Mahasiswa Melawan, Nilai Demokrasi Dipertaruhkan

profile picture partailiterasi

Belakangan ini, beragam konflik sosial menghantam Indonesia. Narasi politik dan agama paling besar berperan dalam terjadinya konflik hingga kekerasan. Sikap destruktif berkonflik bukan bentukan budaya, melainkan alamiah tertanam dalam kodrat manusia. Sikap destruktif tersebut bersandingan dengan karakter luhur manusia.
Inilah yang menjadikan kerumitan sekaligus kontradiksi di dalam diri manusia. Memungkinkan kejadian sederhana bisa memicu konflik sosial berskala nasional. Sementara destruksi seharusnya bisa dibarengi dengan motif perubahan, bukan penghancuran tanpa alasan. 
Secara alamiah ada empat hal yang tertanam di dalam sikap destruktif manusia. (1) Agresi, sikap menyerang untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Agresi meniadakan dialog ataupun kompromi. Agresi menghendaki kemutlakan terhadap kebenaran persepsi personal. Sikap memutlakan nilai-nilai diri akan bermuara pada penindasan. 
(2) Pelestarian diri, apapun perlu dan harus dilakukan. Moralitas menjadi relatif ketika dihadapkan pada pelestarian diri. Banyak orang yang tertekan oleh keadaan. Konflik mudah sekali disulut menjadi kerusuhan yang meluas.
(3) Motif dominasi, sikap mempertahankan kekuasaan secara total. Dominasi selalu identik dengan penindasan. Dominasi akan selalu menghasilkan korban. Brutalitas menjadi pemandangan sehari-hari di ruang publik.
(4) Sikap destruktif, dengan kuasa yang dimilikinya, manusia hendak melakukan agresi dan mendominasi pihak lain, sehingga memiliki kekuasaan yang lebih besar. Ini inheren di dalam diri manusia, bukan ciptaan budaya.

Demonstrasi Mahasiswa

Mahasiswa harus punya pengalaman berdemonstrasi. Namun perlu perhatian sebab banyak pihak yang ingin menunggangi demo untuk kepentingan priabadi maupun kelompok.
Perlu diingat bahwa demo mahasiswa tanggal 11 April 2022 dilakukan untuk menuntut 4 poin dari pemerintah atau wakil rakyat.
1.Mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.
2.Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret hingga 11 April 2022.
3.Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.
4.Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan Mahasiswa kepada Presiden yang hingga saat ini belum terjawab.
Satu hal yang menjadi kunci (tuntutan) demonstrasi mahasiswa belakangan ini adalah soal keadilan. Mahasiswa merasa banyak kebijakan dan undang-undang baru yang merusak rasa keadilan, baik di ranah publik maupun di ranah privat.
Sedangkan berdemokrasi membutuhkan sikap kesabaran. Demokrasi membutuhkan kepemimpinan dan keterampilan berorganisasi. Yang menjadi sasaran demokrasi memang legitimasi dan keadilan, bukan efisiensi buta yang kerap melahirkan ketidakadilan. Keduanya berakar pada keterlibatan aktif dari semua kelompok masyarakat.
Emosi meluap di dalam demokrasi akan mendorong konflik. Rakyat akan berkonflik dengan pemerintah. Kelompok yang satu akan berkonflik dengan kelompok yang lainnya. Konflik yang keras dan berkepanjangan jelas buruk untuk ekonomi. Jalur transportasi dan komunikasi terhalang. Proses produksi juga terhambat. Konflik yang keras dan berkepanjangan juga buruk untuk hubungan ekonomi dengan negara lain.
Konflik yang ditunggangi pihak asing untuk memecah belah bangsa bisa juga dijadikan analisis tentang perkembangan demokrasi di Indonesia. Pengaruh asing dari Timur Tengah dan Barat kerap memperpanas keadaan. Beberapa negara di Timur Tengah pernah merasakan kejamya intervensi asing memecah belah persatuang bangsa.
Emosi yang meletup berkepanjangan di dalam demokrasi akan melahirkan anarki. Tatanan sosial akan hancur. Manusia akan tereduksi ke sikap-sikap anarkisnya yang rakus dan merusak. Indonesia sudah kenyang dengan pengalaman kekacauan semacam ini. 
Berdemokrasi memang tak bisa lepas dari emosi. Dorongan untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran bersama kerap bermuara pada frustasi. Namun, harapan sebenarnya selalu ada. 
Selama rakyat masih peduli dan mau terlibat dengan berbagai cara untuk bersama membangun peradaban dan kemajuan bangsa. Demokrasi dibalut dengan emosi, namun dikelola dengan sikap yang waras, kiranya akan berbuah manis di kemudian hari.

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By partailiterasi

This statement referred from