Misteri dibalik Watu Pewayangan

profile picture Munalifatul Fajtiah

Misteri dibalik batu pewayangan 
Study kemasyarakatan sosiologi pedesaan 
By Munalifatul Fajtiah

Hallo gaes kali ini kita akan bahas tentang sosiologi pedesaan, tapi sebelum itu Kalian tau gak sih apa Sosiologi Pedesaan itu? Kalian pernah gak denger istilah ini? Mungkin kebanyakan hanya tau Sosiologi saja ya. Nah bagi kalian yang belum tau atau masih asing dengan sosiologi pedesaan, kita bahas dari awal ya, soo jangan lewatkan
Jadi sosiologi pedesaan adalah salah satu cabang ilmu Sosiologi yang secara sistemnya akan mempelajari komunitas desa guna mengungkap kondisi serta kecenderungannya Dan untuk merumuskan prinsip kemajuan. Pengetahuan ini bisa dihasilkan melalui penerapan metode ilmiah kedalam suatu studi masyarakat desa seperti organisasi dan strukturnya, proses kemasyarakatan, sistem sosial pokok dan perubahannya. Dengan kata lain sosiologi pedesaan adalah suatu studi mengenai bagaimana masyarakat desa (bukan hanya pertanian) menyesuaikan diri terhadap masuknya kapitalis modern ditengah kehidupan mereka. 
 
Nah untuk lebih jelasnya coba kita terapkan ilmu ini pada studi kemasyarakatan disebuah wilayah unik dengan sejuta misteri dan kearifan lokalnya yaitu Kampung Pitu, Ngalanggeran, Gunung Kidul. Kalian pernah gak sih bertanya-tanya kenapa dimanakan kampung Pitu?? Atau kenapa dikampung ini hanya terdiri dari 7 kk saja? Terus bagaimana cara mereka berinteraksi dengan masyarakat luas?Bahkan apa sih yang menarik dari kampung ini? Nah untuk menghilangkan rasa penasaran kalian tentang kampung 7 mari kita bahas satu persatu ya!!! 
Jadi pada awal tahun 1400 an wilayah ini untuk pertama kalinya dijajaki manusia yaitu oleh Kyai Iro Dikromo  yang notabene adalah pemenang sayembara keraton Jogja yang melakukan babat alas diwilayah gunung wayang (sekarang gunung api purba). Diceritakan dahulunya sebelum eyang Iro Dikromo ini menginggal beliau pernah mengamanatkan bahwa kedepannya kampung ini hanya akan bisa ditinggali 7 kepala keluarga dari 7 keturunannya. Bak kata-kata sumpah yang mengikat kampung Pitu hingga sekarang, oleh sebab itu kenapa sampai detik ini kampung pitu hanya bisa ditinggali 7 kepala keluarga. Masyarakat kampung yang hanya terdiri dari 60 jiwa ini kebanyakan berprofesi sebagai petani ladang, dimana mereka akan menanam bahan pangan yang mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Uniknya setiap akan melakukan cocok tanam masyarakat kampung pitu akan mengadakan sebuah ritual (Upacara Adat Wiwitan) ditempat yang dianggap sakral oleh masyarakatnya seperti diwilayah prapatan, makam, dan guyangan. Begitu pula ketika mereka sedang panen (Upacara Adat Rasulan), dimana upacara ini adalah suatu bentuk rasa syukur masyarakat desa atas rezeki yang diberikan Allah SWT kepada mereka.

Selain ritual wiwitan dan rasulan masyarakat kampung pitu masih memiliki banyak lagi ritual adat. Salah satunya ritual untuk meminta ijin melakukan suatu kegiatan. Sebenarnya untuk saat ini sendiri masyarakat kampung pitu sudah berfikir lebih modern, dilihat dari segi pencaharian yang kini tidak hanya mengandalkan hasil ladang, namun untuk adat mereka tidak ingin dijajaki modernisasi mereka kekeh akan terus memperkenalkan adat mereka pada anak cucu berikutnya, bahkan padapmasyarakat luas sekalipun. 
 

1 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
1
0

This statement referred from