Genealogi Lato lato, Dampak, Konspirasi Illuminati, Benarkah?
“Tektektek” atau “kletek-kletek” nampaknya sudah menjadi bunyi keseharian masyarakat saat ini. Berbagai kalangan anak-anak hingga orang dewasa ikut hanyut dalam trend yang viral di media sosial. Permainan lato lato digemari dan viral karena dapat dimainkan dengan mudah dan unik. Tidak hanya pada kalangan masyarakat bawah saja, baik laki-laki dan perempuan hingga masyarakat kelas atas juga ikut memainkan permainan viral ini. Lalu bagimanakah lato lato dilihat dari sudut historis? Konspirasi apa yang melatar belakangi? Lantas bagaimana pengaruhnya di masyarakat?
Kemunculan fenomena lato lato juga tidak bisa dipisahkan dengan budaya (pop culture). Permainan ini sudah muncul sejak era tahun 80-90an di Indonesia. Artinya terdapat lintas generasi dan kebudayaan yang selalu dinamis. Usut punya usut permainan viral ini tidak berasal dari Indonesia. Jauh sebelum itu, sekitar tahun 60-70an permainan ini muncul di negeri Paman Sam, Amerika.
Nama permainan lato lato dalam perkembangannya memiliki sebutan yang beragam. Sebut saja kato-kato, nok-nok, kajao-kajao, clackers di Eropa, newton’s yo yo di Amerika hingga thuqthiqah di Makkah. Dari sekian banyak nama tersebut nama yang paling umum digunakan yaitu lato lato atau Clackers ball. Hal itu dikarenakan hasil bunyi yang dihasilkan dari ayunan bola yang menciptakan bunyi ‘klak’ yang khas.
Meskipun lato lato kerap mengganggu bagi orang dewasa, lato-lato menjadi permainan yang menantang bagi anak kecil. Dibutuhkan kosentrasi dan keseimbangan sehingga menghasilkan suara teratur dan unik didengar. Sehingga dalam perkembanganya lato lato pernah mendapatkan panggung dunia ketika diadakannya perlombaan lato-lato yang diadakan di Calcinatello, Brescia, Italia pada 1971 silam. Akan tetapi permainan ini mendapatkan perhatian serius ketika serangkaian kecelakaan hingga bagian tubuh yang terluka.
Fakta menunjukkan lato lato pernah mengalami pelarangan sampai harus di banned oleh pemerintah US silam. Hal ini berkaitan dengan gelombang awal lato lato yang terbuat dari bahan akrilik yang menghasilkan bahan radioaktif dan mudah terbakar. Sehingga puncaknya di tahun 1974 pemerintah US sepakat untuk menarik seluruh peredaran lato lato. Meskipun demikian, bagi anak-anak menilai bahwa pelarangan tersebut adalah sebuah konspirasi karena ke tidaksukaan golongan dewasa atas bunyi permainan ini.
Kepopuleran lato lato di era 90an merambah ke Indonesia. Permainan ini kembali populer dan seiring dengan majunya teknologi permainan ini muncul dalam ruang digital Instagram, tik-tok dan youtube. Terjadi pro-kontra atas munculnya lato lato di era sekarang. Hal setuju diserukan atas perasaan rindu atas orang tua melihat anak-anak yang lebih suka bermain di dunia nyata dan sedikit meninggalkan ruang game moba, playstation, dan dunia maya. Hal ini karena faktor pandemi Covid19 telah memaksa segala sesuatu secara online dan mengambil waktu bermain anak-anak sehingga anak-anak tumbuh dalam ruang virtual.
