Manusia di dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari berinteraksi dengan sesama manusia lain baik itu sesama jenis, lawan jenis, satu negara, maupun berbeda negara. Mereka sesama manusia akan saling membutuhkan, saling bekerjasama dan saling menyayangi untuk mencapai visi dan misi yaang sama; menjadi khalifah di bumi ( pemimpin di bumi ). Karena pada hakikatnya manusia diciptakan oleh Allah itu tidak hanya sekedar untuk menyembah Allah, tetapi juga menjadi para pemimpin di bumi, merawat dan menjaga alam, menjaga dan melestarikan mahkluk ciptaan Allah yang lain, dan mengatur kehidupan manusia agar tetap aman dan tentram. Tugas tersebut tidak hanya untuk para pemerintah, mentri, dan kepala negara tetapi juga berlaku untuk semua kalangan. Hal ini tercantum dalam Al-Quran surah Al-Baqoroh ayat 30 yang artinya: ‘’ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘’aku hendak menjadikan khalifah di bumi’’ mereka berkata, ‘’apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana sedangkan kami bertasbih memuji Mu dan menyucikan nama Mu?’’ dia berfirman, ‘’sungguh aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’’
Tak luput dari itu, manusia yang disebut sebagai makhluk sosial ini, seringkali mempunyai hubungan yang tidak baik dengan manusia lainnya. Mereka saling bertengkar baik dengan otot, lisan maupun otak. Tidak saling menyapa, bermusuhan, bahkan sampai saling membunuh. Yang disebut sebagai makhluk sosial ini sebenarnya mempunyai sisi egois yang besar di dalam hati mereka. Diciptakannya manusia menjadi pemimpin di bumi membuat mereka lupa dengan siapa yang menciptakan alam semesta ini, dan membuat mereka serakah untuk menguasai dan menjadi pemimpin satu-satunya di dunia ini.
Mereka saling berlomba- lomba untuk memenuhi kebutuhan duniawinya dengan mengesampingkan kebutuhan rohaninya. Hal ini tanpa mereka sadari menimbulkan kerusakan yang berat. Manusia yang diperintah Allah untuk saling menolong , beralih menjadi manusia yang saling menjatuhkan.
Contohnya peperangan antar negara yang terjadi saat ini. Ambil saja salah satunya perang antara negara Palestina dan Israil yang sampai detik ini tidak menemukan titik redanya. Berawal dari perebutan wilayah yang melibatkan sifat masa bodohnya salah satu pihak, membuat mereka tidak puas dengan hanya membagi wilayah tersebut secara adil. Membuat pihak lain bahkan pihak yang tidak terlibat mengalami penderitaan yang berat.
Hal ini menunjukan bahwa pada saat ini dalam menyelasaikan sebuah masalah, manusia cenderung memilih jalan kekerasan daripada musyawarah mufakat. Mereka fikir dengan menggunakan kekerasan semua masalah akan selesai dengan instan tanpa perlu bermain otak dengan waktu yang panjang.
Tetapi kenyataannya kekerasanlah yang membuat masalah tersebut semakin panjang dan merumitkan.
Di dalam ajaran islam, tidak pernah mengajarkan adanya kekerasan. Islam yang dibawa nabi Muhammad adalah islam rahmatal lil ’alamin yaitu mengajarkan kepada manusia tentang akidah dan larangan menyembah selain Allah SWT. Menegaskan tentang adanya hari pembalasan , mengajarkan akhlak terpuji dan melarang berbuat kemungkaran, mengakui dan melindungi hak asasi manusia.
Perjalanan nabi Muhammad di dalam menyebarkan agama islam, sangatlah terjal dan berliku. Puncaknya banyak umat islam yang berjuang mempertaruhkan hidup dan mati di dalam peperangan-peperangan melawan orang-orang yang tidak mau beriman kepadanya. Hal ini bukan berarti nabi Muhammad melegalkan peperangan. Perang yang dilakukan nabi Muhammad adalah jalan paling akhir untuk melindungi kaumnya dari para musuh. Sebelum memutuskan untuk berperang /jihad, nabi Muhammad menghadapi musuh-musuhnya dengan cara halus.
Peperangan merupakan sesuatu yang tidak disukai, karena perang akan berdampak pada banyak hal. Seperti kehilangan keluarga dan kerabat, berdampak buruk bagi perekonomian, hingga berdampak buruk bagi kesehatan mental. Namun pada realitanya, peperangan sering terjadi dan harus dilakukan karena beberapa factor. Ada karena bersaing memperebutkan sumber daya, ada karena ambisi merebut dunia, bahkan terjadi karena kisah laki laki dan wanita. Artinya perang adalah sebuah keniscayaan .
Banyak agama dan aliran kepercayaan yang menolak kalau mereka diajarkan pelatihan untuk berperang, meskipun faktanya banyak yang mengatasnamakan agama. Sementara agama islam secara jujur mengatakan perang termaktub dalam fikihnya. Keniscayaan perang diatur dan ditata dengan penuh berkat dan kemuliyaan. Islam mengajarkan perang yang penuh adab dan akhlak. Islam mengajarkan perang yang layak ibadah, bukan membantai atau membunuh membabi buta, penuh dendam dan kezaliman. Islam mengajarkan perang yang berkonsekuensi hidup mulia atau wafat menjemput syahadat, bukan kemenangan yang menindas dan kekalahan yang hina.
Di dalam fikih islam sendiri perang diatur sedemikian rupa. Dari mulai hukum melaksanakan perang, persyaratan yang harus dipenuhi ketika berperang, bahkan orang yang kalah dan harta yang mereka tingggalkanpun diatur sedemikian rupa. Nabi Muhammad tetap memperlakukan mereka - orang yang kalah dalam peperangan -dengan baik. Tidak kemudian menyiksa, membunuh bahkan kepada keluarganya.
Dan hal ini perang yang dilakukan pada masa nabi, dan perang yang terjadi sekarang ini jauhlah berbeda. Bagaimanapun perang yang terjadi sekarang walaupun mengatasnamakan agama tidak bias disamakan dengan perangnya nabi yang menjanjikan kehormatan dan label syahid untuk orang yang mengikutinya.
Karya : putri nadillah, santri PP. Mansajul Ulum Pati