Mengapa Pengelolaan Uang Generasi Milenial Cenderung Buruk ?

profile picture Sebastian

Di masa pandemi ini banyak orang yang diberhentikan dari pekerjaannya dengan alasan pengurangan tenaga kerja untuk meminimalisir penyebaran virus Covid - 19. Orang - orang yang diberhentikan dari pekerjaannya alhasil menjadi pengangguran karena mereka hanya mengandalkan satu sumber mata pencarian yaitu dari gaji pekerjaan mereka. 

Mungkin tidak asing untuk kita mendengar berita atau kabar dari rekan kerja kita yang dikeluarkan dari pekerjaannya akibat pandemi Covid - 19. Namun beberapa dari kita justru tetap mendapatkan peluang kerja atau setidaknya tetap bisa survive dalam kondisi yang memperihatinkan ini. Perbedaan antara mereka yang masih bisa survive di masa pandemi ini dan yang tidak adalah cara mereka mengatur keuangan mereka.

Ada sebuah pendapat yang berkata bahwa lebih penting bisa mengelola uang daripada bisa mencari uang. Memang mungkin ada pro dan kontra terhadap pendapat tersebut, tetapi beberapa orang - orang yang sudah memiliki pendapatan yang stabil maupun tidak stabil hanya dikarenakan tidak bisa mengelola keuangan mereka menyebabkan mereka menghadapi masalah finansial dan lebih parahnya lagi menjadi bangkrut atau pengangguran.

Sejumlah survei mengatakan bahwa generasi milenial ternyata tidak memiliki strategi investasi yang baik. Sekitar 69 persen dari generasi milenial di Indonesia tidak memiliki strategi investasi. Padahal investasilah yang dapat menyelamatkan kita ketika kita membutuhkan uang atau dana disaat yang kritis seperti pada masa pandemi ini. Kebanyakan generasi milenial sekarang bahkan tidak tau bagaimana caranya untuk mengatur keuangan mereka. Yang mereka lakukan hanyalah menyimpannya dan menggunakannya pada saat yang mereka mau tanpa membatasi pengeluaran mereka atau menyisihkannya untuk berinvestasi pada instrumen - instrumen keuangan yang akan lebih berguna di masa depan.

Kebanyakan kasus anak muda milenial jaman sekarang adalah mereka menerima uang dari orang tuanya dan akan langsung menghabiskannya dalam hal - hal yang tidak penting. Terlebih lagi bila orang itu adalah orang yang gaya hidupnya boros dan sedang menghadapi masalah finansial tentu dia akan tetap mempertahankan gaya hidupnya dan akan rela berhutang demi tetap mempertahankan gaya hidupnya. Alhasil hidupnya menjadi kacau dan terjebak dalam hutang. Bila kita bisa menyisihkan uang kita dan membatasi pengeluaran kita setiap bulannya sekalipun sedikit demi sedikit pasti akan berguna terasa nantinya. Hal inilah yang kita sebut dengan literasi keuangan yang buruk. Generasi milenial di Indonesia kebanyakan masih tidak tahu akan resiko dan bahayanya apabila kita tidak efektif dalam membuat keputusan yang terutama berhubungan dengan uang. 

Ada hasil survei yang menunjukkan bahwa sebanyak 44 persen milenial di Indonesia hanya berinvestasi sekali dalam satu atau dua tahun. Bahkan dua puluh persen diantaranya tidak berinvestasi sama sekali. Survei tersebut dilakukan kepada 7.000 responden di Eropa, Afrika dan Asia Tenggara. Dari survei tersebut setidaknya 1.000 respondennya adalah orang Indonesia yang berumur sekitar 23 - 28 tahun. Survei ini dilakukan pada 17 Mei 2019 - 17 Juli 2019. Hal ini meupakan penelitian Barclays UK dengan penyedia layanan bisnis intelejen global RFI Group. 

Populasi milenial di Indonesia pada saat ini 69.38 juta atau 25,87%. Populasi milenial inilah yang akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Karena itu, penting agar kaum milenial Indonesia mempelajari lebih lanjut kelebihan dan manfaat dari strategi pengaturan keuangan dan investasi yang terstruktur. 

Namun kenyataannya adalah dengan kemjuan teknologi di dunia saat ini malah generasi milenial Indonesia lebih banyak melakukan pinjaman dan juga belanja daring ketimbang investasi dan mengatur keuangan mereka untuk mempersiapkan masa depan mereka. 

Pemenuhan kebutuhan hidup dan gaya hiduplah yang menjadikan generasi milenial, setidaknya di Indonesia memiliki keuangan yang berantakan sekali. Gaya hidup yang mahal adalah dampak dari kemajuan teknologi dunia yang setiap harinya terus menyebar melalui adanya sosial media yang sangat cepat menyebarkan informasi dari satu pengguna ke pengguna yang lain. 

Untuk mengakali hal itu, ada baiknya bagi para milenial untuk mulai mengatur keuangannya secara sehat dan mulai menyisihkan beberapa persen dari pendapatannya untuk mulai berinvestasi pada produk – produk keuangan yang bersifat investasi seperti reksadana, deposito, saham dan obligasi berserta menghindari pinjaman yang bersifat konsumtif karena hal tersebut justru akan menambah beban yang lebih besar pada pengelolaan keuangan. 

Untuk kita yang sudah memiliki tanggungan cobalah untuk tidak memiliki utang yang melebihi aset karena hal tersebut dapat membuat kita mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan memang hal yang kita semua tidak inginkan tetapi kebangkrutan bisa dengan mudah menimpa seorang individu yang kewalahan untuk menutup biaya operasional hidupnya. 

Kita sebagai generasi milenial Indonesia yang cerdas dan melek teknologi hendaknya juga melek literasi keuangan sejak dini. Sebab kita sebagai milenial yang identik dengan adaptasi kepada teknologi yang cepat memiliki akses yang lebih luas dan lebih gampang untuk belajar mengelola keuangan dan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bebas secara finansial dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada jaman sekarang. 

1 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
1
0

This statement referred from