Yang Seram dari Fenomena Childfree, Bukan Hanya Tentang Punahnya Manusia
Netizen yang budiman, Gen Z dan Milenial (yang ingin disebut Gen Z juga), mari kita flashback sebentar dalam circa Juni – Desember 2021 lalu. Flashback memang tak selamanya erat dengan mantan serta kenangannya, namun juga sebuah fenomena.
Masih ingatkah dengan boomingnya childfree? Sebuah fenomena yang mulai ramai menjadi buah bibir kala Gita Sav membahas di kanal Youtubenya. Dalam sebuah video Youtube, Gitasav mengatakan bahwa ia dan Paul sepakat memilih tidak memiliki anak. Statement yang penuh kontra di kalangan masyarakat +62.
Sesuai prediksi, banyak kalangan artis yang akhirnya mulai ‘latah’ untuk ikut membincangkan childfree. Membuat fenomena ini makin menyeruak dan akhirnya banyak yang membahasnya. Mulai dari segi psikologis (yang katanya bikin kesepian waktu tua), kesehatan, sampai agama. Nggak sedikit yang akhirnya ‘setuju’ dengan membawa-bawa alasan feminist, hak masing-masing perempuan hingga alasan populasi manusia di bumi sudah banyak.
Then, yang nggak setuju tentu lebih banyak. Apalagi diantara masyarakat Indonesia yang konservatif, childfree terbentuk menjadi sebuah stigma negatif. Kemudian terjadilah perang pendapat antara kaum setuju vs kaum nggak setuju. Masing-masing membeberkan resiko dan keunggulannya. Tapi childfree ini bukan hanya sekadar perbedaan pendapat yang bisa dilerai dengan kata “sudah-sudah, ayok maaf-maafan”. Childfree adalah soal mengubah adat dan mengubah prespektif.
Untuk merubah adat diperlukan sebuah contoh sukses dari perubahan adat itu, demikian juga untuk merubah prespektif. Selain itu, fenomena childfree ini tampaknya lebih banyak membawa efek yang menyeramkan bila diterapkan di Indonesia. No, no… bukan hanya tentang punahnya manusia (meskipun itu poin utamanya).
Punahnya Manusia
Mari berbicara dengan data, biar nggak dikira opini tanpa berdasar. Persentase kelahiran di dunia sudah mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir.
Lihat kan? (gambar tercantum) Grafiknya dah macem prosotan anak TK. Hehehe. Kalau trend childfree ini dibiarkan, tentu angka kelahiran makin curam dan terjun payung. Akibatnya dunia akan lebih banyak manusia dengan tingkat produktifitas rendah. Calon generasi pelurus bangsa akan susah dicari. Hal ini bikin makin kuat omongan keluarga pas reuni “nanti nggak ada yang neursin keturunanmu”. Ditambah dengan bumubu-bumbu “nah bener kan, sekarang bingung dewe piye cari penerus?” atau “mangkanya dibilangin orang tua jangan ngeyel. Orang tua ngomong pasti udah punya pengalaman”.
Lebih seramnya lagi, angka harapan hidup juga akan berkurang karena keluarga yang teredukasi childfree. Manusia akan punah. Hilang dari muka bumi. Nggak ada lagi cerita cinta bertebaran dan drama melodi klasik india. Serem banget kan?
Konflik Antar Keluarga
Siapa bilang kalau semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan komunikasi? No, it’s wrong! Meskipun ada benarnya sedikit, hehehe. Hampir bisa dipastikan, bahwa setiap mertua akan bahagia kalo punya cucu. Jadi sudah pasti juga fenomena childfree ini bertentangan dengan keinginan setiap mertua. Istilahnya ingin bermain dengan cucu kesayangan.
Ada beberapa ‘kaum nggak setuju’ berpendapat bahwa “semua masalah bisa selesai dengan komunikasi. Intinya bilang ke keluarga besar tujuan kita memilih childfree” . Hehehe punten, adu pendapat ini kemungkinan besar kalah, lalu demi menyenangkan orang tua (mertua) akhirnya mengalah. Peluang meluluhkan hati mertua dengan keputusan ‘tanpa cucu’ saja sudah salah.
