Misteri Kongamato: Pterosaurus di Afrika
Benua Afrika merupakan benua yang sangat besar dan juga memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Benua Afrika juga memiliki wilayah hutan yang masih asri dan jarang bahkan belum terjamah oleh manusia meskipun tengah mengalami pembangunan. Pada wilayah yang nyaris tidak terjamah itu, terdapat sebuah legenda yang selalu diceritakan secara temurun oleh masyarakat Afrika Tengah terutama pada daerah Zambia Barat, Angola, dan Kongo. Legenda itu bercerita mengenai seekor makhluk terbang yang ganas dan tidak segan-segan akan memangsa siapapun yang berani berpandangan mata dengannya. Makhluk itu tinggal di daerah rawa yang jarang didatangi oleh manusia. Masyarakat mengenal makhluk itu dengan nama Kongamato (diambil dari bahasa Zambia yang memiliki arti sebagai ‘perusak perahu’). Kongamato dideskripsikan memiliki paruh yang dipenuhi oleh gigi yang tajam dan bergerigi, kulit yang kasar dan berwarna hitam atau merah serta tidak memiliki bulu, dan sayap seperti kelelawar dengan rentang 1,20 sampai 2,10 meter.
Desas-desus mengenai keberadaan kongamato dimulai pada tahun 1923 dimana seorang petualang dari Inggris bernama Frank H. Melland yang tengah bekerja untuk sebuah media di Zambia mendengar kisah mengenai ‘setan rawa’ atau kongamato. Frank mengumpulkan laporan-laporan tentang kongamato dari para penduduk yang berasal dari daerah pedalaman Afrika. Kongamato disebutkan tinggal di sebuah rawa Jiundu yang berada di daerah Mwinilunga dekat perbatasan Kongo dan Angola. Para penduduk juga menambahkan bahwa kongamato dapat membalikkan kapal serta membunuh manusia yang bertatapan mata dengannya. Deskripsi fisik beserta sifat brutal yang diceritakan penduduk mengenai kongamato yang meneror penduduk setempat mengingatkan Frank akan pterosaurus yang telah lama punah. Ketika Frank menggambarkan seekor pterosaurus, para penduduk sepakat bahwa pterosaurus yang digambarkan oleh Frank merupakan kongmato yang meneror mereka. Dua tahun setelahnya, terdapat sebuah laporan dari koresponden pers J. Ward Price dari Inggris yang berisi informasi mengenai seorang pria yang terluka sangat parah di bagian dada pada saat berada di rawa Jiundu. Luka tersebut diakibatkan oleh serangan seekor burung raksasa yang diyakini sebagai Kongamato. Ketika para ahli menunjukkan sebuah gambar pterosaurus, pria itu langsung ketakutan dan berlari.
Keberadaan kongamato rupanya diakui oleh dua peneliti Gerald Russel dan Ivan T. Sanderson yang mengaku telah melihat kongamato pada tahun 1932. Selain itu pula pada tahun 1957, terdapat laporan mengenai seorang pria dengan cedera dada yang sangat parah dan tengah dirawat di rumah sakit. Pria itu mengakui bahwa ia diserang oleh kongamato. Ia juga menggambarkan kongamato yang mirip sekali dengan pterosaurus untuk meyakinkan para dokter tersebut.
Dari rangkaian kejadian diatas, banyak para ahli yang meyakini bahwa kongamato sebenarnya merupakan pterosaurus yang masih hidup hingga saat ini. Meskipun demikian, banyak para ahli yang menyangkal dan menganggap bahwa pterosaurus yang dipercayai masih hidup itu hanyalah seekor burung lokal seperti Bangau Shoebill dan Saddle billed. Namun, hal tersebut dibantah karena kedua spesies tersebut merupakan burung yang tidak akan pernah mungkin menyerang manusia.
Keberadaan kongamato atau yang diduga pterosaurus masih menjadi perdebatan oleh para ahli. Penulis memiliki pendapat bahwa kemungkinan besar kongamato atau pterosaurus masih hidup dan bersembunyi dari manusia di daerah hutan dan rawa belantara yang masih belum dieksplorasi oleh manusia. Alasan penyerangan yang dilakukan oleh kongamato bisa saja merupakan bentuk pertahanan diri dan wilayah tempat tinggal mereka. Penulis juga berpikir bahwa status kongamato atau pterosaurus ini lebih baik selalu menjadi sebuah mitos yang diperdebatkan kebenarannya. Jika melakukan penelitian lebih dalam untuk membuktikan keberadaan kongamato atau pterosaurus ini, dikhawatirkan penelitian tersebut akan membuat berbagai macam masalah-masalah baru seperti kerusakan ekosistem. Apabila keberadaan kongamato atau pterosaurus ini terbukti benar, ditakutkan akan mengundang banyak orang-orang tamak yang akan mengeksploitasi baik kongamato maupun lingkungannya secara besar-besaran, mengingat perlengkapan di era sekarang semakin canggih. Alangkah baiknya untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing dan tetap menjaga kelestarian hutan, rawa, dan berbagai ekosistem lainnya. Sehingga berbagai macam organisme yang telah diketahui atau masih diperdebatkan keberadaannya akan mengalami kehidupan yang baik dan bumi tetap terjaga.
Demikianlah sebuah alkisah mengenai desas-desus dan keberadaan dari kongamato dan diyakini sebagai pterosaurus yang masih hidup. Bagaimana menurut anda? Apakah anda yakin bahwa kongamato atau pterosaurus masih hidup hingga saat ini? Kemukakan pendapat anda pada kolom komentar berikut.
REFERENSI:
https://mysteriesrunsolved.com/id/2021/07/kongamato-living-pterosaur.html
https://callmefadh.wordpress.com/2014/02/02/cryptid-kongamato-burung-pra-sejarah-dari-afrika/
GAMBAR:
https://static.wikia.nocookie.net/cooldinofacts/images/4/40/0Le-kongamato-peinture.jpg/revision/latest?cb=20120129161624