Santriwati Di Pesantren : Antisipasi Terhadap Kasus Pencabulan
Belakangan ini banyak berita mengenai praktek pencabulan kiyai terhadap santrinya sendiri, kasus-kasus ini tidak hanya terdapat dalam satu pesantren ataupun terjadi di pesantren-pesantren kecil yang sedkit santrinya, melainkan pesantren-pesantren yang sudah besar ratusan bahkan ribuan santri, Pada 7 Desember 2021 yang lalu, diberitakan bahwa seorang guru di Pesantren tepatnya di Kabupaten Tasikmalaya telah menghamili santrinya sebanyak 12 santri. Yang baru terjadi juga terdapat di jawa timur kabupaten Jombang seorang anak Kiyai atau juga sering disebut dengan Gus sudah 2 tahun diketahui telah mencabuli beberapa santrinya.
Hal-hal ini bisa saja terjadi, karena Kiyai, guru ataupun ahlen dalam pesantren memiliki otoritas yang sangat tinggi terhadap santri-santrinya. Jika ditilik dari arti Kiyai itu sendiri adalah sebutan bagi seorang yang alim ‘ulama yakni orang yang pandai dan cerdik dalam agama Islam dan tentunya memiliki kharismatik yang bisa dibandingkan dengan Sykeh di daerah Minangkabau atau ajengan di masyarakat jawa barat. Sedangkan santri adalah orang yang belajar agama Islam dan mendalami Islam di pesantren yang menjadi tempat belajar bagi para santri.(Hidayat, 2016) Dalam lingkup pesantren Kiyai dan santri adalah suatu ikatan yang tidak dapat dipisahkan. kehidupan pesantren sangat banyak kebiasaan-kebiasaan yang sangat kental dan turun temurun yang ditinggalkan oleh santri-santri lama missal kebiasaan ketika makan, kebiasaan cara antri mandi, menjemur pakaian hingga kebiasaan untuk selalu hormat dengan Kiyai dan ahlen (keluarga Kiyai).
Sikap Ta’dhim Kepada Guru, orang ‘alim (Kiyai) dan Ahlen (keluarga Kiyai)
Dalam dunia pesantren terdapat tiga macam orang-orang yang memiliki kharitimatik yang tinggi. Pertama sebutan guru atau juga bisa di sebut ustadz mereka adalah orang-orang yang membantu mengajar di pesantren tidak harus keturununan Kiyai atau pemilik pondok pesantren setempat namun boleh orang luar, asalkan memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam bidangnya. Kedua Kiyai, Kiyai ini sebutan untuk pemilik pesantren atau anak turun temurun yang sudah berusia tua, kiyai ini disepuhkan sangat dihormati melibihi seorang ustadz atau guru. Dan yang ketiga adalah Gus atau Ning sebutan ini untuk anak-anak Kiyai baik masih bayi hingga dewasa sebelum ayahnya wafat. Gus atau Ning ini biasanya juga mengajar beberapa bidang pelajaran di pesantren jika sudah dianggap mampu mengjar. Gus atau Ning ini juga sangat di hormati seperti halnya menghormati Kiyainya. Sikap ta’dhim kepada guru memang diajarkan sejak dulu diseperti yang di ajarkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya yang berjudul “ al-Adabfid Din” halaman 431 yang berbunyi:(“10 Adab Murid Terhadap Guru Menurut Imam Al-Ghajali,” n.d.)
داب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.
Artinya: adab murid terhadap guru, yakni: mendahului dalam beruluk salam, tidak banyak bicara didepan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru “pendapat fulan berbeda dengan pendapat anda”, tidak berbicara kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan sesuatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.
Begitupun di dalam dunia pesantren ajaran tentang sikap seorang santri atau santriwati kepada guru, kiyai bahkan dengan seluruh keluarga kiyai (ahlen) haruslah bersikap ta’dhim maknanya adalah mentaati semua perintah-perintah para Kiyai, guru dan seuruh keluarga Kiyai. hal ini merupakan factor dari santri-santri sebelumnya, ajaran-ajaran ini membentuk budaya yang sangat kental di pesantren bahwa seorang santri wajib menghormati guru-gurunya. Begitupula karismatik seorang Kiyai beserta keluarganya sangat tinggi di mata para santri-santrinya. jadi tidak heran ketika seorang Kiyai, bu Nyai, Ning (sebutan anak Kiyai perempuan) ataupun Gus (sebutan untuk anak Kiyai Laki-laki) mendawuhi salah satu santrinya, maka santri tersebut terkesan berwibawa dimata santri-santri yang lain. Jangankan hanya di dawuhi, bisa membalik alas kaki seorang Kiyai ataupun ahlen atau meminum sisah the atau kopi seorang Kiyai itu berebut demi mendapat berkah dari kealiman kiayi tersebut.