Kalau mertua menganut paham up to date bin feminist bin open minded, mungkin childfree bisa jadi disetujui. Tetapi coba bayangin deh, semisal sudah terlanjur ngomong pengen childfree, orang tua menolak, kamu sudah berusaha kekeh mempertahankan sampai memberikan alasan yang banyak, tetep tidak lampu hijau, yang terjadi apa? Yap. Konflik keluarga.
Hubungan dengan orang tua semakin renggang. Kamu juga perlu menyiapkan mental untuk selalu ‘disinggung’ alias dijulidin terus menerus setiap bertemu dengan orang tua. Atau kamu juga akan dianggap jahiliyah, dilabeli dengan tanda-tanda kiamat sudah dekat. Sudah siap belum menghadapi ‘kesereman’ ini?
Bertentangan dengan Beberapa Agama
Bukan, bukan hanya Islam saja yang tidak meyetujui childfree. Kristen pun juga tidak setuju dengan fenomena childfree ini. Bertentangan dengan orang tua saja sudah se-seram itu, apalagi bertentangan dengan ajaran Tuhan?
Memang dalam Islam ada beberapa hal yang boleh dilakukan untuk tidak memiliki anak. Ada yang hukumnya diperbolehkan ada pula yang dianggap haram.
Coba deh tengok QS An-Nahl:72
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada bathil dan mengingkari nikmat Allah?”
Jelas banget kan kalau tujuan menikah salah satunya adalah mencetak generasi penerus bangsa. Terus kamu masih tetap ingin childfree? Duh.
Soal dibolehkannya dalam Islam adalah bila suami istri menolak kehadiran buah hati dengan mencegah sebelum ‘hal potensial’ alias masuknya sperma kedalam rahim terjadi, itu boleh. Tetapi jika childfree yang dimaksud adalah mematikan fungsi reproduksi, jelas haram. Haram.
Dalam kacamata Kristen, anak adalah hadiah dari Tuhan. Anak adalah pusaka dan buah kandungan yang berharga. Diperkuat dengan firman Tuhan dalam Kejadian 1:28
““Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Coba pertimbangkan lagi, sebelum benar-benar memilih childfree. Perintah Tuhan bukan Cuma mainan edgy-open minded semata.
Kesehatan Terganggu
Childfree bisa menyebabkan kanker. Tidak untuk menakut-nakuti, namun memang benar. Kebanyakan sel telur yang diproduksi oleh perempuan tanpa adanya pembuahan bikin resiko kanker ovarium. Yap itu fakta. Fakta kesehatan memang paling seram kan?
Sudahlah, childfree memang memberikan dampak positif. Tetapi yang seram dari fenomena ini juga sangat banyak. Kalau soal hanya karena ingin menyelamatkan dunia dari meledaknya populasi, sekarang sudah nggak make sense. Terlihat kayak pengen edgy, pengen keren.
Kalau ada yang bilang nggak punya anak bikin ekonomi makin positif juga nggak sepenuhnya bener. Rejeki sudah ada yang mengatur, yap tentu bukan kita yang mengatur. Selalu ada jalan kalau mau berusaha. Lihat betapa banyak pasangan-pasangan romantis di belahan Indonesia lainnya pengen punya anak. Berusaha keras ikut program supaya generasi penerus yang didamba hadir ditengah-tengah keluarga.
Yang seram dari childfree sudah banyak, dari punahnya manusia, hubungan keluarga retak, kesehatan terganggu, mental juga bakalan terganggu. Terus kamu masih mau mendukung childfree biar dikira edgy bin keren? Aduh bestie, hidup itu serem kalau dilihat dari kacamata edgymu itu. Apalagi ditambah childfree. Makin serem.
Sumber:
- https://kumparan.com/kumparanwoman/perempuan-memutuskan-childfree-adakah-dampaknya-bagi-kesehatan-1wsEd2Zd9t1
- https://rec.or.id/bagaimana-pandangan-alkitab-tentang-gaya-hidup-child-free/
- https://arahkata.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1282581689/pandangan-islam-soal-childfree-dan-alasannya
- https://data.worldbank.org/indicator/SP.DYN.TFRT.IN
- https://www.macrotrends.net/countries/WLD/world/birth-rate