Meningkatnya Arus Globalisasi yang Tidak Diimbangi dengan Kesadaran Penggunaannya akan Menimbulkan Dampak yang Negatif bagi Generasi Milenial

profile picture Reskiana

Generasi milenial 
Perkembangan teknologi saat ini telah sangat mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat, teknologi tidak hanya membantu manusia dalam bidang pekerjaan tetapi sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Kemajuan teknologi merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan, karena kemajuan teknologi akan berlangsung seiring dengan perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan, revolusi industri 4.0 menuntut manusia untuk melangkah ke dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri 4.0 secara fundamental telah mengubah cara orang berpikir, hidup, dan berinteraksi satu sama lain. Era ini akan mengganggu berbagai aktivitas manusia dalam berbagai interaksi sosialnya. 
Pada generasi milenial, umumnya tergolong orang-orang yang bekerja hanya untuk dapat menerapkan kreativitas mereka dan mencari lingkungan kerja yang santai dan menyenangkan. Mereka tidak bekerja terlalu serius, karena bekerja bukan untuk menghidupi atau menghidupi keluarga seperti yang dilakukan generasi sebelumnya. Mereka sangat paham teknologi dan lebih banyak berinteraksi melalui Skype, Whatsapp, Twitter, utilitas Facebook bahkan dengan rekan kantor. Mereka juga selalu ingin tampil beda dan mendominasi dunia kerja dan masalah yang dihadapi dunia milenial adalah ketidaknyamanan emosional, pergaulan bebas, pornografi, ketidaksabaran dan lebih banyak individualisme di tempat kerja, dunia nyata.
Dalam survei APJII 1, mayoritas pengguna Internet atau 72,41% masih berasal dari masyarakat perkotaan. Kegunaannya telah melampaui, tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk membeli barang, memesan transportasi, menjalankan bisnis dan pekerjaan. Di usia yang masih muda, banyak inovasi internet yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian anak muda saat ini. Tak kurang 9,52% pengguna internet Tanah Air berusia antara 19 hingga 34 tahun. Kelompok ini mengukuhkan profesi baru di dunia maya, seperti Selebgram (Instagram Celebrity) dan YouTuber (pembuat) konten YouTube). Di urutan kedua, tidak kurang dari 29,55% pengguna Internet Indonesia berusia antara 35 dan 54 tahun. Kelompok ini berada dalam usia produktif dan mudah beradaptasi dengan perubahan. Remaja berusia 13 hingga 18 tahun menempati posisi ketiga dengan 16,68%. Terakhir, hanya 4,24 % orang tua di atas  54 tahun yang menggunakan Internet.
Perilaku dan kebiasaan generasi milenial berusia 18-40 tahun memiliki tingkat antusiasme yang cukup tinggi terhadap teknologi, namun berdampak pada sikap dan perilaku mereka. Dari segi interaksi, pencarian informasi memang lebih mudah. Tanpa disadari, kehadiran media sosial juga membawa perubahan keyakinan (belifs), nilai dan sikap (attitudes). Dilihat dari akidah (keyakinan), media sosial memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku orang berdasarkan keyakinannya. Media sosial juga memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai-nilai yang dibawa oleh masyarakat, yang kemudian diubah oleh kehadirannya. Sedangkan dari segi sikap (keyakinan), media sosial mengubah cara orang berkomunikasi, orang akan menjadi egois, perilaku instan dan interaksi dengan lingkungan sekitar menjadi cukup buruk.
Media sosial juga berdampak pada cara pandang seseorang melihat dunia. Mereka tidak lagi melihat dengan kaca mata sempit, tetapi memperlebar bidang pandang. Orientasi juga telah berubah, terutama di kalangan anak muda (millennials). terutama pada organiasi sosial, generasi milenial memandang organisasi sosial bukan sebagai organisasi formal yang nyata, tetapi sebagai organisasi virtual dengan keterikatan yang lemah. Sedangkan dalam organisasi yang dibangun oleh jejaring sosial, setiap anggota merasa memiliki minat dan tanggung jawab yang tinggi terhadap organisasi sosial tersebut.
Generasi milenial memiliki ciri-ciri sebagai berikut: percaya diri, optimis, ekspresif, berjiwa bebas, dan menantang (Oktavianus, 2017). Namun, Generasi milenial digambarkan oleh Bambang Suryadi (2015) sebagai berikut: “Terbuka terhadap hal-hal baru dan selalu ingin berbeda dari yang lain. Mereka benar-benar menggunakan kreativitas mereka untuk menciptakan sesuatu yang baru. Generasi ini menyukai suasana kerja yang santai dan bisa multitasking (multitasking). Mereka memahami kepedulian terhadap gaya dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Sayangnya, generasi ini sangat mudah bosan dan loyalitas mereka terhadap pekerjaan agak kurang.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling banyak mengalami tekanan dalam hidup dan pekerjaan, model revolusi industri 4.0 memaksa perusahaan bekerja lebih cepat dan kondisi ekonomi kurang stabil, dan faktor faktor makan dalam kesehatan mental milenial, generasi ini lebih cenderung menjadi diri sendiri -terpusat dan ingin menjadi pusat perhatian, ternyata kondisi tersebut dipengaruhi oleh maraknya media sosial (Andri:2010). 
Revolusi industri 4.0 telah mengubah perkembangan spesies manusia seperti saat ini, model interaksi menjadi lebih mudah dengan bantuan teknologi media sosial, tetapi tidak setiap generasi, juga dapat beradaptasi dengan revolusi industri 4.0, termasuk milenial, ada positifnya dan negatif dalam perkembangan teknologi ini, perubahan cara pandang kaum milenial terhadap lingkungannya, seperti sistem kepercayaan (belifs), nilai, dan sikap. Mengenai kepercayaan (trust), jejaring sosial memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku orang berdasarkan keyakinan dan keyakinannya. Itu terlihat ketika mereka memprioritaskan teknologi di atas hal lain. Dari segi aktivitas sosial, generasi milenial memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya yaitu kreativitas, jaringan sosial yang luas dan kepercayaan diri dalam bekerja, kelemahannya adalah krisis kepercayaan diri ketika hasil yang diharapkan tidak proporsional.
Dalam pengelolaan emosi, milenial sering terhanyut dalam emosi yang tidak terkendali, yang terwujud ketika kepuasan mereka tidak dapat diselesaikan di media sosial, juga tidak dapat mengendalikan diri karena perkembangan teknologi. Namun pada kenyataannya, kaum milenial masih membutuhkan peran orang terdekat dan orang yang beragama untuk membantu menyelesaikan permasalahannya. Tentu saja, kaum milenial harus membuat sistem baru yang dapat mengelola berbagai macam warga dan pengguna internet sehingga mereka dapat memiliki kontrol yang lebih besar dalam mengelola emosinya.
Penjelasan diatas tentunya sudah memberi pemahaman terkait bagaimana generasi milenial di era industri 4.0. Kemajuan teknologi memang membawa dampak positif bagi mereka, tetapi di sisi lain juga memberi dampak yang buruk. Oleh karena itu, segala bentuk pengaruh perkembangan teknologi harus diimbangi dengan pemahaman penggunaannya. Sehingga tidak membuat seseorang masuk dalam perangkat yang salah. Semoga artikel ini membawa dampak yang baik dalam mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju.

1 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
1
0
profile picture

Written By Reskiana

This statement referred from