Seburuk Itukah Buzzer di Mata Masyarakat dan Warganet?
Perkembangan teknologi menghasilkan tidak hanya alat dan cara terbaru, tetapi juga pekerjaan baru. Apa saja? SEO specialist? Data scientist? Digital marketer? Machine Learning Engineer? Benar, itu semua adalah pekerjaan yang lahir akibat perkembangan teknologi.
Kamu pasti menebak artikel ini akan membahas pekerjaan tersebut, padahal tidak.
Pada artikel ini, pekerjaan yang dibahas adalah buzzer. Mengapa? Karena pekerjaan ini adalah salah satu yang paling kontroversial, bahkan banyak yang mengecap jelek apabila seseorang menjadi buzzer.
Sebenernya apa itu buzzer? Mengapa banyak yang menganggap pekerjaan itu kotor?
Definisi Buzzer
Buzzer adalah seseorang atau kelompok yang bertugas untuk menyuarakan suatu isu untuk berbagai tujuan, baik itu positif atau negatif (relatif).
Biasanya, mereka beraksi di media sosial besar seperti Twitter, Instagram, Facebook, TikTok, dan media lainnya dengan tujuan yang sudah disebutkan di atas(menyuarakan isu).
Dari penjelasan tersebut, sudah jelas bahwa buzzer sebenarnya bukan pekerjaan yang buruk. Banyak sekali manfaat buzzer yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menaikkan omset mereka.
Lalu, mengapa buzzer sering dicap jelek? Bahkan orang yang dianggap berbeda pendapat langsung disebut buzzer?
Mengapa Buzzer Dicap Jelek?
Meski pekerjaan ini ternyata hanya melempar isu, banyak sekali yang menganggap buruk pekerjaan ini. Hal ini terjadi karena hal berikut:
a. Memutarbalikkan Fakta
Buzzer terkadang menerima pesanan dari klien untuk mengatakan hal yang sepenuhnya baik padahal kenyataannya buruk.
Contoh penerapannya adalah jika suatu perusahaan sedang dilanda musibah yang bisa menghancurkan branding atau nama baiknya, buzzer mungkin akan dipekerjakan untuk menutup isu atau melawan orang yang kontra dengan tujuan mereka.
Selain itu, buzzer juga bisa membuat berbagai thread di Twitter, post di Facebook, dan media lain dengan tujuan untuk mengalihkan atau menutup isu yang beredar.
Kamu pasti sering melihatnya sendiri di trending topic Twitter. Biasanya, jika ada isu negatif, akan ada tagar baru yang melawan isu negatif tersebut.
b. Kadang-Kadang Bahasanya Tidak Beretika
Saat kamu berdebat dengan buzzer, bisa jadi mereka akan menggunakan kata-kata yang tidak pantas atau ad hominem kepadamu agar tujuannya bisa tercapai dan memenangkan public trust.
Sebenarnya, lebih baik tidak usah meladeni buzzer yang tipikalnya seperti itu. Mereka memang sudah jobdesc-nya demikian. Tapi, tetap saja, siapa yang tidak marah kalau diejek atau disebut dengan nama hewan?
Perlu diingat, komunikasi dalam bentuk tulisan berbeda rasanya dengan lisan.
c. Beraninya Anonim
Meski ada buzzer yang jelas menampakan diri atau menggunakan akun aslinya, banyak juga yang menggunakan akun palsu dalam mengerjakan tugas mereka.
Tidak heran, biasanya akun buzzer tidak memiliki gambar pada profile picture, akunnya dilindungi (protect), dan tidak ada post di feed-nya, serta mengikuti banyak akun.
Alasannya? Tentu saja karena akun itu digunakan untuk melaksanakan peran sebagai buzzer, bukan untuk pamer kesuksesan atau lagi liburan.
Banyak yang mencela buzzer jenis ini karena mereka hanya berani berdebat atau berkata kasar dibalik topeng mereka.
d. Penilaian Brand/Produk di Google Playstore atau Google Review Menjadi Bias
Salah satu fitur Google adalah Google review. Produk dari Google tersebut bisa memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk memberikan penilaian kepada suatu brand atau produk, baik di Google review atau aplikasi di Google playstore.
Kenyataannya, buzzer bisa dipekerjakan untuk memberikan penilaian palsu, entah positif atau negatif.
Biasanya, penilaian positif dipesan kepada buzzer jika suatu perusahaan atau brand mendapatkan kasus kontroversial dan ingin mengembalikan nama baiknya.
Sementara itu, penilaian buruk mungkin saja dipesan untuk membuat review kompetitor buruk. Hal ini merupakan cara kotor dan bentuk persaingan yang tidak sehat.
Karena itulah, buzzer bisa membuat penilaian di suatu review menjadi bias. Jika sudah parah, masyarakat akan mulai meragukan review yang ada di Google review dan Google playstore.
Buzzer Tidak Seburuk Kedengarannya Kok, Ini Hal Positif yang Bisa Dikerjakan Mereka
Banyak sekali ya ternyata hal buruk yang bisa dilakukan buzzer. Padahal, pekerjaan tersebut bisa menjadi hal yang baik jika digunakan dengan tepat. Ini contohnya:
a. Membuat Masyarakat Aware dengan Isu di Lingkungannya
Misalkan ada suatu masalah dimana banyak orang-orang yang merokok saat mengendarai motor, pengendara yang arogan karena kendaraannya besar, dll.
Buzzer bisa melempar isu tersebut di media sosial, sehingga masyarakat bisa lebih aware dengan kondisi tersebut, apalagi jika ternyata hal itu terjadi di lingkungannya.
Harapannya, hal-hal yang tidak patut dicontoh atau dilakukan bisa berkurang karena pelakunya akan takut dengan hukuman sosial.
b. Menjadi Bagian Vital dalam Marketing
Dalam marketing funnel, awareness merupakan bagian paling besar dan atas.
Apa pekerjaan yang paling cocok untuk membuat masyarakat aware tentang suatu produk perusahaan? Tentu saja buzzer.
Buzzer bisa menyampaikan suatu produk sedang launching, promo, atau hal spesial lainnya, sehingga campaign suatu perusahaan bisa mencapai target.
Jika marketing perusahaan sukses secara konsisten, perusahaan itu akan survive lebih lama dan mendapatkan laba besar, sehingga peluang terjadinya pemecatan atau efisiensi akan menipis.
Baik dan Buruk Itu Tergantung Penggunaan
Sebuah pisau, jika digunakan oleh koki, maka akan menghasilkan makanan yang enak baik di lidah dan di mata. Tapi, jika diberikan kepada pencuri, ia akan menggunakannya untuk tindakan kejahatan.
Begitu juga buzzer. Pekerjaan tersebut bisa berdampak positif jika digunakan untuk hal yang baik seperti marketing di campaign perusahaan dan membuat aware isu-isu terkini di masyarakat.
Meski banyak dinilai buruk, buzzer tetap dibutuhkan di era digital ini.