Stigmatisasi Introvert di Masyarakat

profile picture Silvy

Kodrat kita sebagai makhluk sosial membuat kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Tetapi apakah dalam keseharian kita, kita harus selalu memerlukan orang lain?

Popularitas tes kepribadian Myers-Briggs yang biasa dikenal dengan sebutan MBTI memperkenalkan masyarakat kepada dua istilah baru yaitu Introvert dan Extrovert. Kedua istilah ini kemudian memunculkan polemik di kalangan masyarakat. Berbagai macam perilaku dalam kehidupan sehari-hari pun mulai dikelompokkan menjadi karakteristik dari introvert maupun extrovert. Permasalahannya adalah, pengelompokkan ini cenderung didasarkan pada “apa yang dipercayai” daripada fakta yang sebenarnya, dan itu menimbulkan permasalahan baru berupa stigma dan diskriminasi baik terhadap introvert maupun extrovert. Tetapi pada kenyataannya, kita akan lebih sering menjumpai stigma dan diskriminasi terhadap introvert, terutama di wilayah Indonesia yang terkenal akan budaya gotong royong atau kerja sama. 

Istilah introvert dan extrovert sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikologis bernama Carl Jung[1]. Ia memisahkan karakteristik dari keduanya berdasarkan bagaimana cara mereka memperoleh energi dalam beraktivitas. Extrovert cenderung memperoleh energi dengan bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan introvert cenderung memperoleh energi dengan menyendiri untuk memfokuskan pikiran mereka. Meskipun berbagai media telah menjelaskan arti dan perbedaan dari kedua istilah tersebut, masyarakat tanpa sadar masih memiliki stigma tersendiri terhadap introvert. Mereka cenderung menganggap bahwa ketika seseorang mengaku dirinya introvert, maka mereka adalah orang yang pemalu, pendiam, atau anti-sosial. Beberapa bahkan salah kaprah menganggap introvert sebagai orang yang sombong karena cenderung menyendiri dan memiliki sedikit teman dekat. Introvert juga dinilai tidak mampu untuk bekerja dalam tim, bekerja di lingkungan public relations, atau lainnya yang memerlukan komunikasi intensif. Dalam hal ini, introvert bahkan dianggap memiliki kemampuan di bawah extrovert yang cenderung bersifat ceria, komunikatif, dan ekspresif. Sangat diskriminatif, bukan? 

Sebagai seorang introvert, saya berpendapat bahwa stigma dan diskriminasi yang ada di masyarakat terhadap introvert itu benar ada, baik disadari maupun tidak. Stigma dan diskriminasi terhadap introvert dimulai dari lingkungan sosial, pendidikan, hingga pekerjaan. Di lingkungan sosial, kita dituntut untuk berkomunikasi secara intens dengan orang-orang sekitar kita – keluarga besar, tetangga, atau bahkan orang yang tidak begitu kita kenal sekali pun. Di lingkungan pendidikan, kita seringkali dituntut untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Di lingkungan pekerjaan, kita juga seringkali dituntut untuk bekerja secara tim untuk mengerjakan instruksi dari pimpinan. Hampir setiap saat di kehidupan kita, introvert dituntut untuk terus-menerus mengakomodasi pandangan sosial dengan dalih solidaritas, keluar dari zona nyaman, atau sebagai kewajiban dasar dari makhluk sosial untuk bersosialisasi. Sedangkan masyarakat sendiri jarang sekali mengakomodasi kondisi seorang introvert. Saya mengalami hal tersebut secara langsung ketika seorang tenaga pendidik pernah melabeli saya “anti-sosial” hanya karena saya adalah seorang introvert yang merasa lebih efisien ketika mengerjakan tugas secara individu karena malas berdebat dengan anggota kelompok yang terus-menerus tidak memberikan respon ketika ditanya terkait tugas tersebut. Menurut saya pribadi, inilah derita seorang introvert yang dipaksa untuk mengikuti pandangan sosial yang dianggap “benar”. 

Sejujurnya, isu-isu yang dihadapi oleh introvert cenderung diremehkan. Stigma pemalu, pendiam, anti-sosial, dan sombong yang melekat pada istilah introvert tersebut membuat diskriminasi terhadap introvert semakin berkembang. Introvert sebenarnya mampu untuk bersosialisasi, tetapi tidak pada intensitas yang dimiliki oleh seorang extrovert. Introvert juga memiliki kemampuan yang sama dengan extrovert – menjadi seorang introvert bukan berarti mereka secara otomatis tidak memiliki kemampuan bekerja dalam tim. Introvert tetap mampu bekerja dalam tim, tetapi mereka lebih memilih menghabiskan waktu luang mereka untuk fokus terhadap diri mereka sendiri atau berkomunikasi dengan orang-orang terdekat saja. Introvert cenderung berperan sebagai pendengar yang baik – mereka akan benar-benar mendengarkan pendapat orang di sekitarnya sebelum mengambil keputusan. Mereka juga sangat berhati-hati dalam mengambil risiko dan biasa memiliki lingkaran pertemanan yang sempit karena mereka tidak fokus terhadap besaran jumlah[2]. Sayangnya, karakteristik dari introvert ini sering sekali dipermasalahkan karena tidak sesuai dengan pandangan masyarakat terkait bagaimana kita sebagai makhluk sosial seharusnya bertindak.

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial memang membuat kita tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Tetapi menurut saya, kodrat ini bukanlah suatu “keharusan” yang menggeneralisir setiap situasi dan kondisi menjadi sesuatu yang harus atau hanya bisa diselesaikan dengan berkelompok. Masyarakat juga seyogyanya tidak selalu memaksakan setiap orang untuk nyaman dalam berkelompok – harus ada sebuah batasan yang dihormati untuk mencapai kesepakatan bersama. Dan penting untuk mengubah pemahaman masyarakat terhadap introvert agar meminimalisir berkembangnya stigma dan tindakan diskriminatif baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar kepada introvert. Menjadi introvert bukanlah sesuatu yang salah. Baik introvert dan extrovert memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masyarakat seyogyanya belajar untuk menghormati hal tersebut. 

Referensi :

[1] Koblin, Jonas. (2021). Introverts, Extroverts, and Ambiverts. https://sproutsschools.com/carl-jung-introverts-extraverts/#:~:text=According%20to%20Carl%20Gustav%20Jung%2C%20an%20extrovert%20seeks,minds%20tend%20to%20lean%20more%20to%20one%20side.

[2] Ellis, R.R. (2020). Introvert Personality. https://www.webmd.com/balance/introvert-personality-overview

Sumber gambar : freepik.com

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By Silvy

This statement referred from