Sakit Perkara Label Cantik

profile picture Nolisa

Pernahkah mendengar standar cantik perempuan? Pasti, terkadang ataupun sering, seorang perempuan pernah mendengarnya baik secara langsung ataupun tidak langsung apa itu definisi cantik di lingkungan sosial. Sehingga faktanya, seorang perempuan yang dikatakan "biasa" seringkali merasa rendah terhadap dirinya sendiri. Tak jarang, perasaan ini membuat perempuan overthinking dan tidak tenang di manapun ia berada sebab pikiran yang dikuasai ketidakpuasan atas dirinya sendiri.

Perasaan rendah diri tersebut di era saat ini sering disebut insecure. Di mana menurut saya insecure adalah perasaan tidak nyaman, cemas, merasa "marah" akan hal yang tidak bisa dimiliki, dan terus merasa "kurang" sehingga menganggap diri sendiri rendah dibanding orang lain sebab self estreem yang dimiliki sangat rendah. Dalam istilah psikologi, self estreem diartikan sebagai evaluasi secara menyeluruh tentang semua hal dalam diri.

Dampak ketika seorang perempuan merasakan insecure yang berkepanjangan berdasarkan pengalaman saya sendiri, yaitu dapat membuat perempuan merasa "bersalah" atas dirinya yang tak "setara", menganggap dirinya itu tidak "berkualitas", dan menganggap dirinya itu tidak "pantas", serta membuat batasan-batasan hingga enggan melakukan sesuatu sebab merasa "saya tidak boleh seperti ini karena tidak cantik". Bahkan terus timbul sifat untuk tampil cantik hanya di depan orang lain yang dijadikan sebagai ajang kompetisi, bukan untuk memuaskan diri sebagai apresiasi ingin tampil rapi.

Beberapa penelitian menyatakan, bahwa hampir 84% perempuan di Indonesia selalu merasa insecure. Sebenarnya bagaimana perasaan itu bisa timbul bahkan berkepanjangan? Apakah ini hal yang normal di era saat ini? Kondisi ini menurut saya dikarenakan oleh faktor sosial yang membentuk cara berpikir seseorang, faktor kepribadian yang tidak teguh akan prinsipnya, dan faktor masa lalu atau pengalaman buruk yang menjadikan seseorang lebih sensitif akan hal-hal tertentu.

Namun, faktor yang paling mendasar dan yang paling mempengaruhi menurut saya adalah faktor sosial. Di mana ketika manusia, terutama perempuan, yang sejak kecil selalu dieratkan oleh penampilan fisik. Bahwa penampilan adalah hal yang diperbincangkan paling utama. Bahwa penampilan dipujikan sebagai hal yang "lumrah" tanpa disaring mana yang diperbolehkan ataupun tidak. Bahwa penampilan adalah sesuatu yang diagung-agungkan derajatnya. Sehingga pada nyatanya hingga manusia itu tumbuh dewasa, selalu dikaitkan dengan fisik yang sempurna dengan kriteria-kriteria sesuai persepsi di lingkup sosial masing-masing tempat tinggalnya. Bahkan tak jarang di kalangan sosial, perempuan "dimanusiakan" berdasarkan standar cantik yang "mereka" berikan. Sehingga perempuan lain yang menurut mereka hanya "biasa-biasa saja" sering merasakan sakit ketika diperlakukan "berbeda" akibat diskriminasi yang tidak sepantasnya.

Padahal, definisi "cantik" itu sendiri menurut saya bisa dikategorikan bukan hanya dari penampilan fisik saja. Justru lebih keren ketika diartikan lebih luas lagi, bahwa definisi cantik ialah bisa diukur dari keahlian yang diasah menjadi "keunikan". Atau dari kepercayaan diri atas sebuah impian yang benar-benar diperjuangkan. Karena nyatanya "menjadi cantik" adalah unjuk diri bahwa sesungguhnya "mau berhasil" menjadi versi terbaik diri. Bahwa sesungguhnya ingin belajar menjadi "perempuan sejati". Bahwa seutuhnya ia bersyukur telah berproses menjadi sosok yang berbudi pekerti.

Dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya R.A Kartini terdapat sebuah kutipan, "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat. Emansipasi adalah pembuktian diri yang seimbang antara raga yang tangguh, namun hati senantiasa patuh. Emansipasi ada penerimaan. Penerimaan diri bahwa setiap tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan."

Kutipan selanjutnya dalam buku yang sama, R.A Kartini menyatakan, "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

Perlu ditegaskan bahwa memiliki perasaan insecure itu wajar dan bisa menjadi hal yang sangat positif jika sesuai takarannya. Dengan catatan ingin memotivasi diri untuk jauh lebih baik lagi. Namun, jika berlebihan juga harus diperhatikan dan diberi batasan. Karena terlalu sering merasa insecure dapat menghambat diri untuk maju dan berkembang. Akhirnya seorang perempuan selalu merasa tidak percaya diri bukan hanya dari penampilan fisik saja, melainkan juga dari kemampuannya yang sebenarnya ia bisa dan ahli. Bahkan di ujung benak seorang perempuan sering merasa "sakit" perkara "label cantik". Tak jarang, timbul perasaan untuk "mengugurkan" diri dari hal yang sangat digemari, karena merasa dirinya sudah tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.

Salah satu cara sederhana yang kerap saya terapkan dan sangat ampuh untuk mengatasi rasa insecure ini, adalah dengan memberikan kalimat afirmasi pada diri sendiri sebelum beraktivitas (pagi hari setelah bangun tidur), misalnya mengucapkan, "Aku keren." atau "Aku berharga." Sebanyak 3× dan sesudah beraktivitas (malam hari sebelum tidur), misalnya mengucapkan, "Diriku, terima kasih sudah berusaha menjalani hari dengan baik."

Pada akhirnya, jadilah perempuan yang bangga pada pengakuan atas keahlian. Bukan dari pujian pada penampilan. Karena sesungguhnya yang paling penting adalah "pengakuan" dari diri sendiri, bukan dari segala "label" yang orang lain beri. Bahwa sebenarnya bentuk syukur yang paling sederhana, namun paling utama adalah rasa "terima" dan "bangga" dari apa yang sudah Tuhan beri.

sumber gambar : google

3 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
3
0
profile picture

Written By Nolisa

This statement referred from