Covid-19 di Indonesia dan Peran Media di Dalamnya

profile picture Tiofani12

Pasien Covid-19 di Indonesia pertama kali terdeteksi pada Maret 2020. Media, baik televisi, cetak, maupun online, menjadi pewarta paling awal dan "dipercaya" masyarakat.

Berbagai sudut pandang seputar kasus Covid-19 pertama itu diulik oleh media. Ada yang memberitakan soal apa itu Covid-19, bagaimana tanda-tanda terkena virus corona, hingga cara menghindarinya.

Itu sebabnya, bisa dibilang media punya peranan besar. Sebab, tak hanya sampai di awal pengabaran kasus Covid-19 di Indonesia, banyak media juga terus mengabarkan informasi terkini soal pandemi selama dua tahun belakangan.

Ada hal menarik dari perkembangan berita Covid-19 ini yang saya perhatikan melalui sosial media, khususnya kolom komentar di Twitter dan Instagram, yang pembaruannya saya ikuti.

Beberapa orang menulis komentar bahwa mereka sangat terbantu dengan informasi yang diberikan, setidaknya tidak memberi komentar negatif. Hanya menanggapi topik yang sedang ramai itu.

Namun, tidak sedikit juga yang merasa keberatan dengan berita seputar Covid-19 yang perkembangannya terus dikabarkan oleh media.

Katanya, setiap menyetel berita di televisi, membuka sosial media, sampai ruang obrolan keluarga, isu yang dikabarkan tidak jauh dari lonjakan angka positif Covid-19.

Itu yang mereka beratkan. Pasalnya, di awal hingga pertengahan pandemi Covid-19, masih ada yang menyangkal keberadaan virus ini. Media pun menjadi sasarannya.

"Virus corona itu tidak ada."
"Media terlalu melebih-lebihkan. Bikin orang semakin takut."

Kira-kira seperti itu gambaran komentar yang saya temukan di media sosial.

Padahal, menurut saya, media sesungguhnya tidak menakut-nakuti atau sengaja menggemparkan masyarakat Indonesia dengan kaitannya virus mematikan. 

Media justru mengambil benar perannya sebagai penghubung antara informasi dengan kebutuhan.

Hal ini sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik yang saya kutip dari buku “PERS Berkualitas, Masyarakat Cerdas” (2013) oleh Dewan PERS. 

Pasal 1 berisi: “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.”

Selain keakuratan informasi, perihal iktikad atau maksud baik dari media juga perlu diperhatikan dalam membuat berita. Tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

Dari sini saja, jelas bahwa media memang seharusnya demikian. Memberi informasi jelas, akurat, dan berimbang.

Namun, sulit untuk mengontrol semua pemberitaan Covid-19, khususnya pada media online dan sosial media.

Rasanya ada puluhan ribu portal berita online di Indonesia. Beberapa di antaranya bisa jadi tidak benar-benar menerapkan Kode Etik Jurnalistik.

Jadi, tidak bisa saling menyalahkan: warganet pada media dan media yang merasa sudah menjalankan fungsinya.

Cerdas memilih bacaan, tontonan, atau portal berita bisa menjadi jalan tengahnya.

Jika dirasa terlalu banyak mengonsumsi berita hoaks atau yang dinilai menakutkan, coba tilik ulang bacaan atau tontonannya.

Apa benar bisa dipercaya, baik pewarta, portal, maupun informasinya?

Lihat medianya

Tidak sulit membedakan media berkredibilitas dengan media abal-abal yang mayoritas beritanya tidak akurat.

Masyarakat bisa melihat dari nama medianya. Ini yang paling gampang. 

Ada banyak media besar, populer yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, seperti Kompas, CNN, Detik, Asumsi, hingga Narasi.

Selanjutnya, pilah informasi yang dibaca atau ditonton. Berita akurat dan berimbang seharusnya mengandung pernyataan langsung dari narasumber.

Dalam hal ini, narasumber terkait pemberitaan Covid-19 bisa berupa perwakilan pemerintahan ataupun tenaga kesehatan.

Pernyataan langsung maupun tidak langsung yang didapat dari narasumber, bisa menjadi pertimbangan besar terkait benar tidaknya informasi yang disampaikan.

Terkahir, pembaca, penonton, atau penikmat berita bisa mencari lebih lanjut profil media yang dilihat.

Jaringan media akurat dan berimbang seharusnya memiliki informasi terkait redaksi, pedoman media, kebijakan data, dan sangkalan pada profilnya.

Sebab, bukan hanya media dengan nama besar yang bisa dipercaya, media baru yang namanya belum banyak didengar, juga bisa jadi sumber informasi akurat selama memiliki beberapa hal di atas.

3 Agree 3 opinions
0 Disagree 0 opinions
3
0
profile picture

Written By Tiofani12

This statement referred from