Ketika Standar Kecantikan Melumpuhkan Mental Kaum Hawa, Akankah Berakhir?

profile picture hanna.ashfia

Spend less time in the mirror and more time feeling wonderful 

– Frederic Fekkai

Sebuah realita pahit yang harus kita telan

Wanita dan cantik. Dua kata yang tidak pernah bisa dipisahkan. Sering kali kita mendengar sebuah kalimat pelipur lara bahwa semua wanita itu cantik. Bagi saya, pernyataan itu hanyalah sebuah kebohongan dari seseorang yang dianggap bijak. Jika semua wanita itu cantik, mengapa ada lowongan kerja yang mensyaratkan pelamarnya untuk memenuhi kriteria berpenampilan menarik? Mengapa ada model dengan kriteria tubuh ramping? Mengapa ada efek percantik di Instagram? Mengapa ada tren makeup dan skincare? Mengapa ada operasi plastik?Mengapa ada dokter kecantikan? Serta mengapa ada kata insecure?

Secara alamiah, manusia bisa membedakan tempat yang indah dan tempat yang kumuh, begitu pun dengan wajah. Ada yang cantik dan ada yang jelek. Kita tidak bisa menafikan bahwa ada wanita yang beruntung dan yang buntung. Semua itu adalah realita dunia yang harus kita akui. Di zaman ini, kecantikan merupakan sebuah privilese yang sangat besar. Betapa banyaknya orang yang dihargai karena ia cantik dan betapa banyaknya orang yang diterima di sebuah pekerjaan karena penampilannya yang menarik (terlepas dari sisi akademiknya). Bahkan, di Korea Selatan ada slogan yang menyatakan bahwa lebih baik miskin tapi cantik daripada kaya tapi jelek. Sungguh, sebuah kenyataan pahit yang tidak bisa terelakkan.

Cantikku dan cantikmu berbeda.

Dewasa sekarang, standar kecantikan terus digaungkan di berbagai negara.“Aku menyukai kulit putih pucat, rahang v-shape, alis lurus, dan mata bundar besar,” ucap wanita Korea Selatan.“Aku cantik karena kulitku yang eksotisdan tubuhku yang sexy,”ungkap wanita Brazil dan Amerika Serikat.“Mempunyai bintik hitam atau freckles membuatku terlihat cantik alami,” sahut wanita Jerman. Jika kita lihat secara detail, terdapat perbedaan kecantikan di setiap negara. Itu artinya, wanita Korea Selatan akan cantik di negaranya, tetapi tidak di Amerika Serikat. Begitupun seterusnya.

Setiap tubuh yang Allah ciptakan pasti ada kelebihan dan kekurangan didalamnya. Contohnya wanita dengan kulit gelap. Kulit gelap dipandang jelek bahkan seram oleh sebagian orang. Padahal, seseorang dengan kulit gelap terlihat lebih awet muda dan tidak terlalu sensitif terhadap sinar matahari karena zat melanin yang lebih banyak dibandingkan wanita berkulit putih.

Bagi saya, tidak setiap wanita itu cantik. Akan tetapi, setiap wanita bisa menjadi cantik. Wanita akan terlihat cantik ketika bertemu seseorang yang paling tepat. Seseorang yang bisa menerima kelebihan dan kekurangannya, membersamainya di setiap langkah, dan selalu bersyukur ditakdirkan bersamanya. Jika seorang wanita sudah dianggap cantik oleh pasangannya, lantas butuh berapa banyak lagi pengakuan itu?

Sejatinya, kecantikan fisik akan hilang seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, inner beauty atau kecantikan dari akhlaq akan terus terpancar untuk kebermanfaatan umat manusia. Seperti layaknya bunga mawar yang tidak harum, bukankah yang manusia butuhkan selain keindahan adalah kenyamanan?

Tak jarang, kita melihat wanita cantik tetapi memiliki attitude yang sangat buruk. Biasanya, hal ini disebabkan oleh hati yang riya’ karena kecantikan yang dimilikinya. Jangan pernah malu bila tidak ada lelaki yang melirik kecantikan kita, karena sesungguhnya Allah melindungi kita dari fitnah besar.

Salah satu upaya berdamai dengan kekurangan diri sendiri adalah dengan body positivity atau menerima dan menghargai tubuh sendiri. Akan tetapi, banyak wanita yang salah kaprah akan hal ini. Contohnya wanita dengan tubuh gemuk. Mereka yang memiliki tubuh tidak sesuai dengan BMI ini menggangap bahwa ia mencintaitubuhnya tetapi tidak mengubah gaya hidupnya. Padahal dalam sisi medis, manusia dengan tubuh gemuk rentan terserang berbagai macam penyakit. Kunci utama untuk menjadi cantik adalah sehat. Mengurangi konsumsi junk food, minum air putih yang cukup, olahraga teratur, pandai merawat diri, berpikir positif, menebar senyuman dan energi positif kepada orang lain.

Kecantikan bukanlah sebuah kompetisi. Kecantikan tidak bisa diukur dengan angka atau numerikal. Sangat membosankan jika standar kecantikan terus diikuti. Jika cantik itu harus putih, tubuh semampai, hidung mancung, di mana letak keberagaman dan keunikan setiap individu?

Seperti yang dikatakan Randi G. Fine bahwa kecantikan luar adalah hadiah. Kecantikan batin adalah sebuah pencapaian. Jika kita kalah dengan standar kecantikan yang ada, maka hal yang harus kita benahi adalah akhlaq dan kecerdasan. Wanita adalah pintu peradaban negeri. Ia akan menjadi madrasatul ula bagi anak-anaknya. Jika hanya kecantikan yang diturunkan, generasi seperti apa anak cucu kita nanti?

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By hanna.ashfia

This statement referred from