MENGENAL PERILAKU BULLYING DI KALANGAN REMAJA DAN TEGURAN KERAS UNTUK PARA SELURUH PENGAJAR

profile picture geraldtriyono_

Aksi buruk pelajar yang marak diperbincangkan saat ini tentang builying, sangatlah miris. Bullying atau perundungan merupakan suatu penindasan yang ditimbulkan dari prilaku pelajar yang agresif serta tempramen. Hal itu yang dilakukan dengan cara mengintimidasi, menghina, mengancam, melecehkan, bahkan penganiayaan pun disebut sebuah perilaku wajar dan  biasa-biasa saja. Mereka tak merasa bersalah atas perilaku yang diperbuatnya meskipun tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan sebagai pelajar. Bullying berkembang pesat di lingkungan sekolah dari berbagai jenjang. Terbukti setiap kasus bullying, pelaku serta korbannya sama-sama pelajar. Kejadiannya saat aktivitasnya tidak sedang dalam pengawasan para pengajar. 

 

Indonesia merupakan salah satu negara yang diduga masih mengalami angka kejadian bullying relatif tinggi, seperti sikap intimidasi pada kalangan remaja, meskipun data akuratnya amsih belum diketahui. sebanyak 40% remaja telah diintimidasi di sekolah dan 32% melaporkan bahwa mereka telah menjadi korban kekerasan fisik. Hasil survei Kementerian Sosial Indonesia di tahun 2013 menunjukkan bahwa satu dari dua remaja laki-laki  (47,45%) serta satu dari tiga remaja perempuan   (35,05%) dilaporkan mengalami intimidasi. Data lebih lanjut dari Survei Kesehatan peserta didik berbasis Sekolah global (global School-based Student Health survey/GSHS) 2015 menunjukkan bahwa 24,1% remaja laki-laki  serta 17,4% remaja perempuan telah mengalami intimidasi.

 

Terdapat segelintir kasus dari banyak masalah yang tak diketahui. masalah ini terjadi di salah satu sekolah yang ada kecenderungan dengan kasus perundungan yang tengah viral di media social, antara lain terdapat seorang pelajar wanita yang selalu diejek/ dihina yang menunjuk pada body shaming oleh sahabat sekelasnya yang berkarakter kasar. Belum lagi ejekan terhadap orang tuanya. Terkadang di luar kelas pun sering dilontarkan istilah-istilah cacian serta hinaan yang menyakitkan. Yang lebih parah lagi ada tindakan pelecehan seksual terhadap perempuan  yang diklaim lemah serta pendiam. Korban hanya bisa diam, menahan rasa sakit dengan menangis, serta tak mampu melakukan pembalasan apapun. 

 

Namun, sesudah beberapa kali menerima perlakuan tak menyenangkan dari si pembully, muncul akibat buruk pada korban. Beberapa hari tak sekolah dengan alasan sakit. Setelah ditelusuri keberadaannya, ternyata secara fisik tak sakit. Dia hanya tak mau lagi sekolah, bahkan meminta pindah sekolah kepada orang tuanya. Tentu saja hal ini mengagetkan orang tua serta para pengajarnya. 

 

Aktivitas bullying berjalan saat para pengajar tak sedang di kelas, sangatlah mengagetkan para guru seperti menerima tamparan keras dari peristiwa itu meskipun mereka mempunyai aneka macam alasan yang patut dipahami serta dimengerti. Apalagi pengajar yang memang sengaja meninggalkan kelas tanpa ada alasan yang jelas. Hanya kemalasan sematalah yang ditunjukkan kepada peserta didiknya.

 

Hal yang semestinya dilakukan guru ialah mendidik dengan mengajak, memotivasi, mendukung, membantu serta menginspirasi peserta didiknya supaya mampu melakukan tindakan positif bagi dirinya, orang lain serta lingkungannya. namun, tatkala guru tak melaksanakan tugasnya dengan baik, terjadilah hal yang tak diharapkan, bahkan muncul tindakan negatif di luar dugaan guru yang hingga ke publik. keberadaan masalah ini diakui serta disadari guru karena suatu ketika tak bisa menyampaikan pengajaran yang aman di kelas.

