Jokes LGBT berdampak buruk bagi masyarakat?

profile picture Dheavia

      Di era digital seperti ini, kita banyak menemukan berbagai informasi melalui media sosial. Seperti kehidupan para warga digital yang mempublish beberapa kegiatannya di media sosial. Dari media sosial lah kita dapat melihat kehidupan orang lain. Contohnya beberapa orang yang saat ini mengaku mendukung LGBT dan mempublikasikan nya di media sosial. Banyak orang-orang yang membuat jokes atau lelucon tentang hal itu dan tentunya banyak orang lain yang mengikuti mereka. Menurut saya, jokes seperti ini sangat tidak layak karena tidak semua hal bisa dijadikan sebuah lelucon. Kita tidak tahu apakah itu hanya sebatas lelucon saja atau tidak. Ataukah memang ada yang benar-benar seperti itu namun ditutupi dengan sebuah kata jokes.
     Pandangan saya, mereka yang membuat jokes seperti itu di media sosial hanya haus akan viewers dan followers. Jika ada yang mengkritik, mereka akan menjawab jika itu sekadar jokes. Saya pikir mereka anti kritik. Jika sekali atau dua kali saja mungkin bisa dimaklumi namun saat ini sudah sangat banyak yang mengikuti. Entah dimana letak lucunya dari jokes LGBT seperti itu. Namun yang saya lihat di media sosial jokes seperti itu sudah overused. Saya juga heran mengapa konten tidak berbobot seperti itu bisa ramai. Yang aslinya digunakan untuk sekadar hiburan tapi malah muncul konten yang seperti itu. Tak hanya di dunia maya saja, dari hasil penelitian saya tak sedikit juga di kehidupan nyata yang membuat lelucon tentang LGBT seperti itu. Contohnya saja jika ada dua orang laki-laki yang jalan bersamaan, akan ada orang yang berkata jika mereka cocok atau serasi. Ya, saya tahu jika itu hanyalah sebuah lelucon bagi mereka tapi bisa saja orang itu tidak nyaman dan akan sakit hati jika mendengar perkataannya. 
     Kembali ke pembahasan saya diawal yaitu tentang media sosial. Jika kita lihat, akan banyak contoh yang bisa kita ambil. Dari yang pernah saya lihat, ada seorang perempuan yang terlihat cantik dan netizen memberikan komentar di kontennya itu “Suka cewe ngga kak?” begitulah. Entah apa yang mereka pikirkan dengan memberikan komentar seperti itu. Jika ingin memuji orang lain bukan begitu caranya. Disini saya tidak menyudutkan satu pihak, namun saya hanya khawatir akan dampaknya saja. Masih banyak orang-orang yang belum bisa memilah hal-hal yang ada di media sosial. Akan bahaya jika anak kecil yang melihat itu di media sosial dan mengikuti perilaku mereka. Dengan alasan hanya lelucon juga. 
     Ada juga laki-laki yang berpura-pura menjadi perempuan di dalam konten media sosialnya. Netizen sudah mengetahui hal tersebut namun mereka malah mendukungnya dengan alasan hanya menghibur saja. Kita tidak tahu dia hanya sekadar ingin menghibur atau dia memang ingin berubah menjadi lawan jenisnya dengan memanfaatkan media sosial. Dan bisa jadi dia awalnya memang bertujuan hanya untuk menghibur saja namun lama-lama dia berubah tujuan. Memang dari dulu sudah banyak hal-hal seperti ini tapi tak sebanyak seperti saat ini. Mereka yang aslinya tidak seperti itu, menjadi terpengaruh oleh konten media sosial yang dia lihat. Mereka yang melakukan transgender akan berkata jika itu semua bukan keinginan mereka. Berkata seperti itu dan merasa jika ada sebuah dorongan yang membuat mereka menjadi seperti itu. 
     Bijaklah dalam menggunakan media sosial, berpikirlah akan kedepannya. Bagaimana jika nantinya orang-orang akan mengikuti hal itu? Saya pikir itu sangat buruk, jika banyak orang-orang yang melenceng dan lebih memilih sesama jenis akan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Tidak akan ada generasi selanjutnya karena mereka tidak bisa mempunyai anak. Hubungan mereka juga tidak direstui oleh agama dan pemerintah. Kita semua paham jika tindakan menyimpang seperti itu tidak dapat dinormalisasikan. Terutama di negara Indonesia yang merupakan negara beragama ini. Semua agama melarang tindakan melenceng seperti itu. Dan itu sangat berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Makin hari makin banyak pula orang-orang yang mengaku jika dirinya adalah seorang gay atau lesbian. Entah apakah mereka tidak malu dengan perbuatannya itu. Atau justru malah bangga dengan dirinya yang seperti itu. Menganggap jika itu bukan keinginan mereka sendiri namun mereka juga tidak mau berubah, malah semakin menjadi-jadi. Malah ada juga seorang konten kreator yang mendukung perbuatan mereka dengan alasan open minded kepada mereka. 
     Jadi saya ulangi lagi jika konten-konten jokes LGBT yang ada di media sosial itu tidak pantas. Saya berharap jika mereka semua akan berpikiran lebih jauh akan dampak dari konten yang mereka buat itu. Mungkin dengan menghilangkan konten seperti itu akan bisa memengaruhi pemikiran anak-anak pada generasi selanjutnya.

2 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
2
0
profile picture

Written By Dheavia

This statement referred from