Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Dominasi perempuan, Kesetaraan Gender Hanya untuk Laki-laki

profile picture Baiq Sufia Kasih

Sobat ninevibe pernah tidak mendengar kata KDRT, yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sebagai seorang perempuan, KDRT adalah hal yang amat spesifik dan sensitif karena korbannya kebanyakan dari kalangan perempuan. Sebagian orang menyatakan bahwa perempuan adalah makhluk tuhan yang paling lemah sehingga hal-hal yang berbau kekerasan sering kali dialami oleh perempuan. Kekerasan disini bukan berarti kekerasan fisik saja melainkan kekerasan verbal pun bisa masuk dari list KDRT. Kasus kekerasan dalam rumah tangga sendiri pernah dialami oleh perempuan yang berasal dari Lombok Tengah. Kita sebut saja BF (38 tahun), wanita asal Desa Batutulis Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. BF hidup bersama dengan ibu dan adiknya setelah sang ayah harus meninggalkannya sejak kecil. Di Desa, beliau di kenal sebagai orang baik dan pendiam, namun dari kebaikan dan sikap diam beliau menjadikan BF menanggung kesengsaraan selama hidup dengan suaminya. Berawal dari keluarga yang menjodohkan beliau dengan seorang lelaki yang berasal dari Nyerot Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah-NTB, BF harus menerima lamaran lelaki tersebut dengan lapang dada sebab itu adalah pilihan keluarganya. Dari lamaran yang berlangsung, sang lelaki yang kita sebut MM berusia kurang lebih 40 tahun itu harus menerima syarat mahar pernikahan berupa rumah MM sendiri, karena pada waktu itu BF sebagai keturunan menak (keturunan raden/bangsawan) harus menghilangkan kemenakannya karena menikah dengan yang bukan menak dan menjadi BAPE (hilang kemenakannya) harus bersedia menyiapkan rumahnya sebagai mahar. Tanpa berpikir panjang dan berkalut cinta sang laki-laki bersedia menikahi BF.
Selang beberapa tahun pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu anak laki-laki dan perempuan. Melalui media sosialnya BF selalu mengunggah foto kebersamaannya dengan sang suami dan anak-anak yang begitu bahagia dan harmonis tanpa ada permasalahan yang dihadapi dikehidupan mereka. Namun ada beberapa orang yang mencurigai adanya KDRT yang terjadi di keluarga BF yang salah satunya adalah keluarga BF sendiri. Wak seneng namanya, beliau selalu memperhatikan wajah BF setiap kali berkunjung kerumahnya. Pernah waktu itu BF berkunjung ke rumah keluarganya dan ditemukan bekas pukulan di keningnya yang sudah memar. Hal itu membuat kegelisahan dan kemarahan keluarga BF untuk menindak lanjuti kekerasan yang dialami. Namun BF mengelak bahwasan luka yang ia dapat bukanlah berasal dari pukulan suami atau keluarga suaminya, melainkan bekas jatuh dari motor. Dari alasan itu, keluarga BF masih belum yakin dengan pernyataan itu sehingga dipanggillah salah satu tokoh masyarakat Desa Batutulis untuk menyelidiki kasus ini, namun sekali lagi BF memohon dan menangis untuk tidak mengusut rumah tangganya karena dia begitu sayang dengan suami dan keluarganya serta dia tidak mau berbagi penderitaan dengan orang lain dan waktu itu BF harus berbohong dengan keluarganya demi menyembunyikan aib sang suami.
Beberapa bulan berlangsung, BF dan suaminya yang memiliki penghidupan ekonomi yang pas-pas an harus ikut merantau ke Kalimatan Barat bersama sepupunya Ajik dan sang paman. Sesampainya di Kalimantan Barat mereka tinggal bertahun-tahun disana dengan bekerja di salah satu perusahaan, namun suaminya harus di pecat karena alasan tertentu yang pada akhirnya MM dan BF harus bekerja sebagai tukang kail sawit di sana. Tinggal dirumah sederhana bersama anak mereka, BF sealu membagikan postingan kegiatan sehari-harinya melalui media sosial. Keluarganya di Lombok Tengah hanya bisa mengirim salam dan menanyakan kabar BF di malaui chat. Selama tinggal dengan suami BF selalu ditemani tidur dengan sepupunya karena dia takut KDRT di keluarga mereka terjadi kembali, apalagi BF tengah mengandung buah hati mereka yang berusia 3 bulan. Walau Ajik sepupu BF menemaninya di rumah beberapa bulan, Ajik tidak sepenuhnya bisa bersama dengan BF karena urusan pekerjaan.
Selang beberapa bulan, entah kabar ini tiba-tiba merambat ke kalangan masyarakat Batutulis bahwa BF telah meninggal dunia akibat dianiaya oleh suaminya. Tepat pada hari selasa siang bulan April dan masih suasana bulan puasa ramadhan BF telah dinyatakan meninggal dunia. Sontak keluarga BF histeris dan tidak menyangka bahwa keluarga mereka akan meredam nasib seperti ini. BF di temukan meninggal dunia di kediamannya di Kalimantan Barat. Setelah diintograsi dan diselidiki ternyata pembunuh BF adalah sang suami sendiri. suaminya membunuh BF lantaran BF meminta untuk pulang ke kampung halamannya dan selalu merasa ditindas dan disakiti oleh suaminya sehingga ia minta cerai. Namun sang suami menolak lantaran rumahnya akan diambil alih oleh BF dari perjanjian mahar pernikahan. Hal itu membuat suami BF marah dan langsung mengambil balok besar yang ada di sekitar rumah mereka dan langsung memukul kepala BF sampai beliau meninggal dunia. Namun saat diwawancarai polisi disana BF menjawab dengan berbohong kalo BF hanya memukul dan menendang kepalanya yang pada kenyataanya BF memukul korban dengan balok sampai meninggal dunia. BF langsung diringkus oleh pihak kepolisisan kalimantan di rumahnya dan langsung dibawa untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Sedangkan mayat BF dilakukan otopsi untuk menemukan bukti yang lebih akurat. Ternyata setelah diotopsi, ditemukan pendarahan dibagian dalam kepala BF yang dimana rongga kepala BF terbuka, hal ini menyebabkan BF meninggal ditempat. Selain itu ditemukan bahwa BF waktu itu sedang mengandung anak mereka. 
Dari kasus tersebut keluarga BF meminta pertanggungjawaban dari keluarga MM, setelah itu BF pun dibawa oleh sepupunya ajik dan pamannya pulang kekampung halamannya untuk dimakamkan pada hari jumat sore.
Dari kasus tersebut terlihat jelas bahwa laki-laki merasa bahwa dia lebih berhak terhadap kehidupan istrinya sehingga bertindak semena-mena. Bukan hanya itu kesetaraan gender pun di mata masyarakat saat ini masih saja di peruntukan kepada pihak laki-laki, contohnya pendidikan. Masyarakat sering kali men-cap perempuan untuk tidak menuntut ilmu dengan tingkat pendidikan yang terlalu tinggi karena perempuan akan kembali ke dapur, sedangkan laki-laki masih diberikan kebebasan. Bukan hanya itu, tindakan kekerasan seksual seperti pemerkosaan, cabul dan lain sebagainya juga sering menyudutkan perempuan.

Lalu bagaimana menurut sobat ninevibe, apakah edukasi KDRT dan Kesetaraan Gender perlu di tingkatkan lagi dikalangan masyarakat untuk menSTOP judge seorang wanita baik-baik tanpa melihat akar permasalahannya terlebih dahulu?

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By Baiq Sufia Kasih

This statement referred from