Judgemental Berkedok Nasionalisme, Lantas Bagaimana Dengan Kami Yang Belajar?
Saat ini, kita hidup di mana zaman semakin modern. Perkembangan akan terus menyertai seiring dengan berjalannya waktu pada suatu organisasi masyarakat. Sebuah negara berkembang dalam segala aspek, termasuk aspek teknologi komunikasi. Dengan adanya perkembangan tersebut memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang dari negara lain. Yang mana untuk dapat berkomunikasi dengan mereka secara lancar, maka kita harus menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka pula. Tentunya, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional untuk individu di seluruh dunia berkomunikasi.
Selaras dengan penjelasan pada paragraf di atas, sayangnya masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa berbicara menggunakan bahasa Inggris merupakan suatu tindakan tidak nasionalisme, tidak cinta tanah air, atau bahkan tidak cinta bahasa sendiri. Tunggu, sebelum penulis membahas lebih jauh, perlu untuk mengetahui "Apa itu nasionalis/ nasionalisme?". Pengertian nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi.
Baik, kembali ke poin pembahasan. Sebagai contoh kasusnya, apakah Anda mengingat atau tahu tentang Boy William yang dicap "sok Inggris" oleh mereka "si nasionalis"? Diliput dari suara.com, hari Rabu, 16 Mei 2018 pukul 18:15 WIB, Boy William mendapat komentar tidak mengenakkan dari beberapa warganet dikarenakan berbicara menggunakan bahasa Inggris. Boy William menanggapi hal tersebut dengan mengatakan "Orang-orang kayak lo itu yang bikin anak-anak sekarang jadi takut ngomong Inggris. Sudah belajar susah-susah tapi jadi takut untuk ngomong, karena takut dikata-katain sama people like you. Gue nggak apa-apa dikata-katain, I don't care. Tapi for kids yang mau belajar, kasihan bro. Dan di Indonesia banyak yang bisa ngomong Inggris kok. Kita ga kalah sama negara lain bosku. Harus berkembang dong... You gotta change your mindset. Dont be so bitter about life my friend. God Bless You."
"Tidak usah sok inggris kamu! Kamu hidup di Indonesia, jadi harus menggunakan bahasanya." Begitulah salah satu komentar mereka. Memang benar, penulis sendiri tidak 100% menyalahkan apa kata mereka. Akan tetapi, mengetahui atau bahkan fasih berbahasa Inggris bukan berarti tidak memiliki jiwa nasionalisme, bukan berarti tidak mencintai bahasa tanah air. Anda tidak bisa menganggap mereka yang berbicara menggunakan bahasa Inggris, sebagai orang yang tidak tau tempat atau tidak memiliki rasa nasionalisme.
Jikalau Anda terus saja mengolok-olok, lalu bagaimana dengan kami yang ingin belajar bahasa Inggris? Anda berencana ingin menghambat mereka yang belajar bahasa Inggris sampai seterusnya? Apakah tidak ada tempat bagi kami untuk belajar? Rasa nasionalisme dan keinginan untuk mengasah kemampuan, jelas sangat berbeda. Kita semua sama-sama masih belajar di sini. Bedanya, mungkin Anda belajar menggambar, memasak, berbisnis, atau yang lain. Dan kami, belajar agar dapat fasih berbahasa Inggris. Jadi, mengapa Anda tidak menghargai saja? Bahkan jika Anda kesal karena tidak paham apa artinya, google translate dapat membantu Anda. Atau Anda dapat belajar juga, agar mengerti. Jangan paksakan ego anda karena itu dapat menghambat proses belajar seseorang.
Seperti yang penulis katakan di awal, zaman semakin modern. Kita tidak hanya berinteraksi dengan masyarakat lokal. Tapi kita dapat berinteraksi dengan masyarakat luar negara. Apabila kita tidak belajar bahasa internasional, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang asing? Dan faktanya, di zaman yang modern ini, skill berbahasa inggris sangat dibutuhkan dalam pekerjaan. Jadi, tidak salah jika banyak dari kalangan muda yang ingin mengasah skill mereka dalam berbahasa Inggris.
Akan lebih baik jika kita saling merangkul, menghargai, dan mendukung orang lain. Bukan menjadi seorang judgemental yang bisa saja menghambat perkembangan seseorang. Seperti pada sila ketiga pancasila, persatuan Indonesia. Maka, mari bersatu wujudkan lingkungan yang sehat bagi generasi muda.