Polemik 3 Periode Presiden

profile picture Ifad

Wacana Presiden 3 periode mengguncang dunia politik Indonesia belakangan ini. Banyak yang mendukung wacana ini, namun banyak juga yang menentang wacana ini. Seperti yang kita ketahui bahwa masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden dibatasi maksimal 2 periode. Dengan lama jabatan 1 periode yakni 5 tahun. Dengan penambahan 1 periode lagi, seseorang berpotensi untuk memimpin negeri ini selama 15 tahun. 

Menurut survey LSI, mayoritas masyarakat tidak setuju dengan wacana 3 periode. Penulis sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak yang menentang wacana ini. Kenapa? Nanti akan kita bahas lebih lanjut

Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, selama itu pula Indonesia telah dipimpin oleh 7 Presiden yang berbeda beda. Dari 7 Presiden tersebut, tercatat hanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo yang berhasil menjadi Presiden 2 periode dengan format pemilu yang kita kenal sekarang.

Sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita bandingkan sistem kepresidenan di negara negara yang lain. Di Filipina, Presiden hanya bisa menjabat selama 1 periode dengan lama jabatan 6 tahun. Begitu pula di Korea Selatan, hanya satu periode dengan masa jabatan 5 tahun. Amerika Serikat mungkin yang paling mendekati Indonesia dengan 2 periode, hanya saja masa jabatan 1 periode nya hanya 4 tahun.

Opini masyarakat pun terbagi 2 dalam  menanggapi wacana tersebut. Bagi yang pro akan wacana tersebut, mayoritas beralasan karena Presiden Jokowi mempunyai kinerja yang bagus. Hal yang menurut opini penulis pribadi pun tidak salah, penulis setuju bahwasannya Presiden Jokowi mempunyai kinerja yang baik semasa dalam periode kepemimpinannya.

Hanya saja, kita juga harus mempertimbangkan hal hal buruk atau negatif yang mungkin terjadi apabila wacana Presiden 3 periode benar benar terjadi. Apa saja hal hal tersebut? Berikut adalah hal hal negatif yang bisa muncul menurut pandangan penulis.

1. Rawan Korupsi

Pemerintahan yang dikendalikan oleh satu pihak sangat lah rawan berpotensi korupsi. Dengan kekuasaan mutlak yang dipegang dan kemampuan untuk menempatkan orang orang tertentu di posisi posisi strategis membuka celah yang lebar untuk melakukan tindak pidana korupsi. 

2. Berpotensi Menjadi Dinasti Politik

15 tahun adalah waktu yang sangat lama untuk menduduki jabatan tertinggi sebagai Presiden. Hal ini bisa memicu terjadinya dinasti politik yang tentu akan berimbas membuat iklim politik yang tidak sehat.

Hal ini bisa dibuktikan dengan fakta yang ada sekarang. Sejak menjabat menjadi Presiden dari tahun 2014, beberapa dari keluarga Presiden Jokowi sudah menduduki jabatan jabatan di pemerintahan. 

Yang pertama ada anak sulung dari Presiden Jokowi, yaitu Gibran Rakabuming Raka yang sekarang terpilih menjadi walikota solo. Lalu ada juga menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang terpilih menjadi walikota Medan. 

Sebelumnya juga ada ipar dari Presiden Jokowi, Wahyu Purwanto yang mencalonkan diri menjadi Bupati Gunungkidul. Yang walaupun pada akhirnya memilih mundur. Dan yang terakhir ada juga paman dari Bobby Nasution, Doli Sinomba Siregar yang mencalonkan diri menjadi Bupati Tapanuli Selatan. Yang walaupun pada akhirnya memilih mundur juga.

Dari fakta fakta diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dinasti politik itu benar adanya. Bahkan hal ini sudah terjadi jauh sebelum dari era Presiden Jokowi. Maka dari itu, dengan menambah masa jabatan 5 tahun lagi, bukan tidak mungkin akan muncul anggota anggota keluarga lainnya yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat publik.

3. Psikologis

Secara psikologis, sangat berbahaya bagi seseorang untuk memegang jabatan tertinggi terlalu lama. Bagaimanapun Presiden Jokowi adalah manusia biasa yang bisa tergoda oleh harta dan kekuasaan. Memegang jabatan tertinggi terlalu lama juga menimbulkan potensi terjadi kepemimpinan yang diktator seperti yang sudah kita rasakan sebelumnya.

4. Menghambat Generasi Muda Untuk Lebih Berkembang

Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya yang melimpah. Sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia bukan hanya berupa hasil bumi, tetapi juga sumber daya manusia nya. Dengan lebih dari 220 juta penduduk, Indonesia tidak akan pernah kekurang sumber daya manusia yang berkualitas.

Pemerintahan yang baik wajib mendorong para generasi muda nya untuk ikut berkontribusi dan memajukan bangsanya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan ruang bagi mereka yang mempunyai kualitas dan kompetensi untuk maju ke kancah politik Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi muda memiliki pola pikir dan mindset yang berbeda yang akan sangat berguna bagi pembangunan bangsa di era sekarang ini. Dengan wacana Presiden 3 periode akan secara tidak langsung menghambat perkembangan para generasi muda yang potensial untuk berkembang secara maksimal.

Poin poin diatas adalah opini pribadi penulis, disini patut saya sampaikan bahwa penulis tidak memojokan satu pihak tertentu. Penulis pun memberi apresiasi yang sebesar besar nya kepada Presiden Jokowi yang telah berhasil membangun Indonesia menjadi lebih baik dalam  waktu pemerintahannya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Mari kita ingat sejarah kita ketika mantan Presiden Soeharto memutuskan untuk maju sekali lagi menjadi Presiden pada tahun 1998 setelah mendapat banyak dukungan dari kalangan pejabat. Pada saat itu, mantan Presiden Soeharto yang telah menjabat lebih dari 30 tahun akhirnya terpilih kembali menjadi Presiden Indonesia. Hasilnya? 70 hari setelah dilantik, Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah sebelumnya para menteri nya melakukan pengunduran diri massal dan terjadi demonstrasi besar besar an yang masih menjadi cerita hingga kini.

Apapun yang akan terjadi, penulis akan selalu berharap yang terbaik untuk bangsa dan negara kita, Indonesia. Keputusan apapun yang diambil, sebagai warga negara yang baik, kita tetap harus mendukungnya. Garuda di dadaku. Merah darahku. Putih tulangku.

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By Ifad

This statement referred from