“Sedekah Sambil Bikin Konten, Beneran Dermawan Atau Hanya Untuk Meningkatkan Penghasilan Lewat Eksploitasi?”
Konten yang menyuguhkan keindahan berbagi memiliki daya tarik yang cukup diminati di Indonesia. Jumlah suka dan penontonnya juga cukup banyak, hal ini menunjukkan betapa tinggi rasa empati masyarakat Indonesia. Media sosial pun menjadi jembatan ampuh bagi para konten kreator tiktok maupun youtuber untuk mempromosikan kisah inspiratif mereka kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Netizen pun kerap kali dibuat takjub dengan pemberian yang fantastis yaitu jutaan rupiah kepada pengguna jalan yang para konten kreator rasa membutuhkan bantuan, selain itu tidak tanggung-tanggung para pembuat konten kreator akan menghadiahkan barang atau properti yang lebih mahal lagi.
Sangat disayangkan kebaikan yang harusnya menjadi perantara pahala harus dimanfaatkan demi ego menaikkan trafik penghasilan. Kedua tangan memberi sepenuh hati, namun kamera di saku merekam bagaimana kebaikanmu berjalan kepada si miskin. Wajah lusu dan keletihan yang berubah jadi senyum kamu abadikan di kamera itu, lalu setelah kamu edit sekian rupa dengan ditambahkan lagu-lagu melow, kamu membagikannya secara digital dan penonton akan melonjak tinggi mengagumi bagaimana dermawannya kamu si kaya dan akan bertambah orang-orang yang menjadikan kamu panutan di masa depan.
Apakah Menjadi Miskin Menjadikan Kita Tidak Punya Privasi?
Saya pernah berfikir, disetiap video apakah ada persetujuan antara kedua pihak satu sama lain sebelum direkam? Sebab jika tidak tanpa izin kita bayangkan saja bagaimana rasanya jika kita di posisi orang-orang yang masuk dalam video para konten kreator, setiap orang punya harga dirinya masing-masing bukan? Diberikan uang cuma-cuma ada yang sujud syukur bahkan sampai menangis haru.
Para konten kreator pun akan menyorot ketidak berdayaan mereka. Wajah yang penuh tangis itu sebenarnya yang menambah pundi-pundi ekonomi dan popularitas si konten kreator, sebab di setiap unggahan video yang ditayangkan, konten kreator akan mendapatkan hasil yang jauh lebih besar ketimbang bantuan yang diberikan. Sedangkan yang diberikan bantuan bahkan bisa jadi dia selama ini hidup dengan menjunjung tinggi rasa hormat sebagai pekerja keras malah dimata seluruh Indonesia terlihat begitu menyedihkan.
Soal kemiskinan itu masalah yang multi kompleks dengan banyak penyebab sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan penyelesaian yang menyeluruh dan holistik tidak akan pernah cukup jika hanya diberikan uang. Kebiasaan memberikan uang secara cuma-cuma akan membentuk mental peminta-minta di tengah perekonomian yang makin sulit dan menjadikan mental ini sebagai sebuah profesi. Itulah mengapa para konten kreator akan mudah menjadikan kemiskinan sebagai konten yang menarik.
Kalo niatnya memang membantu sebaiknya di salurkan dengan cara yang tepat yaitu meringankan beban mereka yang sedang kesulitan dengan bantuan finansial lewat usaha dan lain-lain, tanpa harus kita jadikan kesulitan orang lain sebagai ajang mencari cuan untuk kepentingan pribadi. Tujuan utama untuk membantu akan bergeser makna yaitu mengeksploitasi orang-orang miskin untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
Apakah Definisi Kaya Itu Adalah Kebebasan Melakukan Apa Saja?
Konten kreator mengembangkan alur cerita video mereka sendiri dengan gaya donasi yang berbeda-beda. Ada yang menguji kebaikan dengan cara menyamar lalu setelahnya akan memberikan hadiah kepada tiap orang baik yang ditemui, cara ini kerap kali digunakan oleh Sarwendah istri dari Ruben Onsu, Baim Wong dan sang istri juga pernah menyamar, Atta Halilintar pun di beberapa video menggunakan konsep video serupa, dan banyak youtuber ataupun konten kreator lainnya yang menggunakan konsep serupa. Tidak tanggung-tanggung konten kreator tidak segan untuk menyamar sebagai ODGJ. Konsep ini sampai cukup viral ditengah masyarakat sehingga ada yang menjamu orang ODGJ karena mengira youtuber yang sedang menyamar.
Konsep lainnya yang saya rasa cukup berlebihan dan terlalu dibuat-buat adalah video para konten kreator yang menguji kesabaran orang yang jualan, barang dagangannya ditendang, diinjak, belum lagi konten kreator yang seolah adu nasib paling menderita, saya fikir tidak perlu mendramatisasi sebuah kebaikan lewat konten yang tidak manusiawi. Sedang kesabaran dan kebaikan adalah hal yang tidak untuk diuji cobakan.
Jadi Konten Sedekah Itu Tidak Boleh?
Sedekah walaupun dianjurkan diam-diam saya rasa juga tidak apa-apa dikemas dalam bentuk video. Sebab hukum dasar muamalah dalam islam atau interaksi sosial adalah mubah (boleh). Tapi menurut saya kembali lagi dengan cara pengemasan dan penyampaian pesan dalam video yang dibuat. Karena konten inspiratif sedikit banyaknya akan membangun hati kita lebih peka untuk bersyukur dan membantu mengulurkan tangan. Cukup dengan video yang normal saja memberikan sesuai kebutuhan pokok kepada yang membutuhkan tanpa drama berlebihan dan tidak ditambah dengan bumbu-bumbu prank.
Saya hanya berharap bahwa konten kreator yang menjadikan kemiskinan sebagai mata pencaharian mohon mengemas segalanya dengan baik tanpa merangkai air mata netizen sebagai trafik pencapain rupiahmu.
Sumber gambar: https://maglearning.id/2021/03/03/keuntungan-berinvestasi-sedekah/?amp