Kiat Investasi di Produk Non konvensional yaitu Obligasi (Surat Utang) dan Reksadana
Menabung sudah menjadi kebutuhan manusia, filosofi menabung dapat dicerna dari pelajaran hidup Nabi Yusuf As. Saat dia digerakkan oleh Tuhan untuk menyimpan bahan makanan, persiapan menghadapi musim paceklik di Mesir. Di era modern, orang tentunya tidak lagi menyimpan bahan makanan untuk jangka panjang. Tapi kita berinvestasi untuk masa depan.
Investasi di produk tabungan dan deposito sudah kurang relevan lagi. Tujuan tabungan dan deposito hanya sebagai dana parkir sementara dan bukan investasi. Data tahun 2022 menunjukkan suku bunga tabungan setiap perbankan dikisaran 0-1% pertahun, deposito acuan suku bunga BI adalah di 2.75%. Sementara menurut data bi.go.id tingkat inflasi tahun 2021 sebesar 1.87%.
Gambaran sederhananya adalah, jika kita menyimpan uang Rp. 10.000.000 (Sepuluh juta) dalam bentuk tabungan di Bank pada tahun 2021 selama setahun hanya akan mendapatkan bunga 1% yaitu Rp. 100.000 (Seratus ribu rupiah) gross, setelah dipotong pajak bunga 20%, nett Rp 80.000. Tabungan menjadi Rp. 10.080.000.
Deposito dengan tingkat suku bunga 2,25% (Benchmark di bank BUMN) dari uang Rp. 10.000.000 selama satu tahun, bunganya Rp. 225.000 gross, dipotong pajak bunga 20% menjadi Rp. 10.180.000.
Bandingkan dengan inflasi dimana motor harganya sudah menjadi Rp 10.187.000,- maka tabungan dan deposito kita tidak mampu mengimbangi tingginya inflasi.
Produk investasi yang bisa mengimbangi inflasi dan memberikan keuntungan maksimal adalah obligasi (surat utang) dan reksadana (mutual fund). Produk obligasi dan reksadana ini legal dan diawasi oleh OJK.
Apa sih Obligasi dan Reksadana ?
Obligasi menurut Wikipedia adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Obligasi berisi janji dari pihak yang menerbitkan saham untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir waktu yang ditentukan.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama Manager Investasi (MI). Selanjutnya MI menginvestasikan dana tersebut ke dalam surat berharga seperti saham, obligasi dan instrument pasar uang.
Kiat investasi di produk Obligasi dan Reksadana sebagai berikut :
1. Pilih Penerbit Obligasi dan MI Reksadana yang terpercaya
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah akan lebih aman dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan atau korporasi. Contoh obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah RI adalah Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel, Saving Bond Ritel (SBR). Imbal hasil yang diberikan ORI 021 yang diterbitkan 24 Januari 2022 adalah 4.95% per tahun.
Simulasi penempatan ORI 021 sebesar Rp. 10.000.000 maka investor akan mendapatkan return Rp. 495.000 (gross), nett dikurangi pajak penghasilan bunga 10% (Rp. 4.950,-). maka investor akan mendapatkan imbal hasil per tahun sebesar Rp. 490.050.
Untuk produk reksadana, pilih manager investasi dengan memperhatikan peringkat MI yang dikeluarkan oleh Pefindo (PT. Pemeringkat Efek Indonesia). Simulasi penempatan Reksadana saham dapat menghasilkan return 29%, jadi dari penempatan Rp. 10.000.000 dalam satu tahun menjadi Rp. 12.900.000.
2. Perhatikan Profil Risiko
Lakukan assessment pada diri kita sendiri yang disediakan agen penjual pada saat memilih reksadana dan obligasi. Ada tiga jenis profil risiko yaitu konservatif, moderat dan agresif. Jika profil risiko kita konservatif maka tabungan dan deposito adalah produk yang sesuai. Profil risiko moderat, menggambarkan investor sanggup menanggung kerugian dari berinvestasi tapi tetap berhati-hati. Jenis investasi yang cocok adalah obligasi pemerintah dan reksadana pasar uang. Yang ketiga adalah agresif, profil risiko ini menunjukkan investor sanggup menanggung kerugian dan fokus pada imbal hasil yang tinggi. Produk yang cocok bagi investor agresif adalah obligasi korporasi dan reksadana saham.
3. Likuiditas
Pertimbangkan aspek likuiditas pada saat berinvestasi, kita tidak ingin upaya menyimpan dana dengan hasil maksimal tapi pada saat kita membutuhkan ternyata susah menarik dana kita kembali bukan?
Untuk obligasi (surat utang) juga menawarkan penjualan sebelum jatuh tempo, selain mudah menarik dana di obligasi, investor juga bisa mendapatkan keuntungan (capital gain), tergantung harga pasar saat penarikan. Waktu yang dibutuhkan biasanya 2-3 hari, dana akan masuk rekening setelah kita melakukan aksi jual obligasi.
Sementara itu reksadana, investor juga tidak perlu khawatir akan likuiditas simpanannya. Berdasarkan ketentuan OJK, Manager Investasi wajib menyelesaikan pembayaran T+7 saat ada permintaan investor untuk menarik dana.
4. Cek pospektus reksadana
Reksadana adalah jenis investasi yang mengedepankan transparansi. Hal ini bisa kita lihat dari fund fact sheet reksadana. Sekarang mudah sekali untuk mengetahui prospektus reksadana. Kita tinggal melakukan pencarian di internet dan fund fact sheet setiap produk reksadana akan ditemukan, sebab MI mempunyai kewajiban untuk mempublikasikan prospektusnya.
5. Konsisten dan Disiplin Berinvestasi
Investasi yang menghasilkan adalah yang dilakukan secara konsisten dan disiplin. Alokasikan minimal sebesar 30% dari penghasilan kita. Sekarang ini obligasi dan reksadana tersedia dengan nominal yang terjangkau. Untuk Obligasi pemerintah, investor bisa membeli minimal Rp. 1.000.000 dan untuk reksadana Rp. 100.000 (bahkan ada yang Rp. 10.000 di aplikasi e commerce). Mungkin saat pertama kali melakukannya kita akan merasa berat dan sulit. Tapi seiring berjalannya waktu percayalah kita akan terbiasa dan manfaat investasi akan terasa di masa depan.
6. Tingkatkan Insight mengenai Literasi Keuangan
Dunia investasi bergerak terus, seiring transformasi digitalisasi selain reksadana dan obligasi yang sudah bisa dibeli secara online banyak bermunculan penawaran investasi seperti crypto, nft, trading forex menggunakan robot dan lain-lain. Dengan literasi keuangan kita bisa tahu mana produk yang sudah mendapatkan legalitas dari pemerintah dalam hal ini, OJK. Seperti kasus yang sedang tren sekarang, dimana investor tertarik dengan imbal hasil tinggi tapi kenyataanya setelah terjun bukanlah real investment melainkan investasi bodong, malah lebih parahnya ternyata judi berkedok investasi.
Salam cerdas berinvestasi.