juga merasakan hal yang sama.
Salah satu hal yang membuat penulis tidak peduli lagi adalah, kebijakan pemerintah saat ini semakin longgar, contohnya adalah mudahnya akses untuk berpergian antar daerah hanya dengan menunjukan bukti vaksin, yang bahkan bukti vaksin ini tidak di cek secara detail namun seakan hanya menjadi sebuah “syarat” saja.
Pada akhirnya, Covid-19 mau tidak mau harus diterima oleh masyarakat umum dan juga penulis secara pribadi, semua kebijakan yang diterapkan saat ini, kemudian prosedur-prosedur yang hanya menjadi syarat saja menjadikan mutasi virus Covid-19 bukanlah momok yang mengerikan lagi, namun sudah menjadi hal yang biasa dan dianggap tidak penting oleh khalayak ramai.