Penyalahgunaan otoritas Kiyai terhadap santri
Kharismatik seorang Kiyai, guru, bahkah Ahlen di pesantren sangat tinggi di mata santri-santrinya, disamping itu Seorang kiyai dalam pesantren juga bebas memberi ajaran berbagai ilmu baik dari kitab-kitab ataupun diberi melalui “ijazah” yang akan di ajarkan kepada seluruh santrinya. Hal inilah yang mendorong kasus-kasus penyalahgunaan otoritas oleh kiyai-kiyai, guru atupun ahlen oleh karena itu Kajadian-kajadian yang telah terjadi di pesantren tentang pencabulan kepada santrinya sendiri contohnya Kiyai terhadap santrinya di pesantren Tasikmalaya, di lansir dari BeritaSubang.com Kiyai tersebut menanamkan dokrin kepada santrinya bahwa guru selalu ditaati dan hasil dari pencabulannya telah melahirkan beberapa anak.
Yang baru terjadi di kutip dari Jatim,harian7.com. pencabulan di Pondok Majma’al Bahroin Hubbul Wathon minal Iman as-Sidiqiyah Jombang yang dialkukan oleh Moch Subchi Azal Tsani dengan dalih mentransfer ilmu meta fisisk yakni tariqoh assidiqiyah modusnya para santriwati mendaftar sebagai tenaga kesehatan diminta untuk melakukan wawancara internal, para santriwati harus melakukan ritual kemben dengan telanjang bulat, mereka lantas diminta memakai kemben dari jarit Sidomukti dan masuk kekolam dengan kondisi telanjang dada lalu tersangka melakukan pelecehan seksual kepada korbannya dengan dalih menyalurkan ilmu.
Santri harus cerdas
Melihat kejadian-kejadian tentang pencabulan terhadap santri perlu digaris bawahi bahwa apapun yang mendekati zina adalah dosa besar.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا ٣٢
Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan keji dan sesuatu yang buruk
Meskipun santri wajib bersikap ta’dhim kepada kiyainya namun ada batasan-batasan sikap tersebut, jangan samakan kisah Ibrahim ketika di beri Firman oleh Allah untuk menyembelih Ismail. Kasus nabi Ibrahim ini Allah langsung yang berfirman sedangkan dalam pesantren setinggi-tingginya kedudukan Beliau, beliau juga manusia yang memiliki khilaf dan salah, jika menemukan hal-hal yang ganjil dan di luar ajaran agama meskipun mereka mengeluarkan banyak dalih santriwati harus waspada. Dengan adanya kasus-kasus pencabulan tersebut ada baiknya kita mengutip pernyataan dari tokoh Muhammad Abduh bahwasannya pujaan dan penghormatan yang berlebihan terhada Syekh, Guru dan wali termasuk kapatuhan membuta terhadap ulama, sehingga ajaran-ajaran tersebut hanya akan membekukan akal sehingga umat berhenti untuk berfikir, mengkaji dan mengembangkan agama Islam.(Mustakim, 2016) Dengan demikian Dalam kaitannya pemikiran Muhammad Abduh menurut penulis hal ini sangat penting untuk bekal santri-santri terhadap kiyai yang menyalah gunakan otoritasnya terhadap santri.
Kesimpulan
Ajaran ajaran tentang ta’dhim terhadap Guru, Kiyai ataupun Ahlen menurut penulis tidak menyimpang sama sekali karena memang kewajiban bagi santri atau murid harus menghormati orang yang lebih tua apalagi guru dan orang-orang ‘alim hanya saja terkdang ada beberapa guru yang memanfaatkan kedudukannya bahwa perintahnya harus diikuti meskipun itu hal yang menyimpang oleh karena itu santri di tuntut untuk tetap cerdas, berpengetahuan luas dan waspada.
Sumber tulisan
10 Adab Murid Terhadap Guru Menurut Imam al-Ghajali. (n.d.). Https://Sman4kotabogor.Sch.Id/Read/38/10-Adab-Murid-Terhadap-Guru-Menurut-Imam-al-Ghajali.
Hidayat, M. (2016). Model Komunikasi Kyai Dengan Santrin Di Pesantren. Jurnal Komunikasi Aspikom, 02.
Mustakim, S. (2016). Relevansi Pemikiran Muhammad Abduh terhadap Sistem Pendidikan di Pesantren. Dirosat, Journal Of Islam Studies, 1.
https://www.harian7.com/2022/07/ritual-mandi-kemben-menjadi-modus.html
https://beritasubang.pikiran-rakyat.com/seputar-subang/pr-1333236990/ini-pengakuan-berbeda-herry-wirawan-cabuli-21-santriwati-ngaku-12-di-bap
Sumbergambar:https://assets.pikiranrakyat.com/crop/5x431:821x988/x/photo/2021/12/05/1290994773.jpg