ANTARA IMPIAN ORANGTUA DAN BAKAT ANAK, KOMUNIKASI ADALAH SOLUSI
Sering kita mendengar pepatah “Tuntutlah ilmu Sampai ke negeri Cina”. Kita semua pasti sepakat dengan kalimat tersebut. Atau setidaknya kita setuju bahwa ilmu pengetahuan memanglah harus terus dikejar demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
DUKUNGAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
Pendidikan adalah pilihan paling tepat untuk merubah nasib, memberantas kemiskinan, bahkan menemukan makna hidup yang sebenarnya. Semakin hari seiring dengan kemajuan zaman tingkat Pendidikan terakhir kini turut menjadi penentu status sosial kita di samping harta kekayaan ataupun jabatan. Terlebih di dunia karir, saat kita akan mencari pekerjaan bukan lagi siapa orangtua atau marga apa yang menyertai kita tapi tingkat pendidikanlah yang menjadi point utama untuk melamar pekerjaan ataupun naik jabatan dalam suatu Lembaga perusahaan.
Oleh karena itu banyak orangtua yang saat ini sudah melek Pendidikan dan mendukung anaknya sekolah setinggi mungkin. Bahkan di masyarakat muncul prinsip bahwa anaknya harus berpendidikan lebih tinggi dan lebih sukses dari orangtuanya “Jika saya hanya tamat SMA maka anak saya harus tamat S1”.
Dengan prinsip tersebut biasanya para orangtua mempersiapkan tabungan Pendidikan untuk anak-anaknya, bahkan juga ikut mempersiapkan pilihan masa depan untuk anak-anaknya. Tanpa kita sadari bahwa anak-anak kita juga memiliki minat, bakat dan impiannya sendiri seiring dengan tumbuh kembang mereka.
GEJOLAK MENGENAI PENDIDIKAN ANAK
Perdebatan mengenai pilihan pendidikan antara anak dan orangtua sangat biasa terjadi. Anak sudah punya pilihan SD,SMP,SMA-nya sendiri walaupun orangtua menginginkan mereka sekolah di tempat lain. Namun puncak tersulitnya adalah saat mereka menduduki bangku SMA, terlebih saat mereka duduk di kelas tiga atau kelas XII.
Ketika anak mulai naik kelas XII SMA akan dihadapkan dengan banyak tuntutan yang semakin memberatkan pikiran mereka, mulai dari tuntutan peran sebagai orang yang menuju dewasa, tuntutan hubungan pertemanan mereka, tuntutan tugas serta kelulusan sekolah dan tuntutan mau kemana nanti setselah lulus SMA?
Beberapa orangtua mungkin sudah membekali anak dengan diskusi-diskusi seputar rencana-rencana setelah tamat SMA nanti dan perbedaan pendapat adalah hal biasa yang terjadi sehingga mereka terbiasa untuk saling mengemukakan pendapat dan bersama-sama mencari solusi terbaik.
Namun lain halnya jika antara anak dan orangtua tidak pernah membicarakan perihal rencana masa depan dengan anaknya. Mungkin anak hanya di tanya apa cita-citanya saat mereka TK atau SD kemudian mereka menjawab mau jadi dokter. Selesai sampai disitu saja. Sehingga saat mereka duduk di bangku SMA dan harusnya sudah mulai mempersiapkan langkah-langkahnya, yang terjadi hanyalah perdebatan bahkan pertengkaran antara orangtua dan anak. Sebutlah orangtua ingin anaknya mengambil jurusan Hukum dan menjadi pengacara sedangkan anaknya ingin mengambil jurusan seni dan menjadi seniman.
Pada akhirnya orangtua maupun anak hanya akan merasa terluka tanpa ada solusi, padahal niatnya sama-sama baik dan ingin sukses agar dapat saling membahagiakan nantinya. Anaknya merasa dikekang dan orangtuanya merasa dilawan. Sayangnya, para orangtua di Indonesia khususnya, masih banyak yang merasa orangtua lebih tahu dan lebih benar, orangtua yang harus didengar. Kemudian anak-anak di fase ini adalah anak-anak yang sedang mencari jati diri namun mereka yakin sudah menemukan jati diri itu di dalam pilihan mereka, karena merekalah yang sekolah selama ini, merekalah yang menghadapi berbagai mata pelajaran dan merekalah yang nanti akan menjalani proses kuliahnya.
KOMUNIKASI DUA ARAH
Ketika mengalami konflik tersebut, maka solusi terbaik yang harus dilakukan adalah komunikasi. Bicarakan hal ini dengan kepala dingin. Selain itu, ada baiknya sebagai orangtua kita mencari banyak informasi terlebih dahulu mengenai kehendak kita dan pilihan anak.
Saat ini segala informasi yang dibutuhkan telah ada di dalam genggaman kita baik melalui smartphone maupun PC. Selain itu penting juga kita berkonsultasi dengan guru BK di sekolah anak-anak kita supaya lebih jelas memahami perbedaan pilihan tersebut sehingga dapat menyikapi dengan lebih bijak.
Karena sejatinya tugas kita sebagai orangtua adalah membimbing dan memastikan anak agar menjadi pribadi positif, bukan justru memaksakan keinginan kita yang itu adalah pilihan terbaik “menurut kita”. Selain itu, sejak sebelum mereka terlahir ke duniapun sebenarnya kitalah yang lebih dahulu menginginkan kehadiran mereka, setiap waktu kita berdoa dan berusaha dengan berbagai cara agar diberi kesempatan untuk mengandung, melahirkan seorang anak. Bahkan ada yang sampai rela membayar ratusan juta rupiah untuk mewujudkan keinginan tersebut. Kita jugalah yang berjanji akan merawat dan membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang, memberikan yang terbaik untuk mereka.
Untuk itu, saat anak-anak kita terlahir dan beranjak dewasa kitalah yang harusnya mewujudkan janji tersebut dalam bentuk pola asuh dan pola komunikasi yang baik untuk mereka. Termasuk dengan cara memahami bakat mereka dan tidak memaksakan kehendak kita untuk kehidupan yang nantinya akan dijalani oleh mereka.
Sebagai penutup tulisan kali ini, mari kita doakan semoga anak-anak kita kelak menjadi pribadi yang positif dan bahagia di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Amin.