"Orang-orang zaman dulu tidak vaksin sehat-sehat saja." Itu bias!
Pada tahun 2019 silam, dunia digemparkan oleh pandemi COVID-19 yang diumumkan oleh WHO, memacu para ilmuan untuk menemukan obat antivirus atau vaksin yang dapat menekan laju penyebaran virus. Ketika vaksin telah ditemukan dan siap untuk diberikan pada masyarakat, ada saja oknum-oknum yang menghambat program pemerintah dengan sebuah pernyataan seperti “orang-orang zaman dahulu tidak di vaksin tapi tetap sehat”. Pernyataan seperti ini adalah hasil dari pemikiran tertutup yang dilandasi prasangka atau yang biasa disebut dengan bias.
Pada Perang Dunia ke-2 seorang ahli matematika Abraham Wald ditugaskan untuk mencari titik-titik lemah dari pesawat pengebom(bomber) yang selamat dari medan perang, dimana titik-titik lemah nanti akan diberi perlindungan atau ditingkatkan untuk pesawat pengebom model terbaru. Nah, dari pengamatan Abraham Wald ditemukanlah titik-titik kelemahan pesawat yang banyak terkena peluru yaitu di daerah sayap dan lambung tengah pesawat. Sementara di sisi lain kokpit, baling-baling dan buritan sama sekali tidak mengalami kerusakan apapun, masih utuh tak terkena peluru.
Menurut pengamatan tadi, bagian manakah yang sebaiknya ditingkatkan perlindungannya?
Jika kamu menjawab di daerah sayap dan lambung tengah pesawat maka selamat kamu terkena bias kebertahanan(Survivorship Bias). Yaitu kesalahan logika yang memusatkan perhatian pada orang atau benda yang berhasil melalui suatu proses dan mengabaikan yang lain, sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah. Kita harus menarik sebuah kesimpulan ketika kita sudah mengetahui sisi positif dan negatif dari data yang akan ditarik kesimpulannya, sehingga kita tidak terjebak dalam bias kebertahanan.
Perlu diingat lagi bahwa yang diperiksa oleh Abraham Wald adalah pesawat-pesawat yang selamat, dari pengamatan pesawat yang selamat sedikit peluru yang mengenai baling-baling, kokpit dan buritan dikarenakan pesawat yang terkena peluru dibagian itu tidak dapat kembali ke pangkalan udara, sehingga bagian yang paling sedikit terkena peluru lah yang harus ditingkatkan.
Kembali lagi pada pernyataan bahwa “orang-orang zaman dahulu tidak divaksin tetapi tetap sehat”. Pada zaman dahulu teknologi dalam bidang kedokteran dan kesehatan belum memadai, belum banyak penyakit yang diketahui obatnya. Orang yang selamat terhadap suatu penyakit pada zaman dahulu adalah orang-orang yang sudah memiliki imunitas tubuh yang prima atau karena faktor keberuntungan semata, sedangkan yang tidak memiliki imunitas yang kuat akan meninggal. Karena itulah orang zaman dulu banyak yang menikah muda mengakibatkan meningkatnya angka kelahiran mengimbangi angka kematian yang tinggi.
Sekarang orang yang memiliki imunitas lemah seperti para lansia khususnya, dapat memiliki peluang hidup yang sama dengan orang yang memiliki imunitas prima terhadap suatu penyakit berkat vaksin dan imunisasi yang didapatkan. Sebelum COVID-19 menjadi pandemi sudah ada SARS, Ebola, Black Death dan kawan-kawan yang menggemparkan manusia. Tetapi selama kita mengikuti arahan yang diberikan pemerintah, tidak panik dan tidak mudah percaya dengan pernyataan dari sumber yang tidak dapat dipercaya maka kita akan baik-baik saja.