Nasib Duo Milan di Liga Champions, Siapa yang Beruntung?
Undian UEFA Liga Champions resmi digelar semalam (25/8) di Istanbul, Turki. Dihadiri oleh seluruh perwakilan tim peserta, acara malam tadi menyuguhkan sajian mendebarkan dari seluruh fans sepak bola di seluruh dunia. Mengharapkan tim kesayangannya tidak terlibat bentrok satu grup dengan tim unggulan.
Nyatanya, ada beberapa klub yang sudah berjibaku di babak grup. Tepatnya di Grup C yang mempertemukan Bayern Munchen, Barcelona, Inter Milan, dan Victoria Plzen. Tiga tim awal merupakan raksasa di negaranya masing-masing.
Di lansir dari pinggirbola.com, Bayern Munchen yang berada di POT 1 merupakan klub yang mendominasi liga domsestik bertahun-tahun. Bayern Munchen memenangkan treble (DFB-Pokal, Bundesliga dan Liga Champions UEFA) pada musim 2012/13 dan 2019/20.
Barcelona pun menjadi salah satu tim favorit untuk memenangkan Liga Champions. Kembalinya konsep permainan tiki-taka yang dikembangkan oleh Xavi Hernandez membuat Barcelona kini menjadi tim unggulan di POT 2.
Mereka juga pernah meraih treble pada musim 2014/15. Inter Milan pun juga punya kebanggan treble di musim 2009/10 ketika dilatih Jose Mourinho. Nerazzurri juga menjadi tim asal Italia yang terakhir kali merebut gelar Si Kuping Besar.
Berbeda nasib dengan saudaranya, AC Milan yang memiliki grup relatif ringan. Gelar scudetto musim 2021/22 menempatkan Rossonerri duduk manis di POT 1. Dalam pengundian grup, Milan berada di grup E bersama dengan Chelsea, Salzburg, dan Dinamo Zagreb.
Berdasarkan sejarah dan profil AC Milan ada ambisi besar mengembalikan citra Serie A Liga Italia di takhta tertinggi Eropa, Liga Champions. Milan merupakan tim yang paling sukses di Liga Champions dengan meraih 7 gelar. Namun karena masalah finansial, Milan sempat terseok-seok di kompetisi domestik sebelum kembali menjadi favorit di Italia.
Perbedaan nasib duo Milan tidak mengkhawatirkan bagi wakil presiden Inter Milan, Javier Zanetti. Ia tidak takut siapa pun lawannya di Liga Champions. Nerazzurri punya potensi untuk mengalahkan siapa pun, termasuk raja dari Liga Jerman dan Liga Spanyol sekalipun.
Perjumpaan Inter Milan dengan Bayern Munchen dan Barcelona mengingatkan perjalanan meraih gelar Liga Champions musim 2010. Nerazzurri mengalahkan Barcelona di semifinal dan menumbangkan Bayern Munchen di Final. Sementara Milan, Liga Champions tahun ini merupakan keikutsertaan mereka dua tahun berturut setelah sedekade absen dalam gelaran kasta tertinggi kompetisi Eropa tersebut.
Konsistensi Milan yang tidak terkalahkan sejak awal bulan tahun ini menjadi sinyal berbahaya bagi tim lain yang menghuni grup E. Musim lalu, Milan harus mengakui keunggulan tim lain yang membuatnya tersingkir di babak grup. Sementara Inter Milan yang lolos grup harus berjumpa Liverpool yang akhirnya kalah di babak 16 besar.
Tahun ini merupkan kejayaan Duo Milan yang di akhir musim kemarin menduduki peringkat pertama dan kedua. Secara komposisi pemain, Milan realtif lebih konsisten. Sementara Inter Milan banyak melakukan bongkar pasang pemain setelah ditinggal beberapa pemain penting seperti Perisic, Vidal, Rannochia, Vecino, dan Alexis Sanches.
Namun masalah klasik masih membayangi kedua tim terkait finansial. Pembatasan anggaran dan keterpaksaan pejualan pemain kerap dilakukan tim-tim Italia agar terhindar dari Fiancial Fair Play (FFP). Alhasil banyak tim Italia yang susah berprestasi di kompetisi Eropa.
Menarik menyaksikan kiprah Duo Milan di pagelaran UEFA Liga Champions musim 2022/23 yang finalnya akan digelar di Istanbul, Turki. Apakah kebangkitan Duo Milan di pentas Eropa bisa mengembalikan citra Serie A seperti era 90-an?!