Siswa-Siswi Terpaksa Menyontek?

profile picture faiqaldh

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kegiatan sontek-menyontek merupakan hal yang sering terjadi di sekolah. Siapa sih yang tidak pernah menyontek? Jujur, saya pun pernah. Ada berbagai motif yang menjadi latar belakang kenapa siswa/siswi menyontek. Motif yang paling sering adalah siswa/siswi ingin mendapat nilai yang bagus atau setidaknya nilainya diatas nilai ketuntasan minimal. Akan tetapi, sebenarnya masih ada lagi motif lain siswa/siswi menyontek. Menurut saya, penyebab mereka menyontek bukan hanya sekadar ingin mendapat nilai bagus, tetapi ada hal lain lagi, apa itu?

“Terseret Arus”

Penyebab utama siswa/siswi terpaksa menyontek adalah mereka "dipaksa" untuk menguasai dan mendapat nilai yang baik pada bidang yang mereka tidak sukai. Sejak kecil pun kita sudah diarahkan untuk ahli pada bidang tertentu, padahal kemampuan setiap orang berbeda. Inilah yang membuat siswa/siswi yang kemampuannya bukan pada bidang tersebut "terseret". Misal kita ambil contoh pelajaran Matematika, sebuah pelajaran yang menjadi standar di masyarakat awam, orang yang bukan bakatnya pada matematika tentu mau sebagaimana pun usahanya untuk memahami pelajaran tersebut dia akan tetap kesulitan. Pada akhirnya, sebab ada tuntutan dari sekolah untuk memenuhi ketuntasan tertentu dan tekanan dari orang tua, orang tersebut mau tidak mau harus menyontek karena jika tidak dia tidak akan lulus atau naik kelas. Ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita sangat kaku.

IPA-Sentris

Selain itu, saya tidak tahu kenapa di Indonesia khususnya pendidikan itu sangat IPA-sentris. Ini ditunjukkan oleh stigma yang ada di masyarakat bahwa orang yang pintar adalah orang yang ahli dalam pelajaran Fisika ataupun Matematika. Menurut saya, sekolah pun mendukung opini saya ini karena siswa yang ahli di pelajaran IPA atau pelajaran yang dominan menggunakan kemampuan otak kiri pada umumnya lebih diberi privilege. Pada jenjang SMA pun, saya melihat pada umumnya sekolah lebih memberikan kuota kelas IPA lebih banyak daripada kelas IPS. Saya sendiri tidak tahu alasan khusunya apa, tetapi yang pasti ini adalah fakta. Selain itu, kita bisa melihat pada Ujian Nasional SMP dan SD khususnya, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA untuk SD dan untuk SMP diatambahkan pelajaran Bahasa Inggris. Secara kasar, kita bisa melihat bukti bahwa pendidikan di Indonesia terlalu IPA-sentris. Mereka yang ahli pada bidang sosial atau bidang lainnya tentunya akan kesulitan. Saya bersyukur karena sekarang Ujian Nasional telah dihapuskan. Semua kejadian tadi adalah penyebab tambahan siswa/siswi terpaksa menyontek. 

Sistem yang Kaku

Selain itu, sifat pendidikan Indonesia juga cenderung mengarahkan kita untuk berkompetisi bukan berkolaborasi. Tentunya, ini akan menimbulkan pribadi yang individualis dan akhirnya orang yang tidak sesuai pada bidang yang di-"privilege"-kan ini akan semakin tertinggal dan cara mereka supaya tidak tertinggal adalah menyontek. Walau begitu, perilaku menyontek juga tidak bisa dimaklumi. Apabila kita terbiasa menyontek, sikap ini akan terbawa pada kehidupan sehari-hari kita dan bisa memicu aksi yang lebih besar lagi, contohnya korupsi karena kedua aksi ini didasari atas hal yang sama, yakni kejujuran. 

Sebagai penutup, saya berharap kita semua bisa mengevaluasi diri. Selain itu, saya juga berharap sistem pendidikan di Indonesia bisa berubah ke arah yang lebih baik. Tentunya, dibutuhkan peran dari banyak pihak termasuk kita. Semoga artikel ini bermanfaat, mohon maaf apabila terdapat kesalahan, terima kasih dan selamat membaca. 



 

1 Agree 1 opinion
0 Disagree 0 opinions
1
0
profile picture

Written By faiqaldh

This statement referred from