"QUARTER LIFE CRISIS" Menghantui Pikiran Anak Muda.

profile picture Grezelia

Bagi segelintir orang berkelahiran di atas 90-an, “quarter life crisis” seperti momok yang menyeramkan. Sebenarnya apa sih yang ditakutkan tentang hal ini oleh sebagian orang? Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita bahas dahulu arti dari “quarter life crisis”. 

Apa itu quarter life crisis?

Quarter life crisis atau yang dikenal dengan krisis seperempat abad adalah suatu masa usia orang yang menginjak antara 18-30 tahun (dewasa muda), kemudian orang tersebut memikirkan berbagai hal yang dilanda kekhawatiran, ketakutan dan bingung arah masa depan. Selain itu, pada dasarnya anak muda yang memiliki sifat ingin mengetahui segala hal juga mempertanyakan terkait pernikahan, pendidikan, kehidupan keluarga, keuangan dan segala macam yang berhubungan dengan masa depan mereka. Lantas, apakah ini semua wajar jika menghantui pikiran seorang anak muda? Mari kita kulik lebih lanjut.

Awal dari Quarter Life Crisis

Sebenarnya untuk mengetahui apakah seseorang mengalami masa quarter life crisis atau tidak memang tidak spesifik pada setiap orang. Hal ini karena yang mungkin terjadi dari segi psikologis setiap orang berbeda. Pada dasarnya orang mempunyai tanggung jawab dan beban pikiran terhadap sebuah masalah yang berbeda pula. Sehingga orang dapat membuat pikiran “masa depan” apa yang menghantui sampai menjadi quarter life crisis. Namun, ada beberapa kondisi umum yang dapat membuat seseorang mengalami quarter life crisis:

  • Mengalami tekanan sosial (dari luar keluarga) seperti teman-teman, tetangga, kerabat lain
  • Sedang dalam perencanaan masa depan (pendidikan dan karier)
  • Memutuskan sebuah langkah untuk menuju ke hubungan percintaan
  • Membuat sebuah keputusan untuk masa depan, baik dalam pekerjaan maupun keluarga
  • Bingung sendiri dengan situasi sekarang, dan sering membandingkan dengan orang lain
  • Khawatir akan masa depan yang kurang cerah
  • Iri dengan teman sebaya
  • dan sebagainya *Boleh diisi sendiri, sesuai dengan kebingungan anda :)

Sebenarnya, dari seluruh hal yang sudah disebut atau yang belum disebut di atas, semua kembali lagi pada diri sendiri. Ibarat sebuah tunas muda yang sedang bertumbuh, perlu juga sebuah asupan yang bernutrisi lainnya dari luar. Namun, tunas muda akan menjadi sangat sulit bertumbuh, jika yang diterima adalah bukan nutrisi. Jadi, kita diibaratkan sebagai tunas muda yang baru beranjak menjadi dewasa. Hal ini membuat kita perlu banyak belajar dari luar (survive). Segala asupan yang diterima dari luar tidak sepenuhnya sebuah “kebenaran” dalam hidup setiap orang, ada juga yang berupa sebuah “kesalahan”. Bisa jadi, setiap orang memilih dengan jalan pertumbuhan yang masing-masing. Dengan kata lain, kita tidak bisa memaksakan seseorang perlu berbuat A, B, C dan D hanya untuk mengejar seperti kepunyaan orang lain. 

Hati yang terus bergumul dengan hal situasi sekarang yang ada, membuat pikiran anak muda melayang entah kemana. Mau berbuat apa, tetapi melihat kondisi sekarang kurang mampu untuk menghadapinya. Seakan patah semangat, terkadang pikiran quarter life crisis begitu menghantui dan membuat depresi sendiri. Alih-alih berpikir terlalu kuat tentang hal ini, yang ada malah semua menjadi berantakan dan tidak terselesaikan segala masalah. Jadi, bagaimana harus menyikapi ini semua jika pikiran quarter life crisis melanda?

Sebuah Komitmen untuk Diri Sendiri

Wajar saja jika kita memikirkan ini untuk masa depan. Bagaimanapun juga, kita perlu memikirkan apa yang menjadi masalah di dalam diri sendiri untuk masa depan. Selain itu, adanya pikiran tentang quarter life crisis membuat sebuah dorongan dari pribadi untuk mengejar masing-masing impian tunas muda. Maka dari itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyikapi quarter life crisis:

  • Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
  • Tahu apa yang menjadi kebutuhan utama untuk diri sendiri di masa depan
  • Jangan patah semangat duluan
  • Jangan terlalu banyak berpikir “gimana nanti?”, lebih baik ubah menjadi “gimana caranya?”
  • Lebih baik buat “perencanaan” masa depan, dibanding dengan “perbincangan” masa depan
  • Fokus dengan kelebihan dan talenta yang ada sekarang, kemudian kembangkan semaksimal mungkin
  • Cari orang lain untuk saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, sebagai dorongan meraih masa depan
  • Puas dengan apa yang sudah dicapai
  • Menanyakan kepada orang lain yang lebih bijak dan berpengalaman untuk menyikapi quarter life crisis 
  • dan sebagainya *Mungkin punya cara unik tersendiri untuk mengatasi nya? :)

Masalah di dalam hidup akan selalu ada dan selalu pada masanya. Apa mau dikata tidak dapat dihindari dan memang harus dilalui bersama. Namun, bukankah lebih baik kita menegakkan komitmen diri dahulu akan masa depan? Hidup ini akan terus berjalan. Oleh karena itu, untuk bertemu dengan masa depan yang kita bayangkan, haruslah dijalani dengan yakin dan percaya bahwa masa depan itu ada. 

Bagaimana dengan opini kalian tentang masa depan kalian? 

Welcome to “quarter life crisis”!

TUNAS MUDA JANGAN LAYU

Dunia bagaikan gelap di masa depan. 

Tunas muda sedang dilanda kebingungan yang memilukan hati. 

Dimana “ASA” itu berada? 

Mereka mencari tempat berlindung, tapi tidak ditemukan. 

Mereka hendak mengejar asa di depan, apa daya langkah kaki tak mampu menenangkan hati. 

Deru hati selalu membawa teriakan ke arah pikiran terdalam seorang manusia yang masih tunas muda. 

Bagaikan kalbu direnggut zaman, semua masih seperti abu-abu. 

Sebuah cahaya di ujung langit teratas sedang dinanti oleh jutaan tunas muda yang sedang dalam kebimbangan. 

Hati menahan gejolak perlawanan pikiran yang berperang sendiri melawan maut masa depan ketakutan. 

Akankah semua ini berakhir? 

Hai tunas muda! Tegakkan badanmu dan persiapkan nyali terberanimu untuk membara maju. 

Ini semua dinyatakan hanya untuk menyemangatimu yang sedang dalam kekhawatiran “dunia”.

by grezelia

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0

This statement referred from