Hidup Sementara Mati Selamanya
Kedahsyatan ledakan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima Jepang pada 6 Agustus 1945 dan bom kedua di Nagasaki tiga hari kemudian menyebabkan 70.000 orang tewas seketika dari kurang lebih 140.000 orang yang tercatat telah meninggal dunia kemudian, ledakan ini juga menyebabkan 90% kota menjadi hancur, luluh lantak tak berdaya. Konon hampir semua negara di dunia saat itu berduka, bahkan sang penemu, perencana pengeboman dan pelontar bom dari pesawat yang diberi nama Enola Gay itu juga ikut merasa menyesal setelah bom-bom dijatuhkan dan memakan banyak korban.
Kejadian 77 tahun yang lalu itu membukakan banyak mata manusia bahwa perang bukan jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah. Ekspansi dan penjajahan demi memenuhi kebutuhan egoisme dan idealisme suatu negara bukan pilihan yang bijak. Tapi kejadian itu juga menutup mata banyak manusia bahwa setelah tragedi itu kemudian akan timbul ekspansi dan penjajahan dengan model serta gaya baru yang lebih lembut, halus namun mematikan.
Amerika Serikat dan Sekutunya di Eropa kemudian mulai mencari simpati dengan program-program yang katanya berkeadilan seperti Doktrin Truman dan Marshal Plan, pembentukan Perserikatan Bangsa Bangsa dengan produk andalannya yaitu deklarasi Hak Asasi Manusia dianggap mendukung hak-hak bernegara dan berbangsa, namun pada kenyataannya banyak memberangus hak-hak negara yang mulai mengalami kemajuan dan kemapanan, para pemegang hak veto bisa berbuat sesuka hati mereka tanpa tersentuh seolah hanya merekalah yang memiliki hak atas perdamaian bangsa-bangsa di dunia. Selain negara-negara baru yang bermunculan, merdeka dari penjajahan dan kolonialisme model lama, ternyata ada juga negara-negara yang tanpa disadari kemudian masuk kedalam perangkap neo-kolonialisme politik & ekonomi.
Negara-negara yang kalah perang, negara yang baru merdeka dan negara-negara yang perlu modal untuk berkembang, otomatis jadi lahan baru penjajahan, bahkan diciptakan satu negara Zionis Israel sebagai negara yang memiliki dua peran sekaligus, pura-pura menjadi korban perang dan bersungguh-sungguh menjadi teroris, lalu penjajah bergaya modern ini mengkondisikan beberapa negara Arab, Asia dan Afrika Utara yang kaya dengan sumber daya alam untuk dikacau melalui operasi-operasi cipta kondisi agar program-program kapitalis dan keadilan semu ala neo kolonialisme terlihat mulus, negara-negara berwajah tanpa dosa itu memelihara penjualan produk-produk yang katanya mampu meredakan kekejaman seperti senjata otomatis, bahan peledak, rudal dan nuklir bahkan senjata kimia pemusnah massal buatan mereka agar tetap laku, terjual dengan stabil dan berkesinambungan.
Jepang pada setiap 6 Agustus dan 9 Agustus memperingati hari jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, penderitaan yang tak akan pernah terbayarkan oleh ribuan lembar uang dollar hingga kapanpun, sementara Amerika Serikat dengan gagahnya menciptakan kehidupan dunia ditangan mereka dan negara-negara pengekornya diam seribu bahasa menuruti bak kerbau dicucuk hidung, lalu negara-negara yang mengerti dan tak setuju dengan cara-cara zalim ini kemana? Mereka sedang sibuk mengurusi carut marut ekonomi, politik, perbedaan status sosial, kerusakan alam, menggadang-gadang persatuan regional dan multinasional, mereka tengah mempersiapkan krisis bagi diri mereka sendiri dan kematian nurani untuk selamanya.