Peristiwa 9/11: Peledak yang Meruntuhkan Menara World Trade Center, Bukan Hanya Pesawat?

profile picture deda_ibrahim

Peristiwa 9/11 memakan ribuan korban. Selain ribuan korban tersebut, hal lain yang tersisa dari peristiwa tersebut adalah teori konspirasi. Salah satu teori konspirasi tersebut adalah runtuhnya Menara Selatan dan Utara di World Trade Center (WTC) itu bukanlah disebabkan dua pesawat yang menabrak menara tersebut. 

Sebagian orang meyakini keruntuhan kedua menara tersebut dibantu oleh ledakan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Eric Hufschmid dalam buku yang diterbitkan setahun kemudian setelah Peristiwa 9/11, “Painful Questions: An Analysis of the September 11th Attack.” 

Namun, pendukung teori ledakan yang dipersiapkan yang paling terkenal adalah Steven E. Jones. Jones, bersama peneliti lain, membuat penelitian yang berjudul “Active Thermitic Material Discovered in Dust from the 9/11 World Trade Center Catastrophe” (The Open Chemical Physics Journal, 2009, 2: 7-31).

Jones mengungkapkan bahwa orang-orang yang bekerja di sekitar puing WTC (World Trade Center) menyaksikan adanya baja cair (molten steel) di antara puing. Selain itu, ada logam cair (molten metal) yang mengalir keluar dari Menara Selatan sebelum runtuh. 

Jones berpendapat logam cair tersebut merupakan produk dari reaksi termit (thermite). Jones mengambil sampel debu dan menemukan adanya nano-thermite. Nano-thermite merupakan materi nanoenergi yang dikembangkan untuk penggunaan militer, seperti peledak, kembang api, dan lainnya.

Ini diperkuat oleh kesaksian sebagian orang yang mendengar suara dentuman sebelum kedua pesawat menabrakkan dirinya ke Menara Utara dan Selatan. 

Teori konspirasi di mana runtuhnya Menara Kembar bukan hanya dipercayai oleh Jones. Ada ilmuwan lain selain Jones yang memercayai dan mendukung teori konspirasi ini. Mereka adalah Richard Gage (seorang arsitek), Jim Hoffman (ahli perangkat lunak), David Ray Griffin (seorang teolog), dan lainnya.

Pendukung lain dari teori ledakan ini adalah Charlie Sheen (aktor), Willie Nelson (musisi), Jesse Ventura (mantan Gubernur Minnesota, Rosie O’Donnell (pembawa acara), Ed Asner (aktor), dan lainnya.

Tetapi, apakah memang benar ada “ledakan bantuan” yang meruntuhkan Menara Kembar?

Jika ada ilmuwan yang memercayai teori konspirasi keruntuhan menara WTC dibantu dengan peledak, maka ada ilmuwan atau individu lain membantah dan mengkritiknya. Salah satunya adalah Blent Blanchard melalui bukunya, “A History of Explosive Demolition in America”.

Menurut Blanchard, tidak ada satu personel pun yang bertugas dalam pembersihan lokasi dari puing-puing menemukan jejak-jejak termit selama delapan bulan bertugas.

Selain itu, jejak termit yang diklaim oleh Jones sebenarnya bukan temuan yang unik, menurut Dave Thomas dari Skeptical Inquirer. Thomas mengatakan bahwa zat ini bisa ditemukan di banyak benda di sekitar menara. 

Menurut saya, runtuhnya Menara Utara dan Selatan memang disebabkan oleh dua pesawat Boeing 747 yang memang sengaja menubrukkan diri mereka. Tidak ada ledakan bantuan yang dibuat untuk membuat kedua menara tersebut runtuh. 

Jika ada ledakan tersebut, tentunya membutuhkan upaya besar untuk merangkai peledak di lokasi-lokasi yang tepat di kedua menara tersebut. Untuk merangkai peledak tersebut, dibutuhkan peledak dalam jumlah sangat besar. Tidak hanya itu, merangkainya membutuhkan tenaga manusia dalam jumlah tidak sedikit.

Saat tersedia, peledak dalam jumlah besar tersebut juga perlu diselundupkan ke dalam kedua menara tanpa satu orang pun tahu. Perangkaian tersebut juga butuh waktu yang beberapa hari, mengingat jumlah ledakan yang besar dan dampak ledakan yang dibutuhkan. 

Dengan kerja besar seperti itu, apakah logis tidak satu orang pun membuka mulut terkait hal ini hingga hari ini? Apalagi mengingat pembelian bahan peledak itu membutuhkan surat izin. Apakah mungkin tidak ada jejak sedikit pun terkait kerja sebesar ini?

Sebaliknya, kita juga perlu menentukan apakah motif di balik mereka yang tidak percaya dengan Peristiwa 9/11. Saya pribadi berpendapat bahwa apa yang membuat sebagian orang kritis terhadap Peristiwa 9/11 sebenarnya bersifat politis belaka. 

Orang-orang ini ingin mengalihkan pelaku 9/11 dari Al-Qaida kepada Amerika Serikat. Mereka menduga bahwa Peristiwa 9/11 adalah cara pemerintah Amerika Serikat untuk mendominasi dunia dan membentuk tatanan dunia baru serta menguasai minyak dunia.

Salah satu dari mereka yang termasuk percaya bahwa pemerintah Amerika Serikat berada di belakang runtuhnya WTC dan bukan Al-Qaida adalah Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Ahmadinejad bahkan melontarkan ketidakpercayaannya tersebut di Sidang PBB. 

Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad juga dengan lugas mengatakan adanya bukti kuat di mana 9/11 adalah peristiwa palsu. Dengan peristiwa tersebut, Amerika Serikat dapat melancarkan perang di negara-negara Islam. Tujuannya adalah menguasai persediaan minyak dunia.

Dua mantan kepala negara di negara berpopulasi mayoritas Muslim tersebut bisa jadi mewakili opini yang berkembang dalam masyarakat di negaranya. Paling tidak hal seperti ini terjadi di Mesir.

Presiden Mesir Mohamed Morsi mengadakan konferensi “ilmiah” terkait Peristiwa 9/11. Ia bahkan menyatakan peristiwa tersebut adalah pekerjaan “orang dalam”. Selaras dengan itu, Pew Study mengungkapkan 75 persen warga Mesir menolak fakta bahwa orang Arab merupakan pelaku 9/11.

Bahkan, ketidakpercayaan terkait 9/11 menjadi salah satu topik bahasan dalam film seri komedi “Ramy” (2019-2022), yang memvisualisasikan kehidupan imigran Mesir di AS. 

Terkait Al-Qaida sendiri, organisasi ini sebenarnya bisa dibilang ‘bangga’ dengan perbuatannya. Bukan hanya mengakui apa yang telah dilakukan, Al-Qaida pun berusaha meluruskan dan mengkritik mereka yang tidak bersedia mengakui hasil perbuatan Al-Qaida.

Kritik Al-Qaida yang tajam dialamatkan kepada Ahmadinejad dalam pidatonya di PBB. Al-Qaida menganggap pendapat Ahmadinejad tersebut sebagai pendapat “konyol”. Al-Qaida bahkan meminta Ahmadinejad untuk menghentikan penyebaran teori konspirasi terkait 11 September (theguardian.com).

Kalau Al-Qaida saja meminta mantan Presiden Iran untuk tutup mulut soal 9/11 dan dengan bangga mengakui perbuatannya, mengapa kita ngotot menyebarkan satu konspirasi yang tidak benar?[]

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By deda_ibrahim

This statement referred from