 

Dampak masalah Bullying

Secara psikologis masalah bullying berdampak buruk  pada pelaku maupun korban. dampak buruk  bagi pelaku diantaranya tak mempunyai sikap ikut merasakan, yang ada hanya rasa benci kepada sahabat sekelas, juga mengalami persoalan pengendalian emosi, sehingga akan merasa kesulitan membangun relasi / korelasi sosial maupun korelasi romantis. Pelaku bully semacam ini berpotensi berkembang menjadi eksklusif yang anti sosial. Sedangkan dampak buruk  pada korban serta sudah sebagai fenomena informasi yang viral diantaranya:

 

1. Emosional

Menurut Daniel Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan serta pikiran yang spesial, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dengan demikian, emosi bisa mendorong untuk bertindak. Jadi, ketika taraf emosi korban sangat tinggi, pola pikirnya sudah tertutup secara emosional sehingga muncul pada benaknya untuk balas dendam. Pengalaman ketika menjadi korban bullying tak mampu melawan serta hanya diam, meski harga dirinya terinjak-injak. 

 

2. Beban

Korban bullying biasanya tak mempunyai mental yang kuat. saat mendapat bullyan hanya mampu memendam rasa sakit fisik dan psikologis sampai pasrah dengan keadaan. Perasaan tertekan yang berkembang serta merasa tak ada yang menolong terus tumbuh dalam jiwanya. Tindakan yang dilakukannya biasanya ke arah menyakiti dirinya sendiri, serta tak sedikit yang melakukan bunuh diri.

 

Peranan penting pengajar

Sebagaimana yang tercantum dalam UU no 14 Tahun 2005, bahwa peran pengajar dalam pembelajaran adalah pendidik profesional dengan tugas primer mendidik. Jadi, pendidik khususnya pengajar/ guru lebih berperan penting dalam kelas. Selain mendidik, peran pengajar pun diharapkan berhasil sebagai guru, pembimbing, pelatih, penasihat, inspirator serta motivator bagi peserta didiknya, karena efektif dan kondusifnya kelas bergantung kepada pengajar. 

 

Patut digarisbawahi bahwa alasan guru/ pengajar tidak di kelas waktu ada pembelajaran karena ada pekerjaan administratif yang menumpuk. Maka, usahakan beban tugas administrasi pengajar harus dikurangi, seperti yang dikatakan WURYADI ahli Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), bahwa waktu ini pengajar lebih banyak disibukkan dengan administrasi yang merupakan konsekuensi dari pelaksanaan kurikulum 2013 yang diterapkan semenjak era Menteri Pendidikan dan  Kebudayaan, M. Nuh, berawal dari era inilah guru mendapat berbagai macam beban administrasi yang mengakibatkan peran guru sebagai pendidik tak maksimal.

 

Selain itu, solusi lain agar mampu meminimalisir kasus bullying di sekolah bisa dengan cara :

  1. Melakukan tindakan preventif. 
  2. Melakukan pencegahan serta mekanisme pengaduan. 
  3. Pemasangan CCTV di kelas. 

 

Berbagai solusi pencegahan tindakan bullying terealisasi dengan baik kalau memang terdapat tindak lanjutnya dari semua pihak. Aksi bullying butuh kepedulian dan sensitivitas pemimpin, para pengajar, serta para orang tua. Andai kata aksi bullying telah terjadi di lingkungan sekolah, sebaiknya dilakukan komunikasi serta hubungan antar pihak pelaku, korban, orang tua serta pihak sekolah. Semoga menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak atas kasus tersebut.

 

Demikian sekelumit uraian kasus bullying di lingkungan pendidikan yang marak diperbincangkan publik di media sosial. Mohon maaf Bila terdapat ulasan yang menyinggung semua pihak. Semoga menjadi bahan penilaian serta referensi bagi pemangku kebijakan dalam global pendidikan di Indonesia. Pendidikan bisa berjalan sebagaimana yang dibutuhkan Bila stakeholder yang terkait terdapat kerja sama yang baik serta memiliki kepekaan dan kepedulian tinggi, sehingga tak ada lagi komentar miring terhadap reputasi serta profesi guru. Bullying dapat dicegah, proses pendidikan pun berjalan sesuai fungsinya. Pendidikan akan menghasilkan watak serta kepribadian para pelajar sehingga menjadi pribadi yang hebat, cerdas, serta bermartabat. Terima Kasih    

2 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
2
0
profile picture

Written By geraldtriyono_

This statement referred from