Walaupun demikian, narasi kontra sudah terindikasi di beberapa daerah. Gelombang inhibisi pelarangan sudah menunjukkan tanda-tandanya. Hal ini berkaitan dengan beberapa berita-berita yang muncul belakangan ini akibat dari dampak lato lato. Dikutip dari kanal berita suara.com seorang bocah laki-laki di Kubu Raya, Kalimantan Barat berinisial AN terluka pada bagian matanya setelah terkena serpihan pecahan bola lato lato. Kejadian tersebut terjadi ketika AN sedang bermain lato-lato di rumah temannya. Namun di tengah permainan bola lato lato pecah dan serpihannya mengenai mata bocah malang itu.
Narasi kontra juga ditunjukkan atas kejadian kecelakaan, jeratan tali, hingga melukai tubuh sendiri dan orang lain. Tidak terawasinya anak-anak dari orang tua juga menyebabkan lato lato dimainkan di mana pun dan kapan pun. Tidak terkecuali di sekolah yang harusnya anak-anak fokus dalam mengikuti pendidikan di sekolah malahan menjadi pengganggu dalam fokus belajar. Bahkan lebih jauh lagi lato lato kerap muncul di tempat ibadah yang jelas sangat mengganggu dalam beribadah.
Kemunculan viralnya lato lato telah menyebabkan kebisingan publik. Termasuk yang berkaitan dengan teori konspirasi hingga muncul opini mengenai PKI. Beragam kalangan terlibat dalam mengajukan aneka tafsir mengenai lato-lato. Seperti yang dilontarkan akun twitter @wagimanDeep_IX yang mengatakan “Setelah diteliti di lab markaz Lato Lato atau etek etek sejatinya adalah permainan hasil konspirasi kaum illuminati, remason dan dajal segitiga berenda Kalo klean perhatiken talinya membentuk segitiga dengan 2 bola disampingnya”
Postingan tersebut ramai dan telah mendapatkan engagement 254,4 ribu tayangan, 358 retweet dan like 2.230. Beragam komentar dari netizen muncul. Ada yang menertawakan, mendebat dan memberikan meme yang berkaitan dengan lato-lato. Kemudian di laman facebook sekitar tanggal 5 januari 2023 netizen juga diramaikan dengan adanya unggahan yang menyebutkan bahwa lato lato memiliki arti, 'Aku Yahudi'. Unggahan tersebut juga memiliki keterangan "Lato latto itu konspirasi remason dan illuminati Lato artinya AkuLatto artinya Yahudi.. Ternyata peermainan adu buah..(Bulan - Matahari) LATO LATTO artinya Aku YAHUDI !! Inilah era kebodohan dgn dalih LATAH Viral dikit² ngikut, segitu bodohnya tanpa tau perkara yg di ikuti Waspada!!! Ini bukan sejengkal demi sejengkal.. Malah mangap...semua diikuti." Isu-isu mengenai keterkaitan konspirasi di atas sudah menyebar bahkan sampai chat Whatsapp masyarakat.
Panorama lain menyebutkan bahwa bunyi ‘tek-tek’ yang dihasilkan lato-lato dikaitkan dengan fenomena PKI tahun 65. Akun @hendritriwanto_ mengatakan bahwa mainan lato-lato itu suka jadi penanda kalo bakal ada PKI yang datang. Pernyataan dan konspirasi lato lato jelas menimbulkan gejolak di masyarakat apabila tidak dikuatkan dengan literatur yang baik. Lebih lanjut lagi saat ini Indonesia sedang dalam masa tranformasi politik yang kerap berujung pada peristiwa konflik. Apalagi hal ini berkaitan dengan PKI yang oleh pemerintah dilarang di Indonesia.
Lantas benarkah klaim konspirasi lato lato di atas? Meskipun seandainya aktivitas konspirasi memang benar-benar terjadi, konspirasi adalah dugaan tanpa bukti yang kredibel, mungkin benar atau salah, tetapi tidak bisa atau gagal dibuktikan kebenarannya bahwa suatu konspirasi benar benar terjadi. Bagaimanakah dengan pendapat Anda? Mari berdiskusi!
foto ilustrasi: www.youtube.com/miftah'stv