Pelecehan Seksual Marak, Kepedulian Rusak?
Pelecehan seksual adalah tindakan bernuansa seksual, baik melalui kontak fisik maupun kontak non-fisik. Tindakan tersebut dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, hingga mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun mental.
Pelecehan Seksual sekarang sudah tak jarang kita lihat di sekitar kita. Angka kasus pelecehan seksual bagi perempuan dan anak-anak di Indonesia masih tergolong tinggi. Bukan hanya perempuan yang menjadi korban, tetapi lelaki pun 13% menjadi korban pelecehan seksual.
Data Komnas Perempuan menunjukkan pada tahun 2014, tercatat 4.475 kasus pelecehan seksual pada kaum Hawa, tahun 2015 tercatat 6.499 kasus dan tahun 2016 telah terjadi 5.785 kasus.
Sedangkan data Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum Universitas Indonesia—berdasarkan pemantauan pemberitaan media online selama periode Agustus- Oktober 2017—menyebutkan sedikitnya ada 367 pemberitaan mengenai pelecehan seksual. Sebanyak 275 di antaranya terjadi di Indonesia.
Dari data tersebut, 73% atau paling besar terjadi di Pulau Jawa, diikuti Sumatera (13%), Papua (5%), Bali-NTB-NTT (4%), Sulawesi (3%) dan Kalimantan (2%). Nah yang cukup miris, pelecehan seksual paling besar terjadi di rumah yakni 37%. Dari data tersebut disimpulkan bahwa tindakan pelecehan kerap dilakukan orang-orang terdekat korban. Sedangkan kekerasan seksual yang terjadi di sekolah sekitar 11% dan 10% di hotel.
Dari sederet data tersebut, bukankah kita harusnya malu? Indonesia sering dikatakan Negara dengan sopan santunnya. Eh, malah angka pelecehan seksualnya tinggi?
Mirisnya, kepedulian orang Indonesia pun rendah di sini ketika melihat pelecehan seksual. Hal ini dibuktikan dari 91% orang yang melihat pelecehan seksual diam saja. Entah bingung ingin melakukan apa, atau memang merasa bukan urusan dia, jadi yaa bodoamat.
Padahal tau enggak, sih? Pelecehan seksual bisa menjadi trauma yang sangat amat besar dalam diri korban. Kehilangan kesempatan belajar, merasa kehilangan masa depan, merasa dirinya kotor, dihantui ketakutan yang terus-menerus, dan lain sebagainya.
Merasa tak ada nurani kah sampai melihat orang dilecehkan lantas kita diam saja? Seenggaknya tegur, kek, atau ditampar sekalian pun enggak papa.
Padahal, sederhananya kita bisa melakukan metode 5D. Yaitu:
- Ditegur.
- Dialihkan.
- Ditenangkan.
- Dilaporkan.
- Direkam.
Udah tau, 'kan? Kalau begitu apabila melihat ada seseorang dilecehkan yuk bersama-sama melakukan itu.
Sebenarnya pelecehan seksual ini masih perlu dengan sangat dipertanyakan. Mengapa masih tinggi indeks pelecehan sosial di Indonesia? Korbannya pun dari berbagai kalangan. Sedihnya, bahkan anak kecil yang harusnya masa-masa bermain banyak yang menjadi korban.
Kayak .... Hei. Pelaku pelecehan seksual ini tidak punya akal atau bagaimana? Dia terus-menerus mengikuti hawa nafsu tanpa memikirkan dampak atau efek ke korban. Catcalling, meraba, menggoda, dll. Enggak tau apa kita cewek-cewek kalo digituin malah geli tujuh keliling, iya, deh.
Tapi, tau enggak sihh, anehnyaa pemerintah ini kemana? Kemnem KPPA, Komnas Perempuan, dan HAM itu kemanaaa? Pemerintah harusnya bisa memberikan penekanan besar dalam menghentikan atau menurunkan tingkat pelecehan seksual terhadap ini.
Mereka bisa langsung sat-set-sat-set setelah mendapatkan laporan, mengurusinya dan menjatuhkan hukuman berat. Mereka bisa membuat pengawasan melalui CCTV atau orang karena biasanya pelecehan seksual terjadi di ruang publik. Mereka bisa mengadakan seminar atau workshop atau apa pun itu yang memberikan edukasi tentang Pelecehan seksual. Bukankah mereka bisa punya hak hal itu? Sehingga nantinya bisa mengurangi tingkat Pelecehan seksual.
Lah, ini? Ayolah. Kalo pemerintahnya saja begini, warganya acuh tak acuh, pelakunya semakin membabi buta, mau jadi apa Indonesia? Para perempuan atau lelaki mau terus-terusan dilecehkan? Membiarkan para korban terus-menerus terjebak dalam kubangan trauma?
Ayolah, kita sama-sama mencegah, menghentikan, dan melaporkan pelecehan seksual ini. Enggak perlu sibuk mengurusi negara luar, ini itu, gosip apalah. Lihatlah, negara kita masih banyak yang perlu diurus.
Enggak mau kan dikata negara bodoh terus? So, mulai dari diri sendiri, lingkungan sendiri dulu. Kita bareng-bareng membuat Indonesia lebih maju. Membuat Indonesia lebih memaknai kemerdekaan yang telah diperjuangkan melalui darah.
-Ara, 31 Agustus 